Lebak (AntaraBanten) - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten pesimistis swasembada pangan terealisasikan tahun 2015 karena anggaran untuk mendukung pertanian belum maksimal.

"Kami yakin jika anggaran pertanian yang nilainya mencapai Rp32 triliun itu digulirkan maka dipastikan Indonesia akan tercapai program swasembada pangan," kata Ketua KTNA Provinsi Banten Oong Syahroni saat dihubungi di Lebak, Senin.

Untuk mendukung program swasembada pangan maka pemerintah harus segera mencairkan dana peningkatan produksi pertanian, di antaranya peralatan alat-alat pertanian dan pupuk bersubsidi serta benih varietas unggul.

Selain itu, juga ditambah tenaga petugas penyuluh lapangan (PPL) dan pembangunan sarana irigasi.

Sebab, katanya, bila dana alokasi pertanian itu tidak terpenuhi maka program swasembada pangan tak akan terealisasikan.

Karena itu, ia mendesak pemerintah segera mencairkan dana pertanian sebesar Rp32 triliun itu untuk dikucurkan dalam rangka mencapai peningkatan produksi pangan.

Apalagi, pemerintah telah menghentikan beras impor sehingga kebutuhan pangan harus dipasok oleh cadangan beras nasional (CBN), termasuk penyaluran beras untuk rakyat miskin atau raskin, ujarnya.

"Kami yakin terealisasinya program swasembada itu jika alokasi anggaran pertanian terpenuhi," katanya.

Ia mengaku pesimistis target pencapaian swasembada pangan, terutama untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat, sebab serapan beras di Badan Logistik (Bulog) hingga Mei 2015 mencapai 1,5 juta ton dari target 4,5 juta ton gabah kering pungut (GKP).

Dengan demikian, kata dia, pemerintah perlu mengeluarkan tindakan cepat dengan merealisasikan kebijakan untuk mendukung program swasembada pangan melalui ketersedian anggaran itu.

"Kami optimistis bila dana itu terpenuhi dipastikan Indonesia tidak akan mengimpor beras lagi dari luar negeri," katanya.

Ia menyebutkan saat ini jumlah kelompok tani di Provinsi Banten tercatat 7.000 kelompok tani dan mereka siap mendukung program swasembada pangan.

Namun, program itu harus segera diakomodir dengan bantuan pertanian, di antaranya peralatan alat-alat pertanian, penyedian pupuk, benih dan pembangunan sarana irigasi.

"Kami saat ini kesulitan mendapatkan bantuan benih bersubsdi sehingga menghambat terhadap produksi dan produktivitas padi," katanya.

Sementara itu, sejumlah anggota kelompok tani di Kabupaten Lebak mengaku mereka kini kesulitan mendapat benih dan pupuk bersubsidi serta perbaikan irigasi sehingga bisa menghambat terhadap percepatan angka tanam.

"Kami saat ini terpaksa menggunakan benih lokal karena benih padi bersubsidi yang memiliki kualitas hilang di pasaran," kata Ahmad, seorang anggota petani warga Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015