Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur merekam sebanyak 167 kali gempa letusan terjadi di puncak gunung itu sejak tanggal 10-16 Mei 2022.

Kepala Pos Pemantau Gunung Ili Lewotolok Stanis Ara Kian dalam laporannya yang diterima ANTARA di Kupang, Selasa sore mengatakan bahwa selain gempa letusan, terjadi juga gempa hembusan yang terekam sebanyak 381 kali di puncak gunung itu.

Baca juga: BPPTKG: Gunung Merapi mengalami 77 kali gempa guguran

"Sampai dengan saat kegempaan di Gunung Ile Lewotolok masih didominasi oleh gempa-gempa yang berkaitan dengan pelepasan material vulkanik ke permukaan seperti gempa letusan dan gempa hembusan," katanya.

Stanis mengatakan bahwa getaran menerus yang berkaitan dengan pergerakan magma ke permukaan masih terekam seperti tremor harmonik terjadi sebanyak 55 kali dan tremor non-harmonik yang terjadi sebanyak 642 kali. Sementara itu gempa vulkanik dalam sendiri terekam sebanyak 15 kali.

Tetapi ujar dia jika dibandingkan dengan pekan lalu, kegempaan gunung yang sempat meletus pada 29 November 2022 itu mengalami peningkatan pada gempa tremor.

Ia pun mengatakan bahwa secara visual gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna
putih hingga kelabu dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 50-1.000 meter di atas puncak.

"Letusan teramati berwarna putih hingga kelabu dengan tinggi kolom sekitar 200-500 meter di atas puncak," tambah dia.

Lebih lanjut kata dia, berdasarkan pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) dalam pekan ini menunjukkan hasil
pengukuran yang berfluktuasi dalam rentang dua centimeter cm, namun pada periode ini cenderung mendatar/stabil pada titik LWT 1 dan pada LWT 2.

Ia menjelaskan,  potensi ancaman bahaya saat ini yaitu berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah di dalam radius tiga km dari puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.

Potensi ancaman bahaya lainnya berupa gas-gas vulkanik beracun di daerah puncak atau kawah, longsoran material lapuk dari area puncak jika kestabilannya terganggu yang dapat memicu terjadinya awan panas ke sektor Tenggara-Timur.

"Hujan abu jika terjadi erupsi besar yang penyebarannya bergantung pada arah dan kecepatan angin, dan aliran lahar pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok pada saat musim hujan," tambah dia.

Dari sejumlah laporan itu Stanis menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok masih tinggi dimana erupsi masih berpotensi terjadi.

Tingkat aktivitas nya masih berada pada Level III atau Siaga sejak 29 November 2020 lalu. Sehingga masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti rekomendasi dari PVMBG dan arahan dari pemda.

Pewarta: Kornelis Kaha

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022