Lebak (Antara News) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menata kawasan destinasi objek wisata Baduy untuk menggenjot wisatawan domestik dan mancanegara.

"Kami yakin melalui penataan itu dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke objek wisata Baduy," kata Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Imam  Rismahayadin di Lebak, Jumat.

Selama ini, katanya, objek wisata Baduy luar biasa sebagai ikon pariwisata Lebak  dan bisa mendunia.

Potensi destinasi wisata Baduy tidak semua daerah di Tanah Air memiliki suku terasing karena itu, pihaknya yakin objek wisata Baduy bisa mendunia karena memiliki nilai-nilai budaya, adat, dan alamnya yang hijau dan lestari.

Selain itu juga masyarakat Baduy hingga kini mencintai hutan dan lahan dengan penghijauan juga pelestarian alam.

Sebab, hutan menjadikan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan, bahkan dilarang melakukan penebangan pohon.

Apabila, pepohonan yang ada di kawasan hutan ditebang dipastikan dapat  menimbulkan malapetaka bencana alam.

Destinasi wisata Baduy bisa juga dijadikan penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakat itu hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya.

Untuk itu, banyak wisatawan domestik dan mancanegara melakukan penelitian kehidupan masyarakat Baduy.

Kelebihan masyarakat Baduy sangat menghormati terhadap alam dengan menolak pembangunan modernisasi, seperti di permukiman kawasan Baduy seluas 5.100 hektare tidak ditemukan jalan aspal, jembatan besi, rumah permanen, kendaraan, elektronika hingga dilarang penerangan listrik.

Karena itu, kehidupan masyarakat Baduy dipedalaman Kabupaten Lebak sangat unik di zaman era globalisasi itu.

"Kami berharap penataan itu antara lain pembangunan sanitasi, pintu gerbang, parkir dan pusat perbelanjaan," katanya.

Menurut Imam, masyarakat Baduy Dalam berpakaian putih-putih jika bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik angkutan kendaraan.

Karena itu, banyak para antropolog datang ke Baduy untuk melakukan penelitian.

Sebab, masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadatnya.

Dengan begitu, lanjut Iman, pemerintah daerah harus memprogramkan wisata Baduy menjadi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA).

Pengembangan wisata itu melalui penataan dengan pembangunan terintegrasi dengan infrastruktur, penginapan, dan pusat perdagangan.

Selain itu juga produk-produk kerajinan suku Baduy cukup unik di antaranya aneka jenis suvenir, tas koja, golok, tenun, dan gula aren.

"Saya yakin jika dibangun secara terintegrasi di kawasan Baduy dipastikan bisa menjadi obyek wisata mendunia," katanya.

Camat Leuwidamar Kabupaten Lebak, Endi Suhendi mengatakan pemerintah daerah terus membangun jalan menuju obyek wisata budaya Baduy dari Rangkasbitung hingga Ciboleger atau pintu gerbang masuk kawasan Baduy.

Mereka para wisawatan memadati kawasan permukiman Baduy jika liburan sekolah maupun hari raya keagamaan.

Saat ini, pengunjung wisatawan tahun 2016 mencapai 6.849 orang dan 170 orang berasal dari Belanda, Inggris, dan Swiss.

 "Sebagian besar wisman itu untuk kepentingan konservasi maupun mempelajari budaya setempat," kata Endi.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017