Jakarta (Antara News) - Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Karen Tambayong mengatakan pengembangan hortikultura di Indonesia masih membutuhkan dukungan investasi asing terutama di sektor perbenihan.


"Sektor hortikultura di Amerika Selatan dan Afrika bisa maju karena mendapat dukungan dari investasi asing," kata Karen di sela-sela penyelenggaraan Jakarta Food Security Summit III di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis.

Karen mengatakan, keberhasilan petani hortikultura di Indonesia seperti diutarakan dalam sambutan Presiden Joko Widodo saat membuka Jakarta Food Security summit III tidak terlepas dari kehadiran benih unggu yang diproduksi perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia.

"Masih adanya pihak-pihak yang menginginkan agar investasi asing di sektor hortikultura dibatasi lebih dilandasi kecurigaan-kecurigaan yang tidak berdasar seperti kekhawatiran benih unggul kita akan dicuri dan dikembangkan di negara lain," kata Karen.

Karen mengatakan, kebijakan untuk membatasi investasi asing di sektor hortikultura sangat kontrak produktif dengan upaya pemerintah meningkatkan ketahanan pangan, justru kehadiran investasi asing itu akan membuka lapangan kerja dan transfer teknologi.

"Mereka (investor asing) mempunyai pakar dan teknologi dibidang benih seharusnya itu kita manfaatkan agar produk hortikultura kita tidak sekedar untuk memenuhi pasar di dalam negeri, tetapi juga untuk ekspor," kata Karen.

Karen mengatakan, apabila ada investor lokal yang masuk ke sektor hortikultura tidak masalah karena justru akan memperkaya sektor ini, bukan kemudian yang asing dibatas-batasi sementara pemain lokal sendiri saat ini belum ada.

"Kalau sampai perusahaan multinasional itu merelokasi usahanya akibat kebijakan 'sempit' tersebut, sedangkan investor lokal kita belum siap maka yang terjadi petani kita akan dirugikan karena tidak lagi mendapatkan benih berkualitas, kalaupun ada harus membeli benih impor," ungkap Karen.

Karen mengatakan, bagi investor Indonesia memiliki daya tarik karena iklimnya beragam sehingga produk hortikultura yang dapat dikembangkan juga beragam, selain itu sebagian besar pekerjaan masyarakat Indonesia berasal dari sektor pertanian dan hortikultura.

"Kalau disebut investor asing jangan dikira kita dikuasai asing, yang masuk ke Indonesia hanya uang dan teknologinya saja, sedangkan manajemen, karyawan, bahkan para penangkarnya semuanya berasal dari Indonesia," kata Karen menegaskan.

Fahrudin merupakan salah satu petani cabai asal Majalengka yang sukses setelah bermitra dengan salah satu perusahaan benih multinasional.

"Awalnya saya mengenal pengembangan benih cabai hanya menggunakan sistem open pollinated, yakni benih yang diambil dari buah cabai, namun sejak tahun 2002 saya mengenal pengembangan cabai menggunakan sistem hybrida yang diproduksi salah satu perusahaan multinasional ternyata hasilnya justru berlipat-lipat," ujar dia.

Fahrudin mengatakan, kalau awalnya hanya mampu memproduksi 3 - 4 hektar per tahun, namun dengan menggunakan benih hybrida bisa menghasilkan 9 - 12 ton per tahun.

Menurut Fahrudin, perusahaan multinasional juga mengajarkan cara bercocok tanam menggunakan mulsa (pelindung terbuat dari plastik) sehingga tanaman cabai yang dihasilkan mampu berproduksi berkali-kali.

Bahkan Fahrudin kini merupakan tipe petani sukses di daerahnya salah satunya dia mampu menyekolahkan anak sebagai sarjana pertanian sampai ke luar negeri, serta pada tahun 2015 akan menunaikan ibadah haji.

Perusahaan multinasional dalam memasarkan benih kepada petani tidak sekedar menjual produk saja, tetapi juga memberikan konsultasi teknis dalam bercocok tanam melalui tenaga penyuluh, sehingga jarang dari panen petani tersebut yang gagal.

Karen mengatakan, persoalan yang dihadapi petani bukan hanya dibidang produksi tetapi juga pemasaran, disaat musim panen pada September sampai Desember ini biasanya produksi berlimpah sehingga harga ditingkat petani bisa jatuh.

Pemerintah daerah yang memiliki potensi hortikultura di daerahnya harus mulai memikirkan bagaimana menciptakan kemitraan antara pengusaha dengan petani.

Misalnya untuk produksi cabai sudah saatnya di sentra-sentra produksi cabai memilik perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan pasta cabai, bubuk cabai, yang tujukan untuk menyerap produk para petani dan menjaga agar harga tetap stabil.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya pada Jakarta Food Security Summit III menyatakan rasa  optimistisnya bahwa swasembada pangan bisa segera dicapai dalam tiga, empat, hingga lima tahun ke depan.

Presiden mengaku telah berdialog dengan para petani dan mendapati sudah banyak yang mengalami peningkatan produktivitas hingga berlipat ganda.

"Saya berdialog dengan petani, yang dulu (produksinya) dua ton jadi enam ton, yang dulu 1,5 ton jadi tiga ton. Kelipatan-kelipatan seperti itu contohnya sudah ada," katanya.

Itu artinya, kata dia, para petani sudah mendapatkan fasilitas pendampingan, dukungan, produk, kerja sama dan kemitraan yang baik.

Menurut Presiden, kemitraan seperti itulah yang akan diperluas ketika sudah jelas peran dan fungsinya masing-masing.

Artinya apa yang kita butuhkan sudah ada, yang mendampingi sudah ada, produk sudah ada. Kemitraan seperti ini yang akan kita perluas, siapa mendampingi dan siapa pasar yang harus mengambil produk-produk dari petani. Semua sudah ada," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015

Terkait
Terpopuler