Serang (Antara News) - Pemerintah Provinsi Banten melalui dinas sosial akan meningkatkan kegiatan program-program pengentasan kemiskinan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin yang pada bulan Maret 2015 ini meningkat 8,20 persen.

"Pada tahun 2016 mendatang kami telah meminta menambah slot anggaran untuk program-program pengentasan kemiskinan, dari Rp130 miliar pada 2015 menjadi Rp140 miliar, dan itu tiap tahun selalu kami usahakan ditingkatkan jumlahnya," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Banten Nandy S Mulya di Serang, Senin.

Ia menyebutkan program-program yang akan ditingkatkan antara lain bantuan langsung tunai bersyarat (Jamsosratu), bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bantuan modal kelompok usaha bersama (KUBE), jaminan sosial lanjut usia dari keluarga miskin, jaminan sosial orang cacat dari keluarga miskin dan bantuan makanan anak di panti.

Menurut Nandy meningkatkan jumlah penduduk miskin erat pula kaitannya dengan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, karena kenaikan itu tak terpisahkan dengan kenaikan penduduk secara nasional.

"Secara nasional memang penduduk miskin memang naik. Banten masih di urutan ke-5 secara nasional, dibawah DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung," kata Nandy.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Banten merilis bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan) di Banten pada Maret 2015 mencapai 702.400 orang, meningkat 53.210 orang dibandingkan penduduk miskin pada September 2014 yang hanya sebesar 649.190 orang  

Kepala BPS Banten Syech Suhaimi menjelaskan selama periode September 2014-Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami peningkatan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat 27.350 orang (dari 381.180 orang pada September 2014 menjadi 408.530 orang pada Maret 2015) dan di daerah perdesaan meningkat sebesar 25.860 orang (dari 268.010 orang pada September 2014 menjadi 293.870 orang pada Maret 2015).

Ia juga menyebutkan secara persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan meningkat pada kurun waktu September 2014-Maret 2015. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 4,74 persen bertambah menjadi 5,03 persen pada Maret 2015. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah dari 7,18 persen pada September 2014 menjadi 7,78 persen pada Maret 2015.

Suhaimi mengatakan peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2015, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 70,47 persen, tidak berbeda jauh dengan kondisi September 2014 yang sebesar 70,87 persen.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan mie instan. Begitu pula halnya dengan lima komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan dan perdesaan yang relatif sama, diantaranya adalah perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan.

Pada periode September 2014-Maret 2015, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan peningkatan. "Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Atau dengan kata lain kondisi penduduk miskin di Banten semakin terpuruk," kata Suhaimi.

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015