Aneurisma otak adalah kondisi dinding arteri otak yang melemah dan menonjol (membentuk kantong) dan terisi darah. Kondisi ini juga umum disebut sebagai aneurisma intrakranial atau aneurisma selebral.
Aneurisma otak sangat berpotensi mengancam jiwa dan dapat mempengaruhi usia berapa pun, karena ibarat bom waktu yang berpotensi pecah dan menyebabkan perdarahan di dalam otak dan dapat berakibat fatal.
Dilansir dari beberapa sumber, dikatakan bahwa 1 berbanding 100 orang berpotensi memiliki aneurisma otak, namun selama ini kesadaran untuk melakukan deteksi dini aneurisma otak ini masih rendah. Angka tersebut hanya berdasarkan data diagnosa yang berhasil ditegakkan, belum termasuk angka kematian akibat pecahnya aneurisma otak yang meninggal namun belum bisa dipastikan diagnosa penyebab stroke perdarahan karena tidak diotopsi.
Menurut laman The Brain Aneurysm Foundation, ada sekitar 500.000 kematian setiap tahun di dunia akibat aneurisma otak dan separuhnya berusia di bawah 50 tahun. Bahkan setiap 18 menit, ada kejadian pecahnya aneurisma otak. Dan dari seluruh kasus aneurisma yang pecah, 50% berakibat fatal, dan dari 66% yang survive, menderita defisit neurologis (kelumpuhan) permanen.
Baca juga: Ini tiga gejala diabetes melitus pada anak dan penanganannya
Latar belakang inilah yang membuat, dr. Mardjono Tjahjadi, Sp.BS, Subsp. N-Vas(K), PhD. (yang kerap disapa dengan dr. Joy), seorang dokter Bedah Saraf yang ahli di bidang Vaskuler ini meluncurkan sebuah buku “Memahami Aneurisma Otak Ed. 2” sekaligus melakukan bedah buku tersebut pada sebuah acara Aneurysm Awareness Month yang diadakan oleh RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Peluncuran buku yang diselenggarakan di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Utara ini turut dihadiri oleh sejumlah Plt. Kepala Dinas Kesehatan, drg. Ani Ruspitawati, MM., Kasubid Yankes, dr. Luigi, MPH, Kasudinkes Jakarta Utara, dr. Lysbeth Regina Pandjaitan, M.Biomed., para Dokter Bedah Saraf Senior seperti Prof. DR. dr. Satyanegara, Sp.BS(K), DR. dr. Djoko Listiono Linggo, Sp.BS(K), dr. Gunawan Susanto, Sp.BS, dr. Rahim Purba, Sp.BS, beberapa dokter bedah saraf lainnya serta beberapa direktur RS lain yang ikut mendukung kegiatan ini.
Baca juga: Ini kiat hidup sehat untuk penderita anemia
Komunitas Aneurisma Otak, Wadah Berbagi dan Belajar bagi Penderita dan Keluarga
Pada puncak acara ini, secara spontan dibentuk juga sebuah Komunitas Aneurisma Otak yang pertama di Indonesia, komunitas ini beranggotakan para survivor Aneurisma dengan dukungan dari Direktur RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, dr. Ronald Reagan dan sejumlah pejabat dan dokter Bedah Saraf yang hadir. Vonny dan Citra, yang merupakan pasien aneurisma dr. Joy yang turut hadir pada kesempatan ini dipilih untuk menjadi Ketua dan Wakil Ketua Komunitas Aneurisma Otak ini.
“Harapan kami, komunitas ini bisa menjadi wadah untuk berbagi informasi dan edukasi serta memberikan dukungan bagi para penderita aneurisma dan keluarganya. Tentunya kita akan terus membantu memfasilitasi komunitas ini supaya bisa melakukan berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, konseling, sharing session, dan sosialisasi secara luas mengenai pentingnya deteksi dini, sehingga banyak masyarakat yang terbantu dan semakin sadar akan bahaya aneurisma otak ini,” ujar dr. Reagan.
