Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Banten memberikan imbauan kepada masyarakat untuk melakukan sedekah air dengan membuat biopori di rumahnya masing - masing terkait musim kemarau yang kini sedang melanda.
"Sedekah air sekarang kita gencarkan sebagai budaya hemat air. Ini juga menjaga ketersediaan air di masing - masing pemukiman," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tihar Sopian di Tangerang Selasa.
Baca juga: 50 petugas disiagakan jaga kebersihan kawasan Festival Al-Azhom
Upaya lain yang juga dapat dilakukan masyarakat adalah dengan membudayakan menanam sebagai sedekah oksigen serta konservasi air yang dilakukan dinas lingkungan hidup.
Saat ini ketersediaan air bersih yang disalurkan PDAM Tirta Benteng masih tersalurkan dengan baik. Namun pihaknya terus melakukan sosialisasi menindak lanjuti imbauan dari BMKG.
"Kita masifkan sosialisasi ini dari mulai sekolah melalui program adiwiyata hingga kampung proklim yang kita sudah bentuk di berbagai wilayah," ujarnya.
Baca juga: Air sungai di Pamekasan berubah merah
Tihar menyebutkan Kota Tangerang memiliki dua kolam retensi yang tersedia di RW 08, Kelurahan Cipadu Jaya, Kecamatan Larangan dan di RW 08 Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci. Selain itu, sebanyak 1676 lubang biopori super jumbo telah dibangun di sembilan kecamatan.
Kemudian, pada tahun 2023 ini Pemkot Tangerang akan menambah sebanyak 20 sumur resapan dan 50 biopori super jumbo. Pembangunan sumur resapan dan biopori tersebut akan diprioritaskan di titik-titik rawan mengalami banjir.
"Biopori ini kedalamannya mencapai hingga satu meter. Lalu, sumur injeksi kedalamannya hingga 40 meter," ujarnya.
Baca juga: DLH Tangerang buka peluang RW dibina jadi kampung iklim
Camat Pinang, Syarifudin Harja Winata mengatakan pada tahun lalu telah dilakukan pembangunan 50 titik drainase dan turap serta 158 titik pemasangan biopori super jumbo.
Pejabat Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG), BMKG Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang, Maria Evi Trianasari mengatakan puncak kemarau kering 2023 diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September.
"Fenomena ini pun berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional, karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan,” kata Maria Evi.
Baca juga: DLH Kota Tangerang: Kendaraan bermotor penyumbang emisi terbesar
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
"Sedekah air sekarang kita gencarkan sebagai budaya hemat air. Ini juga menjaga ketersediaan air di masing - masing pemukiman," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tihar Sopian di Tangerang Selasa.
Baca juga: 50 petugas disiagakan jaga kebersihan kawasan Festival Al-Azhom
Upaya lain yang juga dapat dilakukan masyarakat adalah dengan membudayakan menanam sebagai sedekah oksigen serta konservasi air yang dilakukan dinas lingkungan hidup.
Saat ini ketersediaan air bersih yang disalurkan PDAM Tirta Benteng masih tersalurkan dengan baik. Namun pihaknya terus melakukan sosialisasi menindak lanjuti imbauan dari BMKG.
"Kita masifkan sosialisasi ini dari mulai sekolah melalui program adiwiyata hingga kampung proklim yang kita sudah bentuk di berbagai wilayah," ujarnya.
Baca juga: Air sungai di Pamekasan berubah merah
Tihar menyebutkan Kota Tangerang memiliki dua kolam retensi yang tersedia di RW 08, Kelurahan Cipadu Jaya, Kecamatan Larangan dan di RW 08 Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci. Selain itu, sebanyak 1676 lubang biopori super jumbo telah dibangun di sembilan kecamatan.
Kemudian, pada tahun 2023 ini Pemkot Tangerang akan menambah sebanyak 20 sumur resapan dan 50 biopori super jumbo. Pembangunan sumur resapan dan biopori tersebut akan diprioritaskan di titik-titik rawan mengalami banjir.
"Biopori ini kedalamannya mencapai hingga satu meter. Lalu, sumur injeksi kedalamannya hingga 40 meter," ujarnya.
Baca juga: DLH Tangerang buka peluang RW dibina jadi kampung iklim
Camat Pinang, Syarifudin Harja Winata mengatakan pada tahun lalu telah dilakukan pembangunan 50 titik drainase dan turap serta 158 titik pemasangan biopori super jumbo.
Pejabat Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG), BMKG Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang, Maria Evi Trianasari mengatakan puncak kemarau kering 2023 diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September.
"Fenomena ini pun berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional, karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan,” kata Maria Evi.
Baca juga: DLH Kota Tangerang: Kendaraan bermotor penyumbang emisi terbesar
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023