Lebak (Antara News) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, optimistis Kota Rangkasbitung yang memiliki destinasi wisata air dan Museum Max Havelaar kelak dikunjungi banyak wisatawan mancanegara

"Kami optimistis ke depan Rangkasbitung dibanjiri wisatawan dunia," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Lebak Dodi Irawan di Lebak, Jumat.

Potensi destinasi wisata Kota Rangkasbitung dinilainya memiliki nilai jual untuk mendatangkan investor.

Selain itu juga potensi wisata tersebut termasuk luar biasa dibandingkan di daerah lain di Provinsi Banten.

Destinasi wisata Rancalintah dengan menawarkan konsep wisata air dan penghijauan. Lokasinya tidak jauh dari Gedung Museum Max Havelaar.

Max Havelaar adalah Asisten Residen Lebak 1850 yang menuliskan penindasan terhadap kaum bumi putra di Lebak. Mereka diperas oleh para mandor, para demang, dan para bupati.

Mereka keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan secara melarat dan ditindas dengan diperlakukan kurang adil oleh para petugas pemerintah setempat.

Karena itu, novel Max Havelaar karya pena Multatuli merupakan bagian sejarah dunia.

"Kami optimistis Museum Max Havelaar itu bisa menjadikan kunjungan wisatawan asing," ujarnya.

Untuk mewujudkan target Kota Rangkasbitung dilirik dunia, pemerintah daerah melakuka berbagai penataan agar menjadikan daerah yang bersih, sehat, nyaman, tertib dan ramah lingkungan.

Sebab, kebersihan itu bisa mendatangkan para investor untuk menanamkan modalnya di daerah Kota Bambu tersebut.

Saat ini, ruas jalan protokol di Kota Rangkasbitung mirip di negara Belanda yakni Jalan Multatuli dan kawasan Alun-alun dengan banyak bertebaran tanaman bunga-bunga di sekitar jalan tersebut.

Pemerintah daerah juga memperbanyak kawasan-kawasan taman dan penghijauan sehingga terlihat ramah lingkungan.

Selain itu juga dibangun kawasan pusat makanan oleh-oleh atau buah tangan'dari hasil kerajinan usaha kecil dan menengah (UKM).

Produk UKM itu ditampung di Plaza Komoditas yang lokasinya berdekatan dengan Terminal Bus Mandala.

Ada beberapa produk UKM yang menembus pasar dunia, di antaranya gula semut dan gula aren.

Penataan lainnya, kata dia, dilakukan penertiban pedagang kaki lima, dan kini dipusatkan di Jalan Sunankalijaga.

"Kami secara bertahap melaksanakaan penataan dan pembenahan Kota Rangkasbitung agar menjadi kota indah, cantik, bersih, nyaman dan tertib, sehingga bisa mendatangkan wisatawan mancanegara," katanya.

Menurut Dodi, pemerintah daerah juga mengembangkan destinasi wisata budaya Baduy, wisata religi dan wisata alam.

Destinasi wisata tersebut diyakininya akan dibanjiri wisatawan domestik dan wisatawan asing.

Pengembangan wisata alam itu diantaranya pesisir pantai karena terdapat Pantai Sawarna yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudra Hindia dan memiliki gelombang tinggi, sehingga cocok dijadikan lokasi selancar.

Potensi wisata alam lainnya terdapat kawasan pemandangan pegunungan dan perbukitan dengan kondisi alami dan hijau.

Mereka para wisatawan melintasi lokasi tersebut menggunakan kendaraan roda empat juga terdapat pemandian air panas.

Selain itu juga wisata budaya masyarakat Baduy memiliki nilai jual yang mendunia, seperti kehidupan komunitas suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.

Khasanah budaya masyarakat Baduy cukup menarik untuk dilakukan wisata penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakat itu hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya.

Masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan modern.

"Kami yakin ke depan banyak para ahli antropologi datang ke Baduy untuk melakukan penelitian," katanya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Syahida, mengatakan, saat ini objek wisata Baduy cukup luar biasa sebagai ikon pariwisata Lebak dan bisa mendatangkan investor yang bergerak di bidang pariwisata.

Destinasi obyek wisata Baduy itu juga tidak semua daerah di Tanah Air memiliki suku terasing.

Karena itu, pihaknya yakin objek wisata Baduy bisa mendunia karena memiliki nilai-nilai budaya, adat juga alamnya yang hijau dan lestari.

Masyarakat Baduy hingga kini mencintai hutan dan lahan dengan penghijauan juga pelestarian alam.

Bahkan, masyarakat Baduy melarang melakukan penebangan pohon karena bisa menimbulkan malapetaka bencana alam.

"Kami terus mendorong agar kawasan Baduy bisa dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017