Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerjasama dengan Siberkreasi, platform e-commerce Lazada, menggelar pelatihan literasi digital dalam upaya mendorong masyarakat menggarap industri digital.
Kegiatan bertema "Jangan PanSos, tapi PanCuan" diikuti lebih dari 400 pelaku usaha bertujuan untuk mendorong kreativitas pelaku usaha dalam memanfaatkan platform digital untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan transaksi penjualan.
Baca juga: Pemkab Tangerang salurkan ribuan unit set top box bantuan Kemenkominfo
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan dalam keterangan tertulis, Senin, mengapresiasi pada peningkatan literasi digital masyarakat saat ini.
Berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia yang dilakukan Kemenkominfo dan Katadata, pada 2020 hingga 2022, indeks literasi digital Indonesia mengalami kenaikan poin sebesar 0,08 poin, menjadi 3,54.
"Namun tentu kita tidak bisa berpuas diri karena indeks tersebut menunjukkan Indonesia masih berada pada level sedang, sehingga perlu terus ditingkatkan untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital Indonesia ke arah yang positif," ucap Semuel Abrijani Pangerapan.
Masifnya penggunaan internet juga meningkatkan berbagai risiko seperti penipuan online, hoaks, cyber bullying, dan konten negatif lainnya.
"Perlu peningkatan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan industri digital secara produktif, bijak, dan tepat guna," ujarnya.
Pemanfaatan industri digital yang tepat guna, akan mampu memberi manfaat besar pada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Semua teknologi digital tersebut dilengkapi fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, salah satunya adalah menjalankan usaha dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pada 2022, Indonesia berhasil menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan Gross Merchandise Value (GMV), atau nilai barang dagangan kotor, yang diperkirakan mencapai 77 miliar dolar AS atau setara Rp1.193,3 triliun.
Hal ini mendorong literasi digital masyarakat menjadi tumbuh seiring kebutuhan zaman dan industri. Pemanfaatan platform digital, baik itu media sosial, e-commerce, dan lainnya secara tepat akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Terbukti selama pandemi, berbagai kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan baik, bahkan mampu menjadi pendorong masyarakat Indonesia melewati krisis tiga tahun belakangan. Menurut OJK, pada 2020 saja, transaksi digital naik lebih dari 37%.
Menurut Bank Indonesia (BI), peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital ditopang oleh naiknya minat dan preferensi masyarakat dalam belanja daring, serta luas dan mudahnya sistem pembayaran digital. Terlihat dari nilai transaksi uang elektronik pada November 2022 yang tumbuh 12,84 persen (yoy), serta nilai transaksi digital banking meningkat 13,88 persen (yoy).
Sistem elektronik dan digital
Salah satu tren selama pandemi adalah menjalankan usaha melalui platform e-commerce dan media sosial.
Seperti diketahui, berbagai pembatasan aktivitas secara langsung sejak pandemi, mendorong peningkatan kegiatan belanja online dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini berdampak pada pertumbuhan pelaku usaha yang menjalankan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi digital.
VP Government Relations Lazada Indonesia, Budi Primawan, menjelaskan bahwa nyaris semua platform e-commerce memiliki banyak fitur yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya.
“Namun layaknya menjalankan usaha konvensional, diperlukan pemahaman digital agar bisa memanfaatkan semua fitur yang ada tersebut,” ucap Budi.
Berbagai fitur dalam platform e-commerce, lanjut Budi, bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku usaha yang menjadi seller di Lazada.
Budi menegaskan komitmen Lazada yang menyediakan khusus pelatihan bagaimana cara memanfaatkan fitur-fitur tersebut.
“Pasarnya sudah ada. Ada banyak konsumen setia Lazada yang ada di berbagai kota di Indonesia. Jadi tidak harus langsung buka toko di Bandung misalnya, tapi dengan Lazada bisa menggapai konsumen di sana,” ujar Budi.
Tidak hanya platform e-commerce, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan cuan. Tidak hanya sekadar mengunggah konten, tapi juga berbagai unggahan tentang produk yang bisa mendatangkan transaksi pada akhirnya.
Edho Zell, Social Media Influencer dan CEO Social Bread, mencontohkan apa yang dilakukannya melalui media sosial. "Saat ini, lebih dari 70% keputusan konsumen untuk membeli atau tidak itu dipengaruhi media sosial. Misalnya, sebagian besar dari kita membeli sebuah produk baru cenderung setelah melihat referensi dari media sosial," kata Edho.
CEO Social Bread tersebut menambahkan, saat ini UMKM jadi sudah bisa bersaing dengan brand besar di media yang sama, media sosial.
