Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono menyatakan kesiapan dari bank yang dipimpinnya untuk bermitra dengan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).
"BTN punya banyak pengalaman diantaranya pemimpin pasar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi, keberhasilan mengambilalih 30 persen saham PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNMIM), dan berbagai inovasi dibidang layanan perbankan," kata Maryono dalam acara buka puasa bersama media di Jakarta, Minggu.
Menurut Maryono baik BTN maupun BP Tapera memiliki visi yang sejalan yakni sama-sama sebagai agen pemerintah yang disiapkan untuk mendukung program pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Menjadi mitra BP Tapera merupakan sinergi yang sangat tepat sejalan dengan upaya kami terus mendukung kesuksesan Program Satu Juta Rumah," ujar dia.
Maryono menyatakan komitmennya untuk terus berinovasi guna menjangkau semakin banyak masyarakat Indonesia, khususnya MBR untuk memiliki hunian yang terjangkau.
Perseroan juga telah berhasil menciptakan produk KPR Mikro untuk menyasar MBR informal seperti tukang ojek online dan tukang bakso untuk memiliki rumah.
Dari sisi kinerja keuangan perseroan menunjukkan dalam lima tahun terakhir, Bank BTN mencatatkan pertumbuhan KPR Subsidi sebesar 29,85% mulai Desember 2014 hingga Desember 2018. Per Maret 2019, emiten bersandi saham BBTN ini juga masih menempati posisi teratas di pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 92,96%.
Ke depannya dengan ijin OJK, perseroan bakal menambah kepemilikan saham hingga mencapai 85% PNMIM.
“Pembelian saham manajer investasi ini kami lakukan untuk memaksimalkan pengelolaan dana jangka panjang seperti dana Tapera, sekaligus untuk meningkatkan kinerja bisnis Bank BTN,” tambah Maryono.
Per April 2019, Bank BTN mencatatkan pertumbuhan positif pada penyaluran KPR dan berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Catatan keuangan perseroan merekam, KPR Bank BTN tumbuh sebesar 22,29% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp150,9 triliun pada April 2018 menjadi Rp184,53 triliun.
Adapun, dari data Bank Indonesia menunjukkan per Maret 2019, KPR secara nasional hanya tumbuh sebesar 13,2% yoy, turun dari 13,7% yoy pada bulan sebelumnya.
Pertumbuhan pesat KPR di Bank BTN disumbang laju KPR Subsidi yang naik 29,37% yoy dari Rp80,49 triliun pada April 2018 menjadi Rp104,13 triliun di periode yang sama tahun ini. KPR Non-subsidi juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 14,19% yoy menjadi Rp80,4 triliun pada April 2019 dari Rp70,41 triliun.
Sementara itu, Deputi Komisioner BP Tapera Bidang Pemanfaatan Ariev Baginda Siregar mengatakan kehadiran BP Tapera ditujukan agar kebutuhan kalangan MBR akan perumahan dapat dipenuhi.
Kehadiran BP Tapera, ujar Ariev, bertujuan untuk menyediakan dana murah jangka panjang. Dana tersebut akan disalurkan untuk pembiayaan perumahan yang berkesinambungan.
“Peserta Tapera yang tergolong sebagai masyarakat berpenghasilan rendah dapat memeroleh manfaat untuk pembelian rumah, perbaikan rumah, atau membangun rumah melalui KPR dengan bunga rendah yang disalurkan oleh institusi keuangan yang bekerja sama dengan kami,” jelas Ariev.
Saat ini, Ariev menjelaskan BP Tapera tengah merancang pondasi mulai dari SDM, keuangan, logistik, hingga rencana strategis dalam 5 tahun pertama. Nantinya, kalangan masyarakat yang ditargetkan menjadi peserta Tapera yakni para pekerja asing, pekerja swasta, pekerja mandiri, pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Aparatur Sipil Negara (ASN)/Tentara Nasional Indonesia (TNI)/Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menurut Ariev, per April 2019, BP Tapera telah memiliki dana senilai Rp10,4 triliun. Dana tersebut berasal dari Taperum-PNS yang nantinya akan diperuntukkan bagi pemupukan, pemanfaatan, dan dana cadangan bagi peserta yang pensiun.