Baca juga: Tips pakai parfum biar pancarkan wangi maksimal
"Kami sangat bersyukur dengan adanya wadah ini, dan berharap komunitas yang terbentuk ini bisa mengembangkan sayap lebih luas tidak hanya beranggotakan para penderita dan keluarga, namun ada dokter-dokter, perawat, psikolog, dan ahli-ahli lain yang kompeten dan profesional yang peduli dengan issue aneurisma otak, sehingga bisa berperan sinergis untuk saling berbagi pengalaman, motivasi, dan dukungan, serta menyebarkan hal-hal yang positif dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit ini serta bermanfaat buat masyarakat banyak," tutur Vonny, Ketua Komunitas Aneurisma Otak.
Vonny dan Citra sama-sama mewakili suara para penderita dan keluarga aneurisma otak. Mereka berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menghadapi tantangan fisik dan mental setelah didiagnosis aneurisma otak. Mereka mengaku sempat merasa khawatir, takut, cemas, depresi, dan stress, namun karena adanya dukungan dari keluarga, teman-teman, dokter dan tim RS yang hebat, mereka merasa jauh lebih tenang dan tidak putus asa apalagi ternyata setelah menjalani operasi dan terapi, mereka bisa kembali beraktivitas kembali seperti sediakala. Oleh karena itu, mereka sangat bersyukur dengan adanya komunitas aneurisma otak yang menjadi wadah bagi mereka untuk saling berbagi dan belajar tentang aneurisma otak. “Kami juga merasa lebih termotivasi dan bersemangat untuk bisa sharing pengalaman kami dengan cara yang positif dan produktif bisa bermanfaat untuk masyarakat luas”, tambah Citra.
"Kami percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mencegah dan mengelola aneurisma otak. Komunitas ini akan menjadi tempat dimana penderita, keluarga mereka, dan masyarakat umum bisa mendapatkan dukungan, informasi, dan edukasi yang mereka butuhkan. Aneurisma ini merupakan penyakit yang dianggap “belum selesai” walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk memahami penyakit ini. Ancaman aneurisma ini “sunyi”, diam-diam mengintai dan tumbuh di antara lipatan atau dasar otak tanpa memberikan gejala ataupun tanda apapun hingga suatu saat tiba-tiba pecah dan menimbulkan gejala yang parah. Padahal, jika aneurisma tersebut bisa terdeteksi sejak dini, bisa dilakukan tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat untuk menghindari komplikasi," tambah dr. Joy.
Baca juga: Sakit kepala berkelanjutan ternyata bisa dipicu gangguan sistem saraf
Dr. Joy, dokter yang pernah menempuh pendidikan Neuro-Endovascular di beberapa negara seperti Seoul National University of Bundang Hospital, University of Helsinki berharap dengan launching buku tersebut dan acara Aneurysm Awareness Month ini bisa menambah awareness masyarakat Indonesia. Tentunya hal tersebut harus didukung dengan fasilitas RS yang memadai untuk deteksi dini dan penatalaksanaan yang advanced, serta dokter yang sangat berkompeten, yang mampu melakukan hybrid microendovascular surgery.
“RS Mitra Keluarga Kelapa Gading sudah memiliki standar fasilitas internasional yang sangat advanced dalam penanganan masalah tumor otak, stroke, dan Neuro-Endovascular seperti Cathlab, teknologi mikroskop bedah saraf yang paling terkini untuk tindakan microendovascular surgery, Full Carbon Operating Table yang tercanggih, neuro-endoscopy, neuro-navigation, CUSA, Intra Operative Monitoring (IOM) Services, dan peralatan canggih lainnya”, tambah dr. Reagan
“Saya kira inisiatif komunitas ini adalah suatu langkah yang sangat penting dalam memerangi aneurisma otak dan membantu mereka yang terkena dampaknya”, menurut dr. Reagan.
Sehingga dalam rangka mendukung Aneurysm Awareness Month ini, RS Mitra Keluarga Kelapa Gading juga memberikan voucher kepada semua peserta, yang bisa dipergunakan untuk melakukan skrining MRI MRA Otak.
