Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan curah hujan yang ekstrem, sedimentasi sungai, hingga alih fungsi lahan, turut menjadi penyebab banjir bandang di Kabupaten Demak.
Selain jebolnya tanggul karena cuaca ekstrem, menurut dia, pengendapan di sungai atau sedimentasi juga dipicu karena banyaknya tanaman yang ditebang sehingga menyebabkan terjadinya banjir bandang.
"Semua sungai itu problemnya selalu sedimentasi. Kenapa itu terjadi karena juga tidak dihambat di hulunya, tanaman-tanaman yang banyak ditebang. Problemnya semua di situ. Kalau tidak terjadi banjir bandang, ya banjir," kata Presiden Jokowi usai meninjau korban banjir di Demak, seperti disaksikan dalam unggahan YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Jumat.
Presiden Jokowi juga menyoroti alih fungsi lahan dengan pembalakan liar. Ia meminta adanya upaya pencegahan alih fungsi lahan.
Baca juga: Presiden Jokowi tinjau lokasi terdampak banjir di Demak
Sebagai upaya jangka panjang, Presiden Jokowi meminta agar pemerintah daerah (pemda) setempat dapat melakukan reboisasi dan penghutanan kembali terhadap lahan yang sudah beralih fungsi.
Adapun intensitas hujan ekstrem telah memicu sejumlah infrastruktur tanggul di Kabupaten Demak jebol dengan lebar kebocoran yang bervariasi. Menurut Presiden Jokowi, tanggul tersebut jebol disebabkan kapasitas tampung sungai melampaui ambang batas normal.
"Tapi tadi malam yang lebar itu, yang jebol 15 meter, tadi malam jam 1 sudah ditutup, selesai dikerjakan selama empat hari berturut-turut siang malam," kata Presiden Jokowi.
Selain menutup tanggul jebol, lanjut Presiden Jokowi, pemerintah melalui Tim Modifikasi Cuaca (TMC) berupaya menggeser kumpulan awan ke arah laut untuk mengurangi hujan di Kabupaten Demak dan sekitarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kondisi banjir yang melanda Kabupaten Demak memicu enam tanggul pembatas aliran sungai jebol.
Situasi itu mengakibatkan 24.436 warga terdampak banjir harus sebab air menggenangi tempat tinggal mereka hingga Kamis (21/3).
Baca juga: Selat Muria disebut tak akan terbentuk dalam waktu dekat
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Selain jebolnya tanggul karena cuaca ekstrem, menurut dia, pengendapan di sungai atau sedimentasi juga dipicu karena banyaknya tanaman yang ditebang sehingga menyebabkan terjadinya banjir bandang.
"Semua sungai itu problemnya selalu sedimentasi. Kenapa itu terjadi karena juga tidak dihambat di hulunya, tanaman-tanaman yang banyak ditebang. Problemnya semua di situ. Kalau tidak terjadi banjir bandang, ya banjir," kata Presiden Jokowi usai meninjau korban banjir di Demak, seperti disaksikan dalam unggahan YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Jumat.
Presiden Jokowi juga menyoroti alih fungsi lahan dengan pembalakan liar. Ia meminta adanya upaya pencegahan alih fungsi lahan.
Baca juga: Presiden Jokowi tinjau lokasi terdampak banjir di Demak
Sebagai upaya jangka panjang, Presiden Jokowi meminta agar pemerintah daerah (pemda) setempat dapat melakukan reboisasi dan penghutanan kembali terhadap lahan yang sudah beralih fungsi.
Adapun intensitas hujan ekstrem telah memicu sejumlah infrastruktur tanggul di Kabupaten Demak jebol dengan lebar kebocoran yang bervariasi. Menurut Presiden Jokowi, tanggul tersebut jebol disebabkan kapasitas tampung sungai melampaui ambang batas normal.
"Tapi tadi malam yang lebar itu, yang jebol 15 meter, tadi malam jam 1 sudah ditutup, selesai dikerjakan selama empat hari berturut-turut siang malam," kata Presiden Jokowi.
Selain menutup tanggul jebol, lanjut Presiden Jokowi, pemerintah melalui Tim Modifikasi Cuaca (TMC) berupaya menggeser kumpulan awan ke arah laut untuk mengurangi hujan di Kabupaten Demak dan sekitarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kondisi banjir yang melanda Kabupaten Demak memicu enam tanggul pembatas aliran sungai jebol.
Situasi itu mengakibatkan 24.436 warga terdampak banjir harus sebab air menggenangi tempat tinggal mereka hingga Kamis (21/3).
Baca juga: Selat Muria disebut tak akan terbentuk dalam waktu dekat
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024