Tangerang (AntaraNews Banten) - Aparat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Banten, telah melakukan verifikasi jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai 134 pasien yang dirawat di RSUD dan Puskesmas setempat.
"Dari data tersebut tidak ditemukan penderita yang meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Dinkes Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi di Tangerang, Rabu.
Hendra mengatakan pasien yang terkena DBD bila dengan cepat mendapatkan pertolongan medis, maka mengurangi tingkat kematian.
Hal tersebut, katanya, karena pada umumnya pasien terkena DBD yang meninggal akibat terlambat membawa ke Puskesmas atau RSUD, ini merupakan persoalan serius.
Penderita DBD yang dirawat berasal dari Kecamatan Pasar Kemis, Teluknaga, Kosambi, Curug, Kelapa Dua, Cikupa dan Kecamatan Panongan.
Namun penderita yang dirawat pada berbagai rumah sakit seperti RSUD Tangerang, RSUD Balaraja dan RSUD Pakuhaji serta rumah sakit swasta.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Bidang P3, Dinkes Kabupaten Tangerang, Dwi Yanto mengatakan warga agar waspada terhadap DBD dengan cara menguras, menutup dan mengubur sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk.
Dwi mengatakan telah melakukan analisa bahwa siklus empat tahunan penyebaran DBD akan terjadi pada tahun 2020, ini berdasarkan grafik peningkatan penderita.
Menurut dia, bahwa daerah ini pernah mengalami kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2016 dengan jumlah pasien sebanyak 1.213 orang.
Sedangkan pada tahun 2017 terdapat penurunan drastis menyangkut jumlah penderita yakni sebanyak 71 orang, ini berkat adanya antisipasi pencegahan serta upaya petugas di lapangan.
Dia menambahkan pada tahun 2018, penderita DBD yang mendapatkan perawatan sebanyak 200 orang, maka semakin jelas siklus empat tahunan DBD sehingga perlu antisipasi.
Sebelumnya, Dinkes setempat telah menetapkan terdapat enam Kecamatan rawan penyebaran DBD yakni Kecamatan Balaraja, Panongan, Pasar Kemis, Cikupa, Legok dan Kecamatan Curug.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Dari data tersebut tidak ditemukan penderita yang meninggal dunia," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Dinkes Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi di Tangerang, Rabu.
Hendra mengatakan pasien yang terkena DBD bila dengan cepat mendapatkan pertolongan medis, maka mengurangi tingkat kematian.
Hal tersebut, katanya, karena pada umumnya pasien terkena DBD yang meninggal akibat terlambat membawa ke Puskesmas atau RSUD, ini merupakan persoalan serius.
Penderita DBD yang dirawat berasal dari Kecamatan Pasar Kemis, Teluknaga, Kosambi, Curug, Kelapa Dua, Cikupa dan Kecamatan Panongan.
Namun penderita yang dirawat pada berbagai rumah sakit seperti RSUD Tangerang, RSUD Balaraja dan RSUD Pakuhaji serta rumah sakit swasta.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular (P2M) Bidang P3, Dinkes Kabupaten Tangerang, Dwi Yanto mengatakan warga agar waspada terhadap DBD dengan cara menguras, menutup dan mengubur sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk.
Dwi mengatakan telah melakukan analisa bahwa siklus empat tahunan penyebaran DBD akan terjadi pada tahun 2020, ini berdasarkan grafik peningkatan penderita.
Menurut dia, bahwa daerah ini pernah mengalami kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2016 dengan jumlah pasien sebanyak 1.213 orang.
Sedangkan pada tahun 2017 terdapat penurunan drastis menyangkut jumlah penderita yakni sebanyak 71 orang, ini berkat adanya antisipasi pencegahan serta upaya petugas di lapangan.
Dia menambahkan pada tahun 2018, penderita DBD yang mendapatkan perawatan sebanyak 200 orang, maka semakin jelas siklus empat tahunan DBD sehingga perlu antisipasi.
Sebelumnya, Dinkes setempat telah menetapkan terdapat enam Kecamatan rawan penyebaran DBD yakni Kecamatan Balaraja, Panongan, Pasar Kemis, Cikupa, Legok dan Kecamatan Curug.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019