Baca juga: Bagi penderita obesitas, ini tips turunkan berat badan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Aneurisma otak sangat berpotensi mengancam jiwa dan dapat mempengaruhi usia berapa pun, karena ibarat bom waktu yang berpotensi pecah dan menyebabkan perdarahan di dalam otak dan dapat berakibat fatal.
Dilansir dari beberapa sumber, dikatakan bahwa 1 berbanding 100 orang berpotensi memiliki aneurisma otak, namun selama ini kesadaran untuk melakukan deteksi dini aneurisma otak ini masih rendah. Angka tersebut hanya berdasarkan data diagnosa yang berhasil ditegakkan, belum termasuk angka kematian akibat pecahnya aneurisma otak yang meninggal namun belum bisa dipastikan diagnosa penyebab stroke perdarahan karena tidak diotopsi.
Menurut laman The Brain Aneurysm Foundation, ada sekitar 500.000 kematian setiap tahun di dunia akibat aneurisma otak dan separuhnya berusia di bawah 50 tahun. Bahkan setiap 18 menit, ada kejadian pecahnya aneurisma otak. Dan dari seluruh kasus aneurisma yang pecah, 50% berakibat fatal, dan dari 66% yang survive, menderita defisit neurologis (kelumpuhan) permanen.
Baca juga: Ini tiga gejala diabetes melitus pada anak dan penanganannya
Latar belakang inilah yang membuat, dr. Mardjono Tjahjadi, Sp.BS, Subsp. N-Vas(K), PhD. (yang kerap disapa dengan dr. Joy), seorang dokter Bedah Saraf yang ahli di bidang Vaskuler ini meluncurkan sebuah buku “Memahami Aneurisma Otak Ed. 2” sekaligus melakukan bedah buku tersebut pada sebuah acara Aneurysm Awareness Month yang diadakan oleh RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
Peluncuran buku yang diselenggarakan di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Utara ini turut dihadiri oleh sejumlah Plt. Kepala Dinas Kesehatan, drg. Ani Ruspitawati, MM., Kasubid Yankes, dr. Luigi, MPH, Kasudinkes Jakarta Utara, dr. Lysbeth Regina Pandjaitan, M.Biomed., para Dokter Bedah Saraf Senior seperti Prof. DR. dr. Satyanegara, Sp.BS(K), DR. dr. Djoko Listiono Linggo, Sp.BS(K), dr. Gunawan Susanto, Sp.BS, dr. Rahim Purba, Sp.BS, beberapa dokter bedah saraf lainnya serta beberapa direktur RS lain yang ikut mendukung kegiatan ini.
Baca juga: Ini kiat hidup sehat untuk penderita anemia
Komunitas Aneurisma Otak, Wadah Berbagi dan Belajar bagi Penderita dan Keluarga
Pada puncak acara ini, secara spontan dibentuk juga sebuah Komunitas Aneurisma Otak yang pertama di Indonesia, komunitas ini beranggotakan para survivor Aneurisma dengan dukungan dari Direktur RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, dr. Ronald Reagan dan sejumlah pejabat dan dokter Bedah Saraf yang hadir. Vonny dan Citra, yang merupakan pasien aneurisma dr. Joy yang turut hadir pada kesempatan ini dipilih untuk menjadi Ketua dan Wakil Ketua Komunitas Aneurisma Otak ini.
“Harapan kami, komunitas ini bisa menjadi wadah untuk berbagi informasi dan edukasi serta memberikan dukungan bagi para penderita aneurisma dan keluarganya. Tentunya kita akan terus membantu memfasilitasi komunitas ini supaya bisa melakukan berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, konseling, sharing session, dan sosialisasi secara luas mengenai pentingnya deteksi dini, sehingga banyak masyarakat yang terbantu dan semakin sadar akan bahaya aneurisma otak ini,” ujar dr. Reagan.
