Serang (Antara News) - Provinsi Banten tidak bisa membendung impor bahan kimia organik, karena selain Banten memiliki banyak industri yang membutuhkan bahan baku kimia organik, juga Indonesia belum mampu memproduksi bahan sejenis dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
 
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Mashuri di Serang, Selasa, mengatakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kimia organik, dilakukan impor dari berbagai negara tujuan antara lain dari negara Tiongkok.
 
Mashuri mengatakan secara keseluruhan impor Banten pada Agustus 2015 turun 3,28 persen dibanding  Juli 2015, yaitu dari sebelumnya 728,60 juta dolar AS menjadi 704,27 juta dolar AS, sedangkan dibanding impor bulan yang sama tahun sebelumnya, nilai impor mengalami penurunan 30,80 persen. 
 
Sementara untuk impor khusus nonmigas mengalami peningkatan 7,53 persen dari 526,83 juta dolar AS  menjadi 566,03 juta dolar AS, sedangkan impor migas Agustus 2015 turun 31,49 persen menjadi 138,24  juta dolar AS, dari sebelumnya 201,78 juta dolar AS.
 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi mengatakan penyebab utama penurunan impor pada Agustus 2015 adalah nilai impor nonmigas yang turun 27,32 persen, bersamaan dengan nilai impor migas yang juga mengalami penurunan 42,14 persen dibanding Agustus 2014. Berkenaan dengan komoditi migas, penurunan nilai impor terhadap bulan yang sama tahun lalu  hanya  disebabkan  oleh  nilai  impor  komoditi  hasil  minyak  yang  mengalami  penurunan,  karena  untuk komoditi minyak mentah maupun komoditi gas alam tidak tercatat sama sekali adanya kegiatan impor.
 
Nilai impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang mengalami peningkatan 13,41 persen atau mencapai  65,71 juta dolar AS,  sebaliknya untuk golongan barang lainnya turun 53,23 persen atau sebesar 26,07 juta dolar AS.

Nilai impor nonmigas tertinggi Agustus 2015 berasal dari golongan barang bahan kimia organik yang mencapai 253,53 juta dolar AS, disusul gandum-ganduman dengan impor sebesar 59,46 juta dolar AS, katanya.

Tujuh dari sepuluh golongan barang mengalami peningkatan nilai impor, kecuali bahan kimia organik, besi dan baja dan bijih, kerak dan abu logam. Peningkatan tertinggi terjadi  pada  gandum-ganduman   yang naik mencapai 23,70 juta dolar AS dan terendah berasal dari berbagai produk kimia yang  mengalami peningkatan 6,01 juta dolar AS.  
 
"Penurunan tertinggi dan terendah terjadi pada bahan kimia organik dan besi dan baja, masing-masing sebesar 19,32 juta dolar AS dan 4,68 juta dolar AS," katanya.
 
Ia mengatakan impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang periode Januari–Agustus 2015 mengalami penurunan 872,78 juta dolar AS (15,53 persen) dibanding periode sama tahun lalu, kebalikan dari itu, golongan  barang lain meningkat 132,37 juta dolar AS (32,96  persen). 

Peran impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada periode Januari–Agustus 2015 mencapai 89,89 persen, dengan peran tertinggi berasal dari golongan bahan kimia organik yaitu 36,60 persen, disusul besi dan baja dan gula dan kembang gula dengan kontribusi masing-masing 9,52 persen dan 9,11 persen.

"Pangsa impor gabungan pada tahun 2015 dari ketiga golongan barang tersebut mencapai 55,23 persen, sementara untuk tahun sebelumnya mencapai 65,12 persen," kata Suhaimi.

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015