Berawal dari memanfaatkan ikan–ikan kecil sisa budidaya ikan yang tidak dijual, hal ini mendorong Siti Nurjanah (45 tahun) atau dikenal dengan panggilan Nila yang merupakan salah satu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Mitra Binaan Pertamina, merintis usaha pengolahan makanan ringan berupa cemilan ikan kekinian yang diolah dari ikan nila dan ikan nilem dengan sensasi makan ikan tanpa nasi yang dikemas secara praktis bernama Andini Food yang dimulai sejak tahun 2019. Bahkan di tahun 2022, Nila memulai kembali budidaya ikan lele yang pernah dilakukannya mulai tahun 2018 tapi berhenti saat pandemi Covid-19 melanda.
Makanan olahan yang diproduksi di Tasikmalaya tersebut kini memiliki omset sebesar Rp 80 juta per tahun, dimana sebelum adanya pandemi sekitar Rp 60 juta per tahun. Andini Food berproduksi sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu untuk memenuhi permintaan dari reseller dan toko oleh–oleh. Saat ini Andini Food telah memiliki 18 reseller yang tersebar di berbagai daerah. Produk dan harganya pun bervariasi, terdiri dari nila dan nilem krispi Randini rasa original dan pedas yang dijual dari harga Rp 35 ribu sampai dengan Rp 45 ribu. Usaha ini dibantu oleh 3 orang pekerja yang sebelumnya dilakukan sendiri oleh Nila. Dimana ketiga pekerja tersebut melakukan tugas mulai dari membersihkan ikan, menggoreng hingga mengemas produknya.
Baca juga: Pertamina Peduli Serahkan Bantuan Tenda untuk SD Taman Sari di Cianjur
Produk yang memiliki merek dagang Randini telah memiliki Sertifikat Halal sejak 9 Oktober 2019. Produk–produknya sangat diminati oleh para pelanggan terutama cemilan ikan Randini Nila Crispy dan Randini Nilam Crispy rasa original. Makanan olahan Randini banyak dibeli oleh jemaah haji atau umroh sebagai makanan tambahan. Pengirimannya tidak hanya ke daerah–daerah di pulau Jawa saja, bahkan sudah sampai ke Aceh. Selain itu, Andini Food juga telah memasarkan produk –produknya secara online melalui Whatsapp bisnis, Tiktok dengan akun nilacrispyrandini4, IG dengan akun cemilanikanrandini dan IG akun siti_nurjanah_76.
Hasil yang didapatnya saat ini tidaklah diperoleh dengan mudah. Banyak hal yang telah dilalui, termasuk ketika menghadapi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan omsetnya sempat turun sampai 50%. Namun, kondisi ini tidak membuat Nila menyerah dan berputus asa, kemudian dia melakukan strategi dengan memperbanyak kerjasama dengan reseller dan merintis kerjasama dengan Komunitas Mitra Usaha Tasik untuk melakukan penjualan di E-Commerce.
Sejak Agustus 2022, Nila bergabung menjadi Mitra Binaan Program Pendanaan UMK Pertamina dan mendapat pinjaman modal usaha untuk meningkatkan volume produksi dan menambah budi daya benih ikan lele yang sebelum hanya budidaya ikan nila dan ikan nilem. Selain itu, tujuannya menjadi Mitra Binaan Pertamina agar mendapatkan pembinaan berupa pelatihan, promosi produk, business matching antara mitra binaan UMK Pertamina dengan pengusaha dan diikutkan dalam kegiatan pameran dan bazar dari Pertamina.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan, mengatakan Pertamina melalui program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) terus melakukan berbagai upaya untuk membantu mitra binaannya kembali bangkit dan terus berkembang.
“Pertamina secara aktif memberikan pembinaan kepada mitra untuk melakukan inovasi dalam perubahan bisnis agar tetap berjalan selama masa pandemi ini. Mereka diharapkan dapat menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat di masa adaptasi kebiasaan baru, dengan tujuan akhir menjadi pengusaha mandiri,” ujar Eko.