Baca juga: Tips pakai parfum biar pancarkan wangi maksimal
"Kami sangat bersyukur dengan adanya wadah ini, dan berharap komunitas yang terbentuk ini bisa mengembangkan sayap lebih luas tidak hanya beranggotakan para penderita dan keluarga, namun ada dokter-dokter, perawat, psikolog, dan ahli-ahli lain yang kompeten dan profesional yang peduli dengan issue aneurisma otak, sehingga bisa berperan sinergis untuk saling berbagi pengalaman, motivasi, dan dukungan, serta menyebarkan hal-hal yang positif dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit ini serta bermanfaat buat masyarakat banyak," tutur Vonny, Ketua Komunitas Aneurisma Otak.
Vonny dan Citra sama-sama mewakili suara para penderita dan keluarga aneurisma otak. Mereka berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menghadapi tantangan fisik dan mental setelah didiagnosis aneurisma otak. Mereka mengaku sempat merasa khawatir, takut, cemas, depresi, dan stress, namun karena adanya dukungan dari keluarga, teman-teman, dokter dan tim RS yang hebat, mereka merasa jauh lebih tenang dan tidak putus asa apalagi ternyata setelah menjalani operasi dan terapi, mereka bisa kembali beraktivitas kembali seperti sediakala. Oleh karena itu, mereka sangat bersyukur dengan adanya komunitas aneurisma otak yang menjadi wadah bagi mereka untuk saling berbagi dan belajar tentang aneurisma otak. “Kami juga merasa lebih termotivasi dan bersemangat untuk bisa sharing pengalaman kami dengan cara yang positif dan produktif bisa bermanfaat untuk masyarakat luas”, tambah Citra.
"Kami percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk mencegah dan mengelola aneurisma otak. Komunitas ini akan menjadi tempat dimana penderita, keluarga mereka, dan masyarakat umum bisa mendapatkan dukungan, informasi, dan edukasi yang mereka butuhkan. Aneurisma ini merupakan penyakit yang dianggap “belum selesai” walaupun sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk memahami penyakit ini. Ancaman aneurisma ini “sunyi”, diam-diam mengintai dan tumbuh di antara lipatan atau dasar otak tanpa memberikan gejala ataupun tanda apapun hingga suatu saat tiba-tiba pecah dan menimbulkan gejala yang parah. Padahal, jika aneurisma tersebut bisa terdeteksi sejak dini, bisa dilakukan tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat untuk menghindari komplikasi," tambah dr. Joy.
Baca juga: Sakit kepala berkelanjutan ternyata bisa dipicu gangguan sistem saraf
Dr. Joy, dokter yang pernah menempuh pendidikan Neuro-Endovascular di beberapa negara seperti Seoul National University of Bundang Hospital, University of Helsinki berharap dengan launching buku tersebut dan acara Aneurysm Awareness Month ini bisa menambah awareness masyarakat Indonesia. Tentunya hal tersebut harus didukung dengan fasilitas RS yang memadai untuk deteksi dini dan penatalaksanaan yang advanced, serta dokter yang sangat berkompeten, yang mampu melakukan hybrid microendovascular surgery.
“RS Mitra Keluarga Kelapa Gading sudah memiliki standar fasilitas internasional yang sangat advanced dalam penanganan masalah tumor otak, stroke, dan Neuro-Endovascular seperti Cathlab, teknologi mikroskop bedah saraf yang paling terkini untuk tindakan microendovascular surgery, Full Carbon Operating Table yang tercanggih, neuro-endoscopy, neuro-navigation, CUSA, Intra Operative Monitoring (IOM) Services, dan peralatan canggih lainnya”, tambah dr. Reagan
“Saya kira inisiatif komunitas ini adalah suatu langkah yang sangat penting dalam memerangi aneurisma otak dan membantu mereka yang terkena dampaknya”, menurut dr. Reagan.
Sehingga dalam rangka mendukung Aneurysm Awareness Month ini, RS Mitra Keluarga Kelapa Gading juga memberikan voucher kepada semua peserta, yang bisa dipergunakan untuk melakukan skrining MRI MRA Otak.
Baca juga: Bagi penderita obesitas, ini tips turunkan berat badan
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023