Tangerang (Antaranews Banten) - Dosen Fakultas Teknik UNIS Tangerang, Hadi Suharno mengatakan, agar kasus jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang tak terjadi lagi maka Kementrian Perhubungan harus memperketat regulasi penerbangan mulai dari organisasi airlines, urusan teknis hingga petugasnya.
   
Ia mengatakan, ada empat faktor dari kecelakaan pesawat Lion Air di perairan karawang. Faktor pertama adalah Human Erorr yang terdiri dari petugas keamanan bandara sebagai pendata penumpang di dalam pesawat.
   
"Petugas keamanan bandara ini menjadi titik awal untuk mengawasi jangan sampai ada barang terlarang yang masuk ke dalam pesawat. Apalagi ada penumpang gelap, ini bisa semakin berbahaya. Maka itu, perlu adanya evaluasi di bidang ini," ujar ditemui di Kampus UNIS Tangerang.
   
Hadi yang merupakan pensiunan pegawai Angkasa Pura II ini menambahkan, faktor human erorr lainnya adalah teknisi, ATC dan juga pilot. Pemeriksaan oleh teknisi dan disetujui oleh pilot sebelum melakukan penerbangan, harus diperiksa detail lagi sebab pesawat tersebut sebelumnya sudah diketahui bermasalah.
   
"Meski akhirnya bisa terbang karena pilot sudah menyetujui hasil pemeriksaan teknisi. Tetapi perlu dilihat lagi lebih dalam agar masalah dari permintaan pilot tersebut kembali dapat diketahui lebih jelas," ujarnya.
   
Faktor kedua adalah cuaca dan sesuai dari keterangan BMKG jika di wilayah sana dalam keadaan baik - baik saja. Maka itu, bisa jadi karena faktor ketiga yakni masalah teknis kondisi pesawat yang sebelumnya diketahui sudah bermasalah.
   
Meski pesawat tersebut tergolong baru, namun masalah sekecil apapun harus diperhatikan lebih jelas dan tak bisa memaksa untuk terbang. "Ini yang perlu diperiksa," katanya.
   
Faktor terakhir adalah mengenai organisasi di airlines tersebut agar Kementrian Perhubungan bisa melakukan evaluasi lebih seksama agar kejadian ini tak terulang lagi.
   
"Perketat regulasi mulai dari teknisi, manajemen hingga pengecekan ulang kondisi pesawat yang layak dan tak layak. Masalah ini tak ada hubungan dengan penerbangan murah dan murni karena urusan teknis," paparnya.
   
Terkait kondisi pesawat yang utuh lagi, Hadi menuturkan, bila pesawat Lion Air tersebut diperkirakan hancur saat berbenturan dengan air dengan kecepatan tinggi, bukan meledak di udara.
   
"Kecepatan pesawat yang turun ini membuat shock penumpang dan kondisi perairan yang tak dalam membuat pesawat hancur dan menyisakan serpihan," paparnya.
   
Dirinya juga menambahkan, dua kotak hitam yakni perekam data penerbangan (Flight Data Recorder/FDR) dan perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder/CVR) adalah kunci untuk memecahkan kasus ini. 
   
"Dua kotak hitam itu menjadi jawaban dari penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Nantinya akan disinkronkan antara suara pilot dengan kondisi cuaca ketika itu," paparnya.
 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018