Tangerang (Antaranews Banten) - Bank Tabungan Negara (BTN) melihat persoalan lahan dan lokasi masih menjadi kendala dalam penyediaan hunian terjangkau terlihat dari rasio rumah terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih di posisi 2,9 persen.

"Bandingkan rasio serupa dengan negara tetangga Singapura sebesar 9,52 persen. Dengan demikian memang harus berkerja lebih keras lagi untuk mengejar ketertinggalan," kata Maryono dalam siaran pers terkait dengan penyelengaraan Temu bisnis Federasi  Real Estat Dunia (FIABCI) 2018 di Nusa Dua Bali.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan rumah, pemerintah telah menunjuk BTN selaku penyalur KPR di tahun 2015 serta pelaksana utama sejuta rumah. Selelah melakukan  beberapa langkah BTN telah menguasai 38 perse KPR , dari jumlah tersebut untuk rumah subsidi sebesar 94 persen.

BTN sebagai salah satu pendukung dari keseluruhan ekosistem industri perumahan membantu dari sisi pembiayaan, para pengembang membantu dari sisi penyediaan pasokan. Dan pemerintah pusat membantu dari sisi kebijakan dan pengalokasian subsidi bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR), jelas Maryono.. 

Selain dalam upaya terus meningkatkan penyaluran KPR, Bank BTN terus mengembangkan potensi pasar yang ada dengan bergerak ke area digital. Bahkan untuk melayani segmen milenial, perseroan juga telah meluncurkan KPR milenial.

"Keterjangkauan BTN melalui outlet laku pandai, digital banking serta kerjasama dengan stakeholder  tentunya akan memperkuat sumber pembiayaan," ujarnya.

Berdasarkan data penyaluran KPR yang dilakukan BTN untuk MBR dalam program satu juta rumah mulai tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Jika ditotal sejak 2015 hingga akhir September 2018, BTN telah menyalurkan KPR sebanyak 2,3 juta unit  senilai Rp243 triliun.

Jumlah tersebut terdiri dari KPR subsidi sebanyak 1,5 juta unit senilai Rp106,5 triliun dan KPR non-subsidi mencapai 739.681 unit senilai Rp136,4 triliun. 

Pencapaian Program Sejuta Rumah BTN dari tahun ke tahun terus meningkat, jika pada tahun 2015 KPR yang disalurkan perseroan baru mencapai 474.099 unit senilai Rp52,452 triliun, maka tahun 2016 penyaluran KPR mengalami kenaikan signifikan menjadi 595.566 unit senilai Rp63,995 triliun. Kemudian angkanya kembali naik pada 2017 sebanyak 667.312 unit senilai Rp71,538 triliun.

Sementara itu Senior Housing Specialis World Bank, Dao Harison mengungkapkan dalam era digital inovasi teknologi yang membantu menciptakan pasar baru (disruptive innovation) dalam membantu pemerintah Indonesia untuk pengembangan rumah terjangkau.

"Saya melihat dari sisi pengembangan pembiayaan, tujuan ini agar masyarakat mendapatkan rumah layak terjangkau artinya sesuai standar dan Indonesia berada di cincin api, maka diperlukan keamanan," ujarnya. 

Ditambahkan, dengan pengembangan tekonologi juga bisa membuat rumah Hijau. Bank dunia juga sudah memiliki teknologi dalam pembangunan gedung agar bisa tahu seberapa besar hijaunya.

"Terknologi bisa membantu, bagaimana untuk bekerja, ini bukan sekedar profesi tapi juga perubahan," tegas Dao Harison. 

Baca juga: REI Undang Presiden Buka Pertemuan FIABCI Bali

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018