Jakarta (Antara News) - Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Parveen Kathuria mengatakan beberapa rencananya investasi ke depannya dibidang riset dan pengembangan untuk meningkatkan kemitraan dengan petani di Indonesia.
"Perusahaan sesuai bidangnya masih memfokuskan riset dan pengembangan dibidang benih dan perlindungan tanaman agar memberikan manfaat bagi petani baik kecil maupun besar," kata Parveen Kathuria dalam rangka peringatan HUT Syngenta Indonesia ke-17 di Jakarta, Selasa.
Menurut Parveen, melalui dukungan laboratorium pusat penelitian pertanian di Cikampek Jawa Barat, perusahaan menggabungkan teknologi, genetika, pemuliaan, dan ilmu komputer untuk mendukung perkembangan pertanian di Indonesia.
Syngenta menyediakan satu hingga tiga teknologi pertanian baru terhadap petani setiap tahunnya dimana satu teknologi baru membutuhkan investasi hingga 300 juta dolar AS dalam kurun waktu 13 tahun.
Syngenta menjangkau hinga 500.000 petani setiap tahunnya melalui pusat pelatihan petani, klinik pertanian, jaringan petani, dan konsultasi petani, serta dalam sepuluh tahun terakhir Sygenta telah menjangkau sekitar 5 jua petani, kata Parveen.
Parveen mengatakan, terdapat empat program yang disiapkan di Indonesia yakni penyediaan teknologi bagi petani, peningkatan produktivitas petani, keamanan dan ketahanan pangan, serta kerja sama dengan berbagai pihak.
Sedangkan Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia, Midzon Johanis mengatakan, melalui teknologi perlindungan tanaman dan benih hibrida telah mendorong petani meningkatkan produktivitasnya hingga 10-20 persen.
"Di Jawa Timur lebih dari 15.000 petani padi mendapatkan manfaat dari teknologi modern Syngenta yang mampu meningkatkan hasil produksi padi rata-rata 5-6 ton per hektar menjadi 10 ton per hektar," kata Midzon.
Selain itu petani jagung di Nusa Tenggara juga dapat meningkatkan produksinya hingga 20 persen melalui teknologi kami, jelas Midzon.
Midzon juga berkomitmen terhadap bisnis yang berkelanjutan melalui "The Good Growth Plan" yakni enam komitmen untuk membantu menghasilkan lebih banyak pangan dengan lebih sedikit sumber daya, dengan tetap menjaga lingkungan dan membantu masyarakat pedesaan.
"Kami juga menjalin kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC), PISAgro, dan ALISHTER dalam rangka mendukung perkembangan pertanian di Indonesia," ujar Midzon.
Menurut Midzon, mayoritas petani di Indonesia merupakan petani kecil dengan lahan garapan 0,5 hektar, untuk itu perusahaan berupaya mengembangkan teknologi yang memunngkan dari lahan yang terbatas tersebut mendapatkan hasil yang maksimal.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan kemudahan untuk pemanfaatan teknologi karena di lapangan membutuhkan waktu 5 sampai 6 tahun, sedangkan usia teknologi itu berkisar 10 sampai 15 tahun.
Midzon menyampaikan pada kuartal 1 pihaknya telah meluncurkan pestisida untuk gulma padi, sedangkan yang tengah disiapkan tahun 2019 menyiapkan benih padi hybrida yang tahan penyakit dan tahan terhadap wereng cokelat.
Program lainnya pelatihan dalam penggunaan pestisida dalam arti jangan sampai kelebihan dan juga jangan sampai kekurangan agar jangan sampai terjadi resistensi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017
"Perusahaan sesuai bidangnya masih memfokuskan riset dan pengembangan dibidang benih dan perlindungan tanaman agar memberikan manfaat bagi petani baik kecil maupun besar," kata Parveen Kathuria dalam rangka peringatan HUT Syngenta Indonesia ke-17 di Jakarta, Selasa.
Menurut Parveen, melalui dukungan laboratorium pusat penelitian pertanian di Cikampek Jawa Barat, perusahaan menggabungkan teknologi, genetika, pemuliaan, dan ilmu komputer untuk mendukung perkembangan pertanian di Indonesia.
Syngenta menyediakan satu hingga tiga teknologi pertanian baru terhadap petani setiap tahunnya dimana satu teknologi baru membutuhkan investasi hingga 300 juta dolar AS dalam kurun waktu 13 tahun.
Syngenta menjangkau hinga 500.000 petani setiap tahunnya melalui pusat pelatihan petani, klinik pertanian, jaringan petani, dan konsultasi petani, serta dalam sepuluh tahun terakhir Sygenta telah menjangkau sekitar 5 jua petani, kata Parveen.
Parveen mengatakan, terdapat empat program yang disiapkan di Indonesia yakni penyediaan teknologi bagi petani, peningkatan produktivitas petani, keamanan dan ketahanan pangan, serta kerja sama dengan berbagai pihak.
Sedangkan Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia, Midzon Johanis mengatakan, melalui teknologi perlindungan tanaman dan benih hibrida telah mendorong petani meningkatkan produktivitasnya hingga 10-20 persen.
"Di Jawa Timur lebih dari 15.000 petani padi mendapatkan manfaat dari teknologi modern Syngenta yang mampu meningkatkan hasil produksi padi rata-rata 5-6 ton per hektar menjadi 10 ton per hektar," kata Midzon.
Selain itu petani jagung di Nusa Tenggara juga dapat meningkatkan produksinya hingga 20 persen melalui teknologi kami, jelas Midzon.
Midzon juga berkomitmen terhadap bisnis yang berkelanjutan melalui "The Good Growth Plan" yakni enam komitmen untuk membantu menghasilkan lebih banyak pangan dengan lebih sedikit sumber daya, dengan tetap menjaga lingkungan dan membantu masyarakat pedesaan.
"Kami juga menjalin kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC), PISAgro, dan ALISHTER dalam rangka mendukung perkembangan pertanian di Indonesia," ujar Midzon.
Menurut Midzon, mayoritas petani di Indonesia merupakan petani kecil dengan lahan garapan 0,5 hektar, untuk itu perusahaan berupaya mengembangkan teknologi yang memunngkan dari lahan yang terbatas tersebut mendapatkan hasil yang maksimal.
Dia berharap pemerintah dapat memberikan kemudahan untuk pemanfaatan teknologi karena di lapangan membutuhkan waktu 5 sampai 6 tahun, sedangkan usia teknologi itu berkisar 10 sampai 15 tahun.
Midzon menyampaikan pada kuartal 1 pihaknya telah meluncurkan pestisida untuk gulma padi, sedangkan yang tengah disiapkan tahun 2019 menyiapkan benih padi hybrida yang tahan penyakit dan tahan terhadap wereng cokelat.
Program lainnya pelatihan dalam penggunaan pestisida dalam arti jangan sampai kelebihan dan juga jangan sampai kekurangan agar jangan sampai terjadi resistensi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017