Program PUMK ini juga bertujuan untuk terus mengimplementasikan poin 8 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Selain SDGs, Pertamina juga berupaya menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) dibidang sosial. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.
Adapun syarat untuk dapat bergabung menjadi mitra binaan Pertamina dapat dilihat pada https://www.pertamina.com/id/program-kemitraan
-
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
Makanan olahan yang diproduksi di Tasikmalaya tersebut kini memiliki omset sebesar Rp 80 juta per tahun, dimana sebelum adanya pandemi sekitar Rp 60 juta per tahun. Andini Food berproduksi sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu untuk memenuhi permintaan dari reseller dan toko oleh–oleh. Saat ini Andini Food telah memiliki 18 reseller yang tersebar di berbagai daerah. Produk dan harganya pun bervariasi, terdiri dari nila dan nilem krispi Randini rasa original dan pedas yang dijual dari harga Rp 35 ribu sampai dengan Rp 45 ribu. Usaha ini dibantu oleh 3 orang pekerja yang sebelumnya dilakukan sendiri oleh Nila. Dimana ketiga pekerja tersebut melakukan tugas mulai dari membersihkan ikan, menggoreng hingga mengemas produknya.
Baca juga: Pertamina Peduli Serahkan Bantuan Tenda untuk SD Taman Sari di Cianjur
Produk yang memiliki merek dagang Randini telah memiliki Sertifikat Halal sejak 9 Oktober 2019. Produk–produknya sangat diminati oleh para pelanggan terutama cemilan ikan Randini Nila Crispy dan Randini Nilam Crispy rasa original. Makanan olahan Randini banyak dibeli oleh jemaah haji atau umroh sebagai makanan tambahan. Pengirimannya tidak hanya ke daerah–daerah di pulau Jawa saja, bahkan sudah sampai ke Aceh. Selain itu, Andini Food juga telah memasarkan produk –produknya secara online melalui Whatsapp bisnis, Tiktok dengan akun nilacrispyrandini4, IG dengan akun cemilanikanrandini dan IG akun siti_nurjanah_76.
Hasil yang didapatnya saat ini tidaklah diperoleh dengan mudah. Banyak hal yang telah dilalui, termasuk ketika menghadapi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan omsetnya sempat turun sampai 50%. Namun, kondisi ini tidak membuat Nila menyerah dan berputus asa, kemudian dia melakukan strategi dengan memperbanyak kerjasama dengan reseller dan merintis kerjasama dengan Komunitas Mitra Usaha Tasik untuk melakukan penjualan di E-Commerce.
Sejak Agustus 2022, Nila bergabung menjadi Mitra Binaan Program Pendanaan UMK Pertamina dan mendapat pinjaman modal usaha untuk meningkatkan volume produksi dan menambah budi daya benih ikan lele yang sebelum hanya budidaya ikan nila dan ikan nilem. Selain itu, tujuannya menjadi Mitra Binaan Pertamina agar mendapatkan pembinaan berupa pelatihan, promosi produk, business matching antara mitra binaan UMK Pertamina dengan pengusaha dan diikutkan dalam kegiatan pameran dan bazar dari Pertamina.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan, mengatakan Pertamina melalui program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) terus melakukan berbagai upaya untuk membantu mitra binaannya kembali bangkit dan terus berkembang.
“Pertamina secara aktif memberikan pembinaan kepada mitra untuk melakukan inovasi dalam perubahan bisnis agar tetap berjalan selama masa pandemi ini. Mereka diharapkan dapat menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat di masa adaptasi kebiasaan baru, dengan tujuan akhir menjadi pengusaha mandiri,” ujar Eko.
Program PUMK ini juga bertujuan untuk terus mengimplementasikan poin 8 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Selain SDGs, Pertamina juga berupaya menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) dibidang sosial. Dengan cara ini, Pertamina yakin dapat senantiasa menghasilkan manfaat ekonomi di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.
Adapun syarat untuk dapat bergabung menjadi mitra binaan Pertamina dapat dilihat pada https://www.pertamina.com/id/program-kemitraan
-
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022