Serang (AntaraBanten) - Jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada Maret 2014 berkurang 54,67 ribu orang dibandingkan September 2013, dari 677,51 ribu orang menjadi 622,84 ribu orang.

Selama periode September 2013-Maret 2014 itu, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi di Serang, Sabtu.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 35,62 ribu orang (dari 411,31 ribu orang menjadi 375,69 ribu orang) dan di daerah perdesaan berkurang 19,06 ribu orang (dari 266,20 ribu orang menjadi 247,14 ribu orang).

Suhaimi menjelaskan, faktor yang terkait dengan penurunan jumlah penduduk miskin tersebut antara lain upah buruh tani secara riil mengalami kenaikan pada Maret 2014, dari Rp22.609 menjadi Rp32.216, dan upah buruh bangunan secara riil meningkat 35,23 persen dari Rp43.070 menjadi Rp58.243.

Selain itu, upah riil pembantu rumah tangga naik sebesar