Lebak (Antara News) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, optimistis wisata budaya Baduy bisa dijadikan wisata dunia karena memiliki keunikan suku terasing.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Lebak Oman Nurohman, Senin, mengatakan keyakinan budaya Baduy bisa mendunia itu, seperti kehidupan komunitas suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.

Keberadaan suku asing itu, kata dia, kini menjadikan objek wisata dunia sehingga memberikan nilai tambah untuk peningkatan ekonomi masyarakat juga pendapatan asli daerah (PAD).

"Saya kira suku Baduy itu bisa dijadikan objek wisata dunia," katanya.

Menurut dia, pihaknya wisata budaya Baduy diprogramkan menjadi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA).

Pengembangan wisata ini nantinya akan dibangun infrastruktur, penginapan dan pusat perdagangan.

Apalagi, produk-produk kerajinan suku Baduy cukup unik di antaranya aneka jenis souvenir, tas koja, golok, tenun dan gula aren.

Selama ini, objek wisata Baduy dikunjungi wisatawan mancanegara tercatat 158 orang, berasal dari Belanda, Inggris, dan Swiss.

Sebagian besar wisman itu, katanya, untuk kepentingan konservasi maupun mempelajari budaya setempat.

Sebab, katanya, keunikan masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan modern.

Kawasan hutan yang dihuni masyarakat Baduy seluas 5.100 hektare tanpa jalan, jaringan listrik, televisi, radio, dan kendaraan.

Bahkan, masyarakat Baduy Dalam berpakaian putih-putih bepergian ke luar daerah harus berjalan kaki dan dilarang naik angkutan kendaraan.

"Banyak para antropolog datang ke Baduy untuk melakukan penelitian," katanya.

Emuy Mulyanah, seorang Anggota DPRD Kabupaten Lebak mengatakan potensi objek wisata Baduy memiliki nilai jual hingga mendunia karena cukup menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

Sebab, katanya, masyarakat Baduy masuk kategori suku asing yang ada di Tanah Air.

Masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat leluhur dengan menolak kehidupan modern.

Selain itu, katanya, mereka bersahabat dengan alam, sehingga kawasan Baduy tidak ada penerangan listrik, elektronika, maupun jalan beraspal.

Namun, pihaknya prihatin kekayaan potensi wisata adat itu, kini kondisinya memprihatinkan, antara lain infrastuktur dan sarana lainnya belum memadai.

Saat ini, di kawasan wisata Baduy tidak terdapat hotel, wisma, pasar, dan pasokan air bersih.

Dengan demikian, ujar dia, hingga kini objek wisata adat Baduy relatif kecil dikunjungi wisatawan mancanegara.

"Kami yakin objek wisata itu bisa mendatangkan wisatawan mancanegara," ujar politikus PDI Perjuangan itu.

Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Sarpin mengatakan selama ini rombongan pengunjung obyek wisata Baduy kebanyakan dari perguruan tinggi, sekolah, peneliti, lembaga, instansi swasta, dan pemerintah, sedangkan dari kalangan keluarga relatif kecil.

"Kami yakin ke depan kunjungan wisata adat Baduy meningkat, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal," kata Sarpin.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015