Serang (Antara News) - Beberapa petani hortikultura Banten belum maksimal menggunakan pupuk organik untuk tanamannya, dan cenderung menggunakan pupuk yang mengandung zat kimia.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Eneng Nurcahyati dalam siaran pers di serang, Selasa, mengatakan sikap petani cenderung lebih mengandalkan pupuk zat kimia karena menilai pupuk tersebut lebih efisien dibandingkan pupuk organik.

Menurut Eneng memakai pupuk yang mengandung zat kimia berlebihan berpotensi mengundang hama tanaman, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.

Pengalaman petani yang menggunakan pupuk organik, kata Eneng, pada umumnya mampu menghasilkan buah yang manis dan tahan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

OPT merupakan salah satu persoalan petani hortikultura di Banten. Penggunaan pupuk organik pada tanaman diyakini dapat mengatasi serangan OPT dan menjaga kualitas melon.

Untuk membuat pupuk organik, selama ini telah banyak inovasi –inovasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan dan para pakar dalam bidang pertanian diantaranya, Pupuk Kandang.

Ia mengatakan pupuk kandang merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan–bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme. 

"Banyak petani atau pekebun di pedesaan yang kurang memanfaatkan sumber pupuk ini untuk tanaman di sawah atau perkebunan. Padahal nenek moyang kita dari zaman dahulu selalu menggunakan pupuk kandang dan pupuk organik lainnya yang dihasilkan dari ternak yang dipelihara seperti sapi, kerbau dan kambing, dan urine dari sapi atau kerbau diolah sebagai pestisida alami," katanya.

Namun sejak revolusi hijau dimasa orde baru membuat banyak petani sangat ketergantungan dengan pupuk kimia. Akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus membuat tanah semakin kering dengan unsur hara serta hasil panen yang terus menurun.

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015