Lebak (Antara News) - Produksi jagung Kabupaten Lebak, Banten, tahun 2017 menyumbangkan ketersedian untuk perusahaan peternak unggas dengan tanam seluas 30.000 hektare melalui bantuan program upaya khusus (Upsus) jagung yang digulirkan Kementerian Pertanian.

"Kami optimistis produksi jagung bisa memenuhi ketersedian untuk perusahaan peternak," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Kamis.

Pemerintah daerah sangat terbantu adanya kerja sama dengan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Provinsi Banten yang siap menampung produksi jagung petani Kabupaten Lebak.

Petani mulai menggeliat melaksanakan gerakan tanam jagung, bahkan Juli mendatang sudah panen jagung di Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana seluas 270 hektare.

Produksi jagung itu tentu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat juga menyerap lapangan pekerjaan.

Apalagi, sebagian besar warga Kabupaten Lebak berprofesi sebagai petani dan buruh tani.

Oleh karena itu, pemerintah daerah meminta petani melaksanakan gerakan tanam jagung varietas hibrida bantuan program Upsus tersebut.

Sebab, berapa jumlah produksi jagung akan ditampung oleh  GPMT Banten sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani juga bisa mengatasi pengangguran.

Produktivitas jagung Kabupaten Lebak ditargetkan 7,0 ton per hektare dengan tanam seluas 30.000 hektare maka dikalkulasikan mencapai 210.000 ton.

Apabila, jagung berbentuk pipilan ditampung seharga Rp3.000/per kilogram maka menyumbangkan nilai pendapatan domestik regional bruto (PDRB) menembus Rp600 miliar lebih.

"Saya kira perguliran uang sebesar itu tentu akan bermuara tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat sehingga bisa meminimalisasi kemiskinan," katanya menjelaskan.

Menurut Dede, program Upsus jagung merupakan bagian program "Lebak Sejahtera" yang digulirkan kebijakan Bupati Iti Octavia Jayabaya.

Prospek pendapatan petani cukup menjanjikan setelah adanya kesiapan GPMT Banten menampung jagung tersebut.

Berdasarkan laporan petugas realisasi penyaluran benih jagung sejak April-Mei 2017 sudah ditanam seluas 3.289 hektare atau 49 ton.

Para petani yang mendapat bantuan program Upsus jagung dengan menerima benih sebanyak 15 kilogram per hektare dengan pupuk urea 50 kilogram per hektare.

Penyaluran bantuan benih jagung hibrida varietas NK 212 sangat cocok ditanam di wilayah Kabupaten Lebak.

"Kami berharap Lebak sebagai lumbung jagung melalui program Upsus jagung itu dan menyumbangkan ekonomi petani meningkat sehingga kehidupan keluarga menjadi lebih baik," katanya.

Untuk menggenjot produksi jagung, pihaknya kini menjalin kerja sama dengan perusahaan BUMN diantaranya Perum Perhutani dan Perkebunan VIII dengan memanfaatkan lahan tidur yang jumlah mencapai ribuan hektare.

Lahan tidur itu nantinya ditanam jagung oleh petani setempat sehingga bisa meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.

"Kami bekerja keras agar Lebak menjadikan lumbung jagung dengan mengoptimalkan tenaga penyuluh, juga penerapan teknologi budidaya pertanian serta perluasan tanaman," katanya menjelaskan.

Seorang petani di Kecamatan Bojongmanik, Kabupaten Lebak, Udin (55), mengakui kini mengembangkan tanaman jagung di lahan darat seluas satu hektare melalui bantuan Upsus yang digulirkan Kementan.

"Jika panen jagung dapat meraup keuntungan sekitar Rp21 juta dengan produksi 21 ton dan harga Rp3.000/Kg," katanya.

Sejumlah petani Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan mereka mengembangkan budidaya tanaman jagung hibrida melalui bantuan program Upsus itu.

Tanaman jagung jenis varietas NK 212 tersebut dengan memanfaatkan lahan milik BUMN seluas 20 hektare.

Pengembangan tanaman jagung diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional.

"Kami berharap penanaman jagung itu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi, terlebih kesiapan pengusaha ternak yang menampung jagung petani," kata Duloh (45) seorang anggota Kelompok Tani di Kecamatan Curugbitung Kabupaten Lebak.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017