Lebak, (Antara News) - Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Firman Rahmatullah menyatakan sebagian besar penderita human immuno deficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) di Kabupaten Lebak, Banten kaum perempuan.

"Penderita HIV/AIDS selama kurun (2000-2016) di Kabupaten Lebak mencapai 220 orang, di antaranya 120 masih menjalani pengobatan dan 100 dilaporkan meninggal dunia," katanya di Rangkasbitung, Lebak, Jumat.

Dari 120 penderita HIV/AIDS itu kebanyakan kaum perempuan dan ibu rumah tangga.

Penyebaran penyakit yang mematikan itu di Kabupaten Lebak meningkat sehingga perlu dilakukan pencegahan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, pemerintah daerah, termasuk media.

Penderita virus HIV/AIDS hingga kini belum ditemukan obatnya.

Penyakit menular tersebut dalam waktu jangka lama bisa menimbulkan kematian.

"Kami terus mengoptimalkan sosialisasi dan penyuluhan untuk mencegah penyebaran penyakit yang mematikan itu," katanya.

Menurut Firman, penyebaran penyakit HIV/AIDS itu ditularkan melalui pergaulan seks bebas, penggunaan jarum suntik bekas narkoba, transfusi darah dari penderita positif, serta melalui air susu ibu.

Namun, penderita HIV/AIDS yang masih hidup sebanyak 120 orang itu akibat seks bebas, dan jarum suntik narkoba.

Sebagian besar penderita HIV/AIDS yang positif perempuan dan ibu rumah tangga akibat suaminya kerapkali hubungan seks di jalanan.

"Kami minta masyarakat agar mewaspadai bahaya penyakit HIV/AIDS," ujarnya.

Firman mengatakan, selama ini penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak seperti fenomena gunung es.

Sehingga perlu adanya tindakan pencegahan dan penanggulangan dari masyarakat.

Sebab banyak juga kasus penderita yang tidak terdeteksi oleh tim medis karena mereka tak dilakukan pemeriksaan.

Sedangkan yang diketahui menderita HIV/AIDS setelah dilakukan pemeriksaan tim medis.

"Kami mengimbau pelajar agar berhati-hati dalam pergaulan dan jangan sampai terlibat kasus narkoba dan pergaulan bebas sehingga rawan terhadap penyebaran virus mematikan itu," katanya.

Humas RSUD Adjidarmo Rangkasbitung Budi Kuswandi mengatakan selama ini pengobatan penderita HIV/AIDS digratiskan melalui bantuan pemerintah.

RSUD Adjidarmo Rangkasbitung setiap hari melayani pengobatan penderita HIV/AIDS dengan membuka Klinik Seroja.

Saat ini, pasien yang mengunjungi Klinik Seroja cukup banyak untuk mendapatkan pengobatan terapi antiretroviral atau ART.

Terapi ini, kata dia, dilakukan secara terus-menerus agar efektif. Pengobatan terapi ART tidak dapat menyembuhkan HIV, namun dapat mempertahankan hidup lama.

Sebelumnya, obat ART sulit ditemukan juga harganya sangat mahal.

Namun, saat ini pengobatan ART digratiskan oleh pemerintah melalui rumah sakit rujukan ARV.

"Saya kira melalui pengobatan gratis itu tentu dapat meningkatkan kualitas penderita agar bisa bertahan hidup lama," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017