“Ke depannya dana tersebut akan terus meningkat. Kami memproyeksikan potensi peserta Tapera akan mencapai 139 juta orang pada 2024,” kata Ariev.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"BTN punya banyak pengalaman diantaranya pemimpin pasar Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi, keberhasilan mengambilalih 30 persen saham PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNMIM), dan berbagai inovasi dibidang layanan perbankan," kata Maryono dalam acara buka puasa bersama media di Jakarta, Minggu.
Menurut Maryono baik BTN maupun BP Tapera memiliki visi yang sejalan yakni sama-sama sebagai agen pemerintah yang disiapkan untuk mendukung program pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Menjadi mitra BP Tapera merupakan sinergi yang sangat tepat sejalan dengan upaya kami terus mendukung kesuksesan Program Satu Juta Rumah," ujar dia.
Maryono menyatakan komitmennya untuk terus berinovasi guna menjangkau semakin banyak masyarakat Indonesia, khususnya MBR untuk memiliki hunian yang terjangkau.
Perseroan juga telah berhasil menciptakan produk KPR Mikro untuk menyasar MBR informal seperti tukang ojek online dan tukang bakso untuk memiliki rumah.
Dari sisi kinerja keuangan perseroan menunjukkan dalam lima tahun terakhir, Bank BTN mencatatkan pertumbuhan KPR Subsidi sebesar 29,85% mulai Desember 2014 hingga Desember 2018. Per Maret 2019, emiten bersandi saham BBTN ini juga masih menempati posisi teratas di pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 92,96%.
Ke depannya dengan ijin OJK, perseroan bakal menambah kepemilikan saham hingga mencapai 85% PNMIM.
“Pembelian saham manajer investasi ini kami lakukan untuk memaksimalkan pengelolaan dana jangka panjang seperti dana Tapera, sekaligus untuk meningkatkan kinerja bisnis Bank BTN,” tambah Maryono.
Per April 2019, Bank BTN mencatatkan pertumbuhan positif pada penyaluran KPR dan berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Catatan keuangan perseroan merekam, KPR Bank BTN tumbuh sebesar 22,29% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp150,9 triliun pada April 2018 menjadi Rp184,53 triliun.
Adapun, dari data Bank Indonesia menunjukkan per Maret 2019, KPR secara nasional hanya tumbuh sebesar 13,2% yoy, turun dari 13,7% yoy pada bulan sebelumnya.
Pertumbuhan pesat KPR di Bank BTN disumbang laju KPR Subsidi yang naik 29,37% yoy dari Rp80,49 triliun pada April 2018 menjadi Rp104,13 triliun di periode yang sama tahun ini. KPR Non-subsidi juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 14,19% yoy menjadi Rp80,4 triliun pada April 2019 dari Rp70,41 triliun.
Sementara itu, Deputi Komisioner BP Tapera Bidang Pemanfaatan Ariev Baginda Siregar mengatakan kehadiran BP Tapera ditujukan agar kebutuhan kalangan MBR akan perumahan dapat dipenuhi.
Kehadiran BP Tapera, ujar Ariev, bertujuan untuk menyediakan dana murah jangka panjang. Dana tersebut akan disalurkan untuk pembiayaan perumahan yang berkesinambungan.
“Peserta Tapera yang tergolong sebagai masyarakat berpenghasilan rendah dapat memeroleh manfaat untuk pembelian rumah, perbaikan rumah, atau membangun rumah melalui KPR dengan bunga rendah yang disalurkan oleh institusi keuangan yang bekerja sama dengan kami,” jelas Ariev.
Saat ini, Ariev menjelaskan BP Tapera tengah merancang pondasi mulai dari SDM, keuangan, logistik, hingga rencana strategis dalam 5 tahun pertama. Nantinya, kalangan masyarakat yang ditargetkan menjadi peserta Tapera yakni para pekerja asing, pekerja swasta, pekerja mandiri, pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Aparatur Sipil Negara (ASN)/Tentara Nasional Indonesia (TNI)/Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menurut Ariev, per April 2019, BP Tapera telah memiliki dana senilai Rp10,4 triliun. Dana tersebut berasal dari Taperum-PNS yang nantinya akan diperuntukkan bagi pemupukan, pemanfaatan, dan dana cadangan bagi peserta yang pensiun.
“Ke depannya dana tersebut akan terus meningkat. Kami memproyeksikan potensi peserta Tapera akan mencapai 139 juta orang pada 2024,” kata Ariev.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019