Lebak (Antara News) - Seluas 970 hektare tanaman padi di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten terserang hama wereng batang coklat (WBC) dan tikus akibat perubahan iklim di daerah ini sehingga populasi hama berkembangbiak.

"Kami menduga serangan hama WBC dan tikus itu, karena beberapa bulan terakhir curah hujan cenderung meningkat hingga menimbulkan kelembaban suhu udara," kata Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Itan Oktarianto saat dihubungi di Lebak, Jumat.

Serangan hama tanaman padi meluas di 19 kecamatan dengan masa tanam rata-rata 10 sampai 60 hari setelah hari tanam (SHT).

Akibat serangan hama tersebut dilaporkan di Kecamatan Malingping seluas 55 hektare, Bayah 20 hektare dan Wanasalam 70 hektare mengalami puso atau gagal panen.

Meski terjadi serangan hama dan puso, pihaknya menjamin tidak berdampak terhadap produksi pangan di Kabupaten Lebak.

Sebab, angka tanam hingga Juli 2017 sudah di atas 22 ribu hektare.

"Kami menilai serangan hama itu masih wajar dan tidak mempengaruhi produksi pangan," katanya menjelaskan.

Untuk pencegahan agar serangan hama tanaman padi tidak meluas,pihaknya  telah menyalurkan bantuan kepada kelompok tani berupa pengeposan tiran untuk membunuh tikus.

Selain itu juga penyemprotan pestisida guna memutus mata rantai penyebaran hama melalui serangan WBC.

Penyaluran bantuan itu nantinya kelompok tani secara massal melaksanakan gerakan antisipasi pencegahan hama tanaman padi tersebut.

"Kami berharap petani mampu melaksanakan pencegahan dini dengan melaksanakan gerakan massal itu agar tanaman padi bisa terselamatkan dari serangan hama," katanya.

Iin Setiawan, seorang petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kecamatan Maja Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya menerima laporan dari kelompok tani di wilayah kerjanya seluas 20 hektare terserang hama tikus.

Namun, serangan hama tikus itu masih wajar dan mampu dikendalikan dengan pengeposan tirani itu.

Saat ini, petani melakukan gerakan pengeposan di lubang-lubang dengan tirani agar populasi tikus mati dan tidak berkembang.

"Kami sangat terbantu adanya bantuan pengeposan tirani itu dari Dinas Pertanian dan Perkebunan setempat," katanya.

Berdasarkan laporan dari petugas pendataan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Supardi mengatakan panen padi selama Juni 2017 seluas 8.000 hektare lebih.

Namun, pihaknya menerima laporan dari Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kecamatan Malingping seluas 55 hektare mengalami gagal panen.

Selain itu juga produktivitas padi menurun, seperti di Kecamatan Banjarsari tercatat 4,5 ton, Kecamatan Maja 4,6 ton dan Kecamatan Cihara 5,0 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare.

"Kami hingga kini masih menunggu laporan dari UPT kecamatan karena belum seluruhnya melaporkan serangan hama itu," katanya.

Sementara itu, sejumlah petani Kabupaten Lebak mengaku mereka kebingungan atas serangan hama WBC dan tikus sehingga berdampak terhadap pendapatan usaha tani.

"Kami panen Juni lalu seluas satu hektare hanya kembali modal saja dengan melunasi pupuk, benih dan biaya traktor dan tidak menguntungkan hasil panen padi itu," kata Samian (50) seorang petani di Blok Cibungur Desa Rangkasitung Timure Kabupaten Lebak sambil menyatakan kini sudah mulai tanam padi kembali atau tandur.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017