Lebak, (Antara News) - Kamar Dagang Industri (Kadin) Kabupaten Lebak, Banten mendorong petani mengembangkan tanaman jagung untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan memenuhi ketersediaan pangan nasional.

"Kami optimistis produksi jagung Lebak bisa memenuhi permintaan pengusaha ternak unggas, sehingga menjadi klaster usaha bagi masyarakat," kata Pelaksana Harian Kadin Kabupaten Lebak Agus Wisas, di Lebak, Minggu.

Kadin Kabupaten Lebak mengapresiasi panen perdana jagung di Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana seluas 300 hektare dari angka tanam 700 hektare.

Panen perdana jagung tersebut ditampung oleh perusahaan pabrik ternak unggas di Balaraja, Tangerang.

Panen jagung di desa itu secara kuantitas cukup bagus, namun secara kualitas kalah bersaing dengan jagung produksi Gorontalo.

Karena itu, pihaknya meminta petani terus meningkatkan kualitas jagung tersebut melalui rekayasa teknologi dengan pemupukan yang baik dan pennggunaan benih berlabel unggul karena tanaman jagung sangat banyak menggunakan pupuk.

"Saya kira jika jagung itu berkualitas tentu harga pemasarannya juga meningkat," katanya pula.

Menurutnya, pemerintah telah menghentikan impor jagung, sehingga masyarakat dan pengusaha agar bersinergi untuk memenuhi ketersediaan jagung dalam negeri.

Saat ini, pengusaha pabrik makanan ternak unggas siap menampung jagung petani, sehingga perlu dilakukan pemberdayaan usaha dengan membentuk koperasi.

Apabila jagung tersebut ditampung pengusaha berupa pipilan harganya sebesar Rp4.600/kg dengan produksi rata-rata lima ton per hektare, maka diakumulasikan pendapatan petani mencapai Rp25 juta/hektare.

Usia panen jagung benih hibrida jenis NK 212, Pioner, dan Metro selama 90 hari setelah tanam (HST).

"Kami tidak membayangkan jika pendapatan petani selama 90 hari mencapai Rp25 juta, sehingga tingkat kehidupan petani akan sangat baik dan sejahtera, sehingga bisa memutus mata rantai kemiskinan dan pengangguran," ujarnya lagi.

Menurut Agus, pihaknya sangat mendukung pengembangan jagung di Kabupaten Lebak agar memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Kabupaten Lebak menjadi sentra/lumbung jagung karena didukung lahan yang luas, baik milik masyarakat maupun Perum Perhutani dan PTPN VIII.

Petani bisa mengembangkan tanaman jagung di lahan milik BUMN dengan pola tumpang sari, seperti di Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana.

Selama ini, Kabupaten Lebak sebagai penghasil pangan dan bisa memasok kebutuhan beras hingga ke luar daerah, seperti Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Lampung.

"Kami yakin petani Lebak berhasil, selain beras juga produksi jagung melalui bantuan program upaya khusus yang digulirkan Kementerian Pertanian," katanya lagi.

Ketua Kelompok Tani Giri Mukti, Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak H Wawan menyebutkan saat ini petani binaannya sebanyak 350 orang, dan menggarap lahan pertanian jagung seluas 700 hektare pada lahan kawasan Perum Perhutani dengan sistem tumpang sari.

Petani mengembangkan tanaman jagung yang berhasil dipanen seluas 300 hektare dari angka tanam awal Mei 2017 lalu.

Sedangkan, seluas 400 hektare ditanam pada Juni-Juli, sehingga dipastikan panen Oktober mendatang.

"Semua produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan pabrik ternak unggas Balaraja, Tangerang sesuai dengan kesepakatan berupa jagung pipilan harganya Rp4.600/kg. Kami memperkirakan pendapatan petani bisa mencapai Rp25 juta/hektare," katanya lagi.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017