Jakarta (Antara News) - Pemerhati tata kota, Ali Tranghanda mengatakan, koridor barat Jakarta saat ini menjadi primadona baru investasi properti disebabkan kawasan tersebut sudah lebih matang untuk ketersediaan infrastruktur dan sistem transportasi dibanding koridor lain karena mendapat dukungan dari sejumlah pengembang besar.

Ali yang dihubungi, Rabu, mengatakan, Kawasan barat Jakarta memiliki aksebilitas jauh lebih baik dibandingkan kawasan penyangga lain hal ini dapat dilihat dari ketersediaan jalan arteri dan jalan tol, maupun sarana transportasi yang melalui kawasan ini.

Selain itu dari sisi harga di koridor ini masih dapat terjangkau kalangan menengah dengan harga yang ditawarkan masih ada yang di bawah Rp800 juta. "Hal-hal tersebut membuat kawasan barat Jakarta banyak diminati terutama untuk tujuan investasi," ujar dia.

Hal yang sama diungkapkan pengamat tata kota Yayat Supriatna. Namun, Yayat 
mengingatkan pentingnya untuk menciptakan aktivitas ekonomi di koridor Barat Jakarta seiring dengan semakin pesatnya perkembangan permukiman penduduk di kawasan tersebut, agar tidak menjadi beban Jakarta sebagai ibu kota.

"Kawasan penyangga di Barat Jakarta harus banyak membangun 'komplek kota' sehingga seluruh aktivitas bisa dipusatkan di situ, tidak perlu harus ke Jakarta lagi," kata Yayat Supriatna.

Menurut Yayat harus ada superblok-superblok dalam koridor tersebut sehingga aktivitas dapat dilaksanakan di dalamnya, kemudian harus disinergikan dengan sistem transportasi yang tersedia sehingga kalau keluar dari kawasan tersebut tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi.

Fenomena yang terjadi di kawasan penyangga Jakarta, masyarakat semakin jauh dari tempat tinggalnya namun tidak didukung sistem transportasi memadai sehingga mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk ke ibu kota.

Pengembang di koridor Barat Jakarta sudah memahami hal tersebut mereka tidak sekedar membangun hunian tetapi juga membangun fasilitas kegiatan ekonomi seperti pusat belanja, perkantoran, ekonomi kreatif, industri, jasa dan perdagangan, jelas Yayat.

"Seharusnya Pemerintah Daerah penyangga Jakarta memperketat izin membangun suatu kawasan agar tidak sekedar menyediakan permukiman semata-mata, namun juga menyediakan fasilitas untuk kegiatan ekonomi." ujar Yayat.

Salah satu pengembang di kawasan ini Margahayu Land memahami pentingnya pembangunan superblok di kawasan-kawasan penyangga Jakarta dalam rangka mengurangi beban di ibukota Jakarta dengan membangun superblok 19Avenue di kawasan Daan Mogot Tangerang.

"Kami membangun kawasan mixed use (berbagai peruntukan) di 19Avenue, tidak sekedar hunian (apartemen) tetapi juga life style mall, perkantoran, dan hotel sehingga semua kebutuhan dan bisnis dapat dilaksanakan di dalam kawasan tersebut," ujar Project Director Superblok 19 Avenue I Gusti Putu Gede Wingara.

Penghuni tidak perlu keluar untuk melakukan aktivitas sehari-hari kecuali harus menemui rekan bisnis, itupun kawasan tersebut didukung sarana transportasi lengkap mulai dari bus (terminal Kalideres, Bandara Soekarno Hatta, maupun stasiun kereta api) semua dapat diakses dengan mudah.

Seluruh sarana pendukung juga terdapat di kawasan tersebut mulai dari rumah sakit, sekolah, semuanya sudah tersedia, kata Putu.

Putu juga mengatakan, hunian di 19Avenue juga sangat terjangkau bagi segmen menengah mulai dari Rp200 juta pembeli sudah dapat menempati tipe studio.

"Antusias masyarakat membeli unit di 19Avenue yang ditawarkan sebanyak 2.600 unit sudah terlihat selama kami menyelenggarakan pameran. Rencananya kami akan menggelar pemeran lagi di Mall Pluit," ujar Putu.

Putu mengatakan, untuk tower B sudah 200 unit yang di booking, sedangkan untuk tower A sebagian besar sudah terjual. Sedangkan alasan pembeli memilih 19Avenue karena merupakan desain terbaik, juga karena kemudahan akses, ujar dia menambahkan.

Putu mentargetkan, dalam waktu enam tahun seluruh bangunan dapat dirampungkan, setiap towernya akan diselesaikan dalam waktu 1 sampai 1,5 tahun.

Pewarta: Ganet

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015