Dalam rangka mendukung ketahanan pangan, Syngenta terus mewujudkan ekosistem pertanian yang diluncurkan sejak tahun 2022 dengan nama Centrigo.

"Centrigo kami hadirkan untuk membantu petani meningkatkan keuntungan melalui pendekatan hulu ke hilir. Dengan eksosistem pertanian merupakan upaya Syngenta untuk mewujudkan pertanian yang lebih maju di Indonesia," kata Presiden Direktur Syngenta Indonesia, Kazim Hasnain pada acara media gathering di Stasiun Riset dan Pengembangan Perlindungan Tanaman Syngenta yang berada di Cikampek, Jawa Barat, Selasa.

Baca juga: Syngenta luncurkan fasilitas benih jagung dan toko daring resmi

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara penghasil jagung terbesar di dunia.  Selain sebagai bahan pangan, permintaan jagung sebagai pakan ternak juga terus meningkat setiap tahunnya. 

"Saat ini kami adalah pemimpin terdepan dalam pasar jagung di Indonesia. Hal ini sangat mendukung tujuan besar pemerintah, yaitu pencapaian swasembada jagung yang berkelanjutan," jelas Seed Business Head Syngenta Indonesia, Fauzi Tubat.

Fauzi mengatakan Syngenta sendiri dalam aktivitas bisnisnya senantiasa menghadirkan inovasi teknologi perlindungan tanaman dan benih jagung untuk membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman demi memenuhi kebutuhan nasional dan juga pasar ekspor. 

Contohnya pada tanaman padi, saat ini rata-rata produktivitasnya adalah 5,3 ton per hektare. Jika produktivitas dapat ditingkatkan 10 persen saja maka hasil per hektare dapat mencapai 5,8 ton yang dapat berkontribusi terhadap PDB sebesar 1,5 miliar dolar AS. 

Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya penerapan praktik pertanian yang baik serta manajemen pengendalian hama dan penyakit yang tepat. 

Inovasi pertanian dari hulu ke hilir menjadi salah satu kunci dalam mencapai keunggulan pasar dan peningkatan keuntungan bagi petani. Misalnya di hulu, peran riset dan pengembangan jagung Syngenta membantu akselerasi seleksi benih jagung. 

Dengan menggunakan teknologi pemuliaan yang lebih maju waktu yang dibutuhkan untuk menghadirkan satu varietas benih hibrida yang baru menjadi lebih singkat, dari yang sebelumnya enam (6) sampai delapan (8) tahun, menjadi tiga (3) sampai empat (4) tahun saja. 

Di bagian hilir, Syngenta melakukan inovasi digitalisasi untuk menjangkau sekitar tujuh (7) juta petani jagung di Indonesia. Petani Apps adalah aplikasi yang dikembangkan Syngenta untuk memberi akses satu pintu bagi petani jagung untuk memperoleh semua informasi terkait budidaya jagung, termasuk solusi agronomi, prakiraan cuaca, jadwal tanam, rekomendasi produk, perhitungan keuntungan, hingga informasi terkait ketersediaan produk benih Syngenta dari kios pertanian terdekat. 

Selain itu, di tahun 2023 Syngenta juga telah merambah toko daring (e-commerce) untuk menjual produk benih jagung hibrida secara daring. 

Transformasi 
 
Dalam mengembangkan produk perlindungan tanaman yang inovatif dan memberikan keuntungan bagi petani, peranan riset dan penelitian tidak terpisahkan dalam upaya mencapai keselarasan dengan keamanan lingkungan pertanian dan kesehatan petani. 

Menguraikan hal tersebut, Nanin Noorhajati, Crop Protection Development Head Syngenta Indonesia mengatakan bahwa tim Riset dan Pengembangan Syngenta bekerja keras untuk memastikan bahwa aspek-aspek berkelanjutan harus selalu diintegrasi dalam pengembangan produk perlindungan tanaman yang berkualitas tinggi serta aman bagi petani dan lingkungan. 

Teknologi-teknologi inovatif dan berkelanjutan yang baru saja Syngenta kembangkan adalah produk biologis dan biostimulan. Produk biologis dikembangkan dengan menggunakan agen hayati untuk mengurangi residu.

Sedangkan produk biostimulan berperan membantu tanaman menghadapi tekanan (stress) terhadap lingkungan dan mengefektifkan penyerapan unsur hara tanaman sehingga tidak perlu menggunakan pupuk yang berlebihan. 

Berbagai teknologi produk perlindungan tanaman yang dihasilkan ini telah melalui proses pengujian yang sangat panjang mulai dari uji kimia, toksikologi, biologi, dan lingkungan. 

Untuk mendukung pertanian presisi, Syngenta mengembangkan penggunaan drone yang meningkatkan efisiensi tenaga kerja, serta jangkauan luas dalam aplikasi produk perlindungan tanaman untuk pemeliharaan tanaman. 

Dari segi keamanan bagi petani, baru-baru ini Syngenta mengembangkan inovasi alat semprot produk perlindungan tanaman yang disebut Closed Loop Knapsack System (CLKS). Inovasi alat semprot CLKS mengadopsi konsep Closed Transfer System (CTS) yang telah digunakan oleh petani-petani di Amerika dan Eropa.

Sementara CLKS didesain menyesuaikan kondisi praktik penyemprotan oleh petani kecil di Indonesia yang biasa menggunakan alat semprot punggung. 

Penggunaan alat CLKS ini menghilangkan proses pencampuran produk perlindungan tanaman dengan air secara manual.  Tangki semprot hanya diisi air sehingga menghilangkan risiko kontaminasi produk perlindungan tanaman pada tubuh pengguna jika terjadi kebocoran tangki.

Menutup acara, Midzon Johannis, Head of Business Sustainability Syngenta menyampaikan dalam upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan merupakan misi dan tujuan besar yang harus terus diupayakan melalui inovasi untuk meningkatkan produktivitas petani, memperhatikan keanekaragaman hayati, kesehatan tanah, iklim, keamanan petani, dan rantai nilai yang memastikan ketersediaan pangan.

Pewarta: Sambas

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023