Lebak (Antara News) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Banten, mempromosikan produk kerajinan warga Badui berupa kain tenunagar bisa menembus pasar dunia.

"Kami terus mengoptimalkan pembinaan dan promosi agar menembus pasar dunia," kata Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sutisna di Lebak, Kamis.

Pemerintah daerah hingga kini terus melestarikan budaya kerajinan khas masyarakat Badui di antaranya kain tenun karena memiliki nilai jual cukup tinggi.

Kelebihan tenun Badui banyak motif dan berbeda dengan tenun dari daerah lain di Tanah Air.

Pengembangan kerajinan tenun Badui di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan.

Saat ini, pihaknya membina 200 perajin tenun Badui.

Para perajin tenun Badui mewarisi keterampilan turun temurun.

Pelestarian secara adat dilakukan dengan mempersyaratkan gadis Badui jika ketika akan menikah harus menenun kain Badui.

"Kami terus melakukan promosi dengan mengikuti pameran maupun even-even lainya ke luar daerah agar tenun Badui dikenal masyarakat luas," katanya.

Menurut dia, keunggulan tenun Badui memiliki motif begitu banyak hingga puluhan, diantaranya poleng paul, suwat semata, suwat songket, suwat samata biru manggu, suwat kembang kembang, adu mancung,aros kembang biru, aros anggede dan aros anggeus.

Perbedaan motif itu tentu berbeda warna sehingga cukup menarik bagi penggemar tenun tradisional tersebut.

Bahkan, tenun Badui karya disainer muda Amanda I Lestari pada ajang  fesyen dunia, "London Fashion Week" di Somerset House, London, Inggris pada 17 hingga 21 Februari 2017.

London Fashion Week memiliki kebanggaan melihat kehadiran tenun Baduy yang sederhana namun elegan dalam eksebisi fesyen menampilkan puluhan desainer dari 26 negara.

"Kami terus melestarikan budaya kerajinan tenun masyarakat Badui itu," katanya.

Neng (40), perajin tenun Badui warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mengatakan selama ini wisatawan yang berkunjung dari berbagai daerah banyak yang membeli kain Baduy.  
Wisatawan domestik yang datang ke sini ingin mengetahui kehidupan warga Baduy. Bahkan, wisatawan membeli produk kerajinan Badui dengan jumlah banyak.

Pengunjung membeli kain tenun Baduy untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni," katanya.

Benang tenun Badui itu didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat dan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual manual.

Biasanya, lanjut Neng, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3x2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan.

Pengerjaan kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.

"Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi keluarga dengan kerajinan kain Badui itu," katanya.

Amir (40), seorang pedagang khas kerajinan Badui mengatakan kerajinan tenun hasil produksi masyarakat adat Badui kini dipasarkan melalui media sosial guna memperluas jaringan pemasaran.

Adapun harga kain tenun itu tergantung kualitas mulai Rp200.000 sampai Rp500.000 per busana.

Pihaknya kini melayani penjualan melalui medsos banyak permintaan dari Bandung, Yogyakarta, Lampung hingga Batam.

"Kami sangat terbantu memasarkan melalui media sosial, seperti facebook, WA dan istagram banyak pesanan konsumen dari berbagai daerah di Tanah Air," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017