Lebak (Antara News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten mengoptimalkan sosialisasi bencana tsunami di pesisir selatan Kabupaten Lebak untuk pengurangan resiko kebencanaan.

"Kami berharap kegiatan  sosialisasi itu,selain memberikan pemahaman juga dapat mengurangi korban jiwa akibat bencana tsunami," kata Kepala BPBD Provinsi Banten, Komari di Lebak, Jumat.

Saat ini, pesisir selatan Kabupaten Lebak masuk zona rawan gempa tektonik dan berpotensi tsunami karena di daerah itu terdapat zona tumbukan lempengan antara Samudera Hindia Australia dan Benua Asia.

Kegempaan tektonik dan tsunami juga berpeluang di wilayah perairan Aceh, Padang, Bengkulu, Sumatera Selatan, Selat Sunda hingga Selatan Pulau Jawa.

Karena itu, pihaknya mengoptimalkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat pesisir selatan Kabupaten Lebak.

Bahkan, pekan lalu menggelar kegiatan simulasi di pesisir Pantai Wanasalam dengan melibatkan 1.000 warga setempat.

Kegiatan sosialisasi ini untuk memberikan pengetahuan warga agar mereka mengetahui cara-cara penaggulang secara efektif dan tidak menimbulkan korban jiwa.

Pelaksanaan sosialisasi ini dipusatkan di Kantor Kecamatan Wanasalam dan dihadiri peserta ratusan warga setempat.

Mereka peserta itu terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, aparat kecamatan dan aparat desa.

"Kami berharap melalui sosialisasi itu dapat meningkatkan pemahaman penanggulangan bencana untuk pengurangan resiko korban jiwa," katanya.

Menurut dia, saat ini Kabupaten Lebak teridentifikasi sebagai daerah bencana tsunami tersebar di enam kecamatan antara lain Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara, Panggarangan, Bayah, dan Cilograng.

Masyarakat yang tinggal di pesisir Perairan Samudera Hindia tetap meningkatkan kewaspadaan guna menghindari korban jiwa.

Sebab Perairan Samudera Hindia memiliki lempeng Asia kegempaan gelombang tsunami, seperti yang menimpa warga Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Panggandaran beberapa tahun lalu.

"Kami berharap masyarakat selalu meningkatkan kewaspadaan guna mengantisipasi korban jiwa," katanya.

Ia juga mengatakan pemerintah daerah sudah beberapakali menggelar sosialisasi juga simulasi tsunami di pesisir Pantai Selatan.

Kegiatan tersebut diharapkan mereka bisa mendeteksi juga menyelamatkan diri dari ancaman bencana.

Masyarakat pesisir harus secepatnya menyelamatkan diri ke dataran tinggi jika gelombang tsunami terjadi.

Saat ini, kata dia, daerah pesisir yang memiliki perbukitan dan pegunungan tersebar di Kecamatan Bayah, Cilograng, Cihara, dan Panggarangan, dengan jarak tempuh satu kilometer.

Sedangkan, Kecamatan Malingping dan Wanasalam diperlukan pembangunan shelter atau gedung evakuasi tsunami.
 
"Kami terbantu dengan adanya gedung shelter untuk evakuasi tsunami," katanya.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan pihkanya kini mendapat bantuan alat deteksi bencana tektonik dan tsunami dari Badan Meteorologi Kilimatologi dan Geofisika (BMKG).

Pemasangan alat itu untuk meminimalkan risiko korban jiwa akibat bencana alam itu.

Karena itu, pemasangan alat deteksi ini tentu sangat membantu pengamatan kegempaan maupun tinggi gelombang untuk mengetahui apakah terjadi tsunami.

Peralatan deteksi gempa dan tsunami atau warning system juga dilengkapi komputerisasi yang bisa membaca kedalaman dan titik lokasi kejadian kegempaan.

Apabila terjadi bencana alam, maka secara otomatis dapat membaca kedalaman maupun titik lokasi terjadi gempa tektonik maupun tsunami.

"Kami merasa terbantu dengan alat deteksiitu sehingga dapat dilakukan pengamatan gempa dan tsunami," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015