Lebak (Antara News) - Ribuan buruh sadap karet di Kabupaten Lebak, Banten, terancam menganggur sejak dua pekan terakhir ini akibat dampak pasar dunia.

"Kami bingung saat ini harga karet berupa getah ditampung Rp4.000 dari sebelumya Rp8.000 per kilogram dan karet berupa shite Rp8.000, padahal sebelumnya Rp25.000 per kilogram," kata  Kosim, seorang pekerja Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Lebak, Jumat.

Akibat anjloknya harga karet di pasaran tentu berdampak terhadap pembayaran gaji buruh sadap tersendat-sendat dan tidak lancar.

Saat ini, perusahaan swasta yang mengembangkan komoditas perkebunan karet terpukul dengan harga anjlok di pasaran.

Perkebunan karet seluas 400 hektare itu terancam penutusan tenaga kerja termasuk buruh sadap bakal menganggur.

Karena itu, pihaknya mengeluhkan harga karet di pasaran dan berdampak terhadap pendapatan perusahaan.

"Jika harga karet terus anjlok kemungkinan akan terjadi pemutusan hubungan kerja terhadap buruh sadap," katanya.

Menurut dia, selama ini harga karet di pasar dunia anjlok karena adanya produksi karet sintesis yang dinilai lebih berkualitas dibandingkan produk yang menggunakan bahan baku karet.

Akibat produk sintesis itu dipastikan Perusahaan Swasta Besar (PBS) khusus komoditas karet terancam bangkrut sehingga bisa merumahkan para pekerja.

"Kami minta harga karet kembali membaik karena menyerap tenaga kerja ribuan orang termasuk buruh sadap," katanya.

Begitu juga Sarip, pengelola PT Pasir Cilaki Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak mengaku selama ini produksi harga karet di pasaran domestik maupun mancanegara anjlok sehingga berpengaruh terhadap gaji pegawai juga tukang sadap menjadi tidak lancar.

Pendapatan penjualan karet itu dipastikan menurun drastis sekitar 70 persen dibandingkan harga sebelumnya.

"Kami mendesak harga karet dapat kembali normal sehingga dapat menyelamatkan nasib tukang sadap itu," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan saat ini petani dan buruh sadap karet terpuruk setelah anjloknya komoditas karet di pasaran.

Bahkan, ribuan buruh sadap terancam menganggur dan diperkirakan 32.000 orang tersebar di 28 kecamatan.

Selama ini, para tenaga kerja di perkebunan karet mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, karena mereka bekerja dari pagi sampai siang hari dengan penghasilan Rp50 ribu per hari.

"Kami berharap harga karet segera membaik sehingga tidak menimbulkan pengangguran," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017