Jakarta (Antara News) - PT Krakatau Steel Tbk untuk tahun 2016 tetap akan mengandalkan produk baja gulungan baik itu dalam bentuk canai panas (hot rolled coil) dan dingin (cold rolled coil) serta masih menjadikan pasar lokal sebagai sumber pendapatan.

"Produk kami berupa baja gulungan canai panas dan dingin masih mendominasi pasar nasional dengan pangsa masing-masing 37 persen dan 28 persen," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (Persero), Sukandar di Jakarta, Kamis.

Sukandar mengatakan ke depan perseroan akan terus mempertahankan produk tersebut meskipun harga dan permintaan pasar baja internasional masih melemah.

Permintaan baja China turun sebesar 7,5 persen di bulan Juli 2015, merupakan penurunan terbesar sejak krisis finansial 2008, sedangkan untuk tahun ini diperkirakan turun sebesar 3,4 persen (YoY).

Kondisi ini membuat produsen baja di China mengalihkan ke pasar internasional, yang ditunjukkan oleh kenaikan ekspor baja China sebesar 32,1 persen (YoY) di bulan September 2015 dan menyebabkan kelebihan pasokan di pasar global, sehingga berdampak pada turunnya harga di pasar global.

Akibatnya berdampak kepada perseroan, dalam RUPS Rabu (23/12) diumumkan pendapatan bersih pada kuartal III 2015 turun sebesar 27,0% (YoY) menjadi 1.360 juta dolar AS. Hal ini yang disebabkan oleh penurunan volume penjualan dan harga jual rata-rata produk baja.

World Steel Association (WSA) memproyeksikan penurunan permintaan baja global sebesar 1,7 persen menjadi 1.513 juta ton tahun 2015, terutama disebabkan oleh melemahnya perekonomian China. Untuk tahun 2016 permintaan baja global diprediksi tumbuh sebesar 0,7 persen dengan ekspektasi perekonomian China mulai pulih.

Penurunan harga baja juga terjadi di pasar Indonesia karena stagnannya permintaan di semester I 2015. Namun permintaan baja sedikit menguat pada kuartal IV2015 setelah pemerintah mulai merealisasikan belanja untuk proyek-proyek infrastruktur.

Proyek-proyek infrastrukur pemerintah yang mulai terealisasi pada akhir 2015 akan memberikan dampak postif bagi industri besi dan baja. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) sebagai produsen besi dan baja nasional mulai mencatatkan peningkatan volume penjualan pada kuartal III 2015.

Sukandar mengatakan perusahaan telah melakukan revaluasi aset tetap pada kelompok aset tanah perusahaan pada September 2015. Hasil revaluasi aset tetap sudah dimasukkan dan tercermin dalam laporan keuangan konsolidasi perseroan per 30 September 2015.

"Hasil penilaian ulang asset menggambarkan asset Perseroan meningkat 36,13 persen pada kuartal III 2015 menjadi 3,545 juta dolar AS dari sebelumnya 2,604 juta dolar AS pada kuartal III 2014," jelas Sukandar.

Ia menjelaskan, sebagai dampak revaluasi aset tersebut, Perseroan membukukan laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 910,9 juta dolar AS, jika dibandingkan pada kuartal III 2014 mencatatkan rugi koprehensif sebesar 109,8 juta dolar AS.

Dengan dampak ini Perseroan juga yang menghasilkan kenaikan nilai ekuitas Perseroan pada kuartal III 2015 menjadi 1.794,9 juta dolar AS.

Sementara itu, Direktur Pemasaran PT KS Dadang Danusiri mengatakan langkah sinergi antar BUMN bisa memberi dampak positif dan meningkatkan volume penjualan Perseroan.

Dia mengatakan pihaknya berupaya memenuhi permintaan baja dari proyek-proyek infrastruktur BUMN, seperti proyek jembatan, pabrik semen, Light Rail Transit (LRT), proyek pipa gas, dan proyek jaringan transmisi listrik 46.000 kilo meter sirkit (KMS) PLN.

Menurutnya, pesanan baja yang diterima PTKS meningkat tajam, seiring respons pasar yang positif terhadap berbagai kebijakan yang diambil pemerintah. Sebagai contoh, sinergi BUMN karya dengan PTKS kemudian pengadaan tabung LPG, jembatan, dan pembuatan kapal, serta realisasi belanja pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur.

"Sepanjang Juni hingga Agustus 2015, pihaknya telah menandatangani kerja sama untuk memasok baja ke berbagai pihak, seperti PT NS Bluescope Indonesia, PT Fumira, Cedex Steel and Metals Pty Ltd, dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Dengan PT NS Bluescope Indonesia, PTKS telah meneken perjanjian Long Term Supply Agreement (LTSA)," ujar Dadang.

Dadang juga menyambut baik rencana pemerintah yang akan melakukan ekspansi dalam pembangunan transmisi listrik, yang bahan baku utamanya adalah baja. Apalagi, PT KS sebagai industri baja nasional diharapkan oleh pemerintah sebagai pemasok utama bahan baku untuk pembangunan transmisi tersebut.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015