Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Khairiyah Haji Ali Mujahidin menyatakan kalimat tolerasi dan Bhineka Tunggal Ika itu dibangun atas dasar kesadaran bukan karena paksaan.

Hal itu disampaikan Haji Ali Mujahidin menyikapi video viral Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas beberapa waktu lalu yang menyatakan bakal memperjuangkan pendirian Gereja di Cilegon.

"Hendaknya kalimat toleransi dan Bhineka Tunggal Ika itu dibangun atas kesadaran bukan karena paksaan, walaupun tujuannya bisa saja baik karena menerapkan SKB atau aturan, tapi harus mempertimbangkan kemaslahatan semua ummat," kata Haji Ali Mujahidin di Cilegon, Kamis.

Menurutnya, ummat Islam tidak pernah memaksakan membangun masjid di wilayah yang mayoritas bukan muslim, sehingga alangkah baiknya tidak perlu memaksakan membangun Gereja yang berada di wilayah mayoritas muslim.  

Lebih lanjut Haji Ali Mujahidin mengemukakan, toleransi dan Bhineka Tunggal Ika lebih tepat untuk dijaga dan dimaknai sebagai kesadaran menjaga persatuan dan kesatuan, bukan kalimat itu di jadikan alat paksaan yang kemudian dipelintir seolah-olah di Cilegon dan Banten dianggap masyarakat yang intoleran dan anti Bhineka Tunggal Ika.

"Silahkan analisa, di dunia ini hanya masyarakat Banten yang telah menterjemahkan toleransi dengan sempurna dalam kebersamaan," katanya.

Ia mencontohkan sejak zaman Kesultanan Banten sudah ada Patekkong di samping Masjid Agung Banten, namun tidak pernah diganggu oleh ummat Islam.

Selain itu, lanjutnya, Gereja di tengah Alun-alun dan sekolah Mardiyuwana sejak zaman Belanda apakah pernah diganggu oleh ummat Islam meski posisi letak Masjid Agung dan Islamic Center lebih jauh dari Alun-alun.

"Oleh karena itu, saya berpesan, Dar'ul mafasid muqoddam ala jalbil masholih, mencegah kerusakan jauh lebih baik dari pada mengupayakan kebaikan," ujarnya.









 

Pewarta: Lukman Hakim

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022