“Sehingga jelas konten yang tepat dan menarik menjadi hal wajib bagi pelaku UMKM untuk bisa bersaing dengan brand besar ini. Selama kontennya menarik, dan memuat informasi produk dengan lengkap, maka sangat bisa bersaing dengan brand sebesar apapun,” kata Edho.
Edho menegaskan pentingnya pelaku usaha mengenali keunggulan produk yang dijualnya.
“Butuh ter dan per untuk membuat produk atau brand kita dikenali orang. Setiap produk pasti punya kelebihan. Kalau belum ada, cari. Semakin spesifik produk, potensi terjualnya semakin tinggi dibanding kita menargetkan ke semua. Jadi saat membuat konten di media sosial, ya akan kita kaitkan dengan target pasar tersebut,” jelas dia.
Sejalan dengan Edho, Fashion Designer dan Founder Rhamala Hijab Etnik, Lia Amalia mengakui perjalanan sukses bisnisnya membutuhkan ketekunan.
"Berawal dari memasarkan produk brand lain, saat pandemi, saya justru mulai mengeluarkan produk sendiri, dan seperti kata Kak Edho, saya langsung menonjolkan ter dan per produk saya," ujar Lia menceritakan perjalanan Rhamala Hijab yang berawal di Banten.
Tidak lantas berpuas dengan sukses di awal kemunculan Rhamala, Lia mengaku terus melakukan inovasi agar produknya bisa bertahan dan tetap digemari konsumen Indonesia.
“Winning the campaign itu dengan berinovasi secara kreatif. Selain dari sisi desain, saya juga membangun bonding dengan konsumen misalnya kirim ucapan ulang tahun, voucher, bahkan menuliskan komen yang tulus di unggahan konsumen kami,” ujar dia.
Perkembangan industri digital dalam membangun perekonomian nasional melalui kesejahteraan pelaku usaha sudah menjadi rangkaian yang tidak bisa dilepas satu sama lain.
Untuk itu, penting untuk terus menumbuhkan pemahaman yang tepat terkait literasi digital agar masyarakat mengetahui apa saja yang bisa mereka lakukan untuk menghasilkan cuan, bukan sekadar mengunggah konten semata.
Alhasil, tak hanya terhindar dari risiko berbagai konten negatif di industri digital, masyarakat justru bisa meraup untung sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Media sosial yang dimiliki juga bisa dikelola sebagai salah satu aset promosi untuk mengenalkan bisnisnya lebih luas lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Kegiatan bertema "Jangan PanSos, tapi PanCuan" diikuti lebih dari 400 pelaku usaha bertujuan untuk mendorong kreativitas pelaku usaha dalam memanfaatkan platform digital untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan transaksi penjualan.
Baca juga: Pemkab Tangerang salurkan ribuan unit set top box bantuan Kemenkominfo
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan dalam keterangan tertulis, Senin, mengapresiasi pada peningkatan literasi digital masyarakat saat ini.
Berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia yang dilakukan Kemenkominfo dan Katadata, pada 2020 hingga 2022, indeks literasi digital Indonesia mengalami kenaikan poin sebesar 0,08 poin, menjadi 3,54.
"Namun tentu kita tidak bisa berpuas diri karena indeks tersebut menunjukkan Indonesia masih berada pada level sedang, sehingga perlu terus ditingkatkan untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital Indonesia ke arah yang positif," ucap Semuel Abrijani Pangerapan.
Masifnya penggunaan internet juga meningkatkan berbagai risiko seperti penipuan online, hoaks, cyber bullying, dan konten negatif lainnya.
"Perlu peningkatan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan industri digital secara produktif, bijak, dan tepat guna," ujarnya.
Pemanfaatan industri digital yang tepat guna, akan mampu memberi manfaat besar pada masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Semua teknologi digital tersebut dilengkapi fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan positif, salah satunya adalah menjalankan usaha dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pada 2022, Indonesia berhasil menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan Gross Merchandise Value (GMV), atau nilai barang dagangan kotor, yang diperkirakan mencapai 77 miliar dolar AS atau setara Rp1.193,3 triliun.
Hal ini mendorong literasi digital masyarakat menjadi tumbuh seiring kebutuhan zaman dan industri. Pemanfaatan platform digital, baik itu media sosial, e-commerce, dan lainnya secara tepat akan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Terbukti selama pandemi, berbagai kegiatan ekonomi bisa berjalan dengan baik, bahkan mampu menjadi pendorong masyarakat Indonesia melewati krisis tiga tahun belakangan. Menurut OJK, pada 2020 saja, transaksi digital naik lebih dari 37%.
Menurut Bank Indonesia (BI), peningkatan transaksi ekonomi dan keuangan digital ditopang oleh naiknya minat dan preferensi masyarakat dalam belanja daring, serta luas dan mudahnya sistem pembayaran digital. Terlihat dari nilai transaksi uang elektronik pada November 2022 yang tumbuh 12,84 persen (yoy), serta nilai transaksi digital banking meningkat 13,88 persen (yoy).
Sistem elektronik dan digital
Salah satu tren selama pandemi adalah menjalankan usaha melalui platform e-commerce dan media sosial.
Seperti diketahui, berbagai pembatasan aktivitas secara langsung sejak pandemi, mendorong peningkatan kegiatan belanja online dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini berdampak pada pertumbuhan pelaku usaha yang menjalankan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi digital.
VP Government Relations Lazada Indonesia, Budi Primawan, menjelaskan bahwa nyaris semua platform e-commerce memiliki banyak fitur yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya.
“Namun layaknya menjalankan usaha konvensional, diperlukan pemahaman digital agar bisa memanfaatkan semua fitur yang ada tersebut,” ucap Budi.
Berbagai fitur dalam platform e-commerce, lanjut Budi, bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para pelaku usaha yang menjadi seller di Lazada.
Budi menegaskan komitmen Lazada yang menyediakan khusus pelatihan bagaimana cara memanfaatkan fitur-fitur tersebut.
“Pasarnya sudah ada. Ada banyak konsumen setia Lazada yang ada di berbagai kota di Indonesia. Jadi tidak harus langsung buka toko di Bandung misalnya, tapi dengan Lazada bisa menggapai konsumen di sana,” ujar Budi.
Tidak hanya platform e-commerce, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan cuan. Tidak hanya sekadar mengunggah konten, tapi juga berbagai unggahan tentang produk yang bisa mendatangkan transaksi pada akhirnya.
Edho Zell, Social Media Influencer dan CEO Social Bread, mencontohkan apa yang dilakukannya melalui media sosial. "Saat ini, lebih dari 70% keputusan konsumen untuk membeli atau tidak itu dipengaruhi media sosial. Misalnya, sebagian besar dari kita membeli sebuah produk baru cenderung setelah melihat referensi dari media sosial," kata Edho.
CEO Social Bread tersebut menambahkan, saat ini UMKM jadi sudah bisa bersaing dengan brand besar di media yang sama, media sosial.
“Sehingga jelas konten yang tepat dan menarik menjadi hal wajib bagi pelaku UMKM untuk bisa bersaing dengan brand besar ini. Selama kontennya menarik, dan memuat informasi produk dengan lengkap, maka sangat bisa bersaing dengan brand sebesar apapun,” kata Edho.
Edho menegaskan pentingnya pelaku usaha mengenali keunggulan produk yang dijualnya.
“Butuh ter dan per untuk membuat produk atau brand kita dikenali orang. Setiap produk pasti punya kelebihan. Kalau belum ada, cari. Semakin spesifik produk, potensi terjualnya semakin tinggi dibanding kita menargetkan ke semua. Jadi saat membuat konten di media sosial, ya akan kita kaitkan dengan target pasar tersebut,” jelas dia.
Sejalan dengan Edho, Fashion Designer dan Founder Rhamala Hijab Etnik, Lia Amalia mengakui perjalanan sukses bisnisnya membutuhkan ketekunan.
"Berawal dari memasarkan produk brand lain, saat pandemi, saya justru mulai mengeluarkan produk sendiri, dan seperti kata Kak Edho, saya langsung menonjolkan ter dan per produk saya," ujar Lia menceritakan perjalanan Rhamala Hijab yang berawal di Banten.
Tidak lantas berpuas dengan sukses di awal kemunculan Rhamala, Lia mengaku terus melakukan inovasi agar produknya bisa bertahan dan tetap digemari konsumen Indonesia.
“Winning the campaign itu dengan berinovasi secara kreatif. Selain dari sisi desain, saya juga membangun bonding dengan konsumen misalnya kirim ucapan ulang tahun, voucher, bahkan menuliskan komen yang tulus di unggahan konsumen kami,” ujar dia.
Perkembangan industri digital dalam membangun perekonomian nasional melalui kesejahteraan pelaku usaha sudah menjadi rangkaian yang tidak bisa dilepas satu sama lain.
Untuk itu, penting untuk terus menumbuhkan pemahaman yang tepat terkait literasi digital agar masyarakat mengetahui apa saja yang bisa mereka lakukan untuk menghasilkan cuan, bukan sekadar mengunggah konten semata.
Alhasil, tak hanya terhindar dari risiko berbagai konten negatif di industri digital, masyarakat justru bisa meraup untung sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Media sosial yang dimiliki juga bisa dikelola sebagai salah satu aset promosi untuk mengenalkan bisnisnya lebih luas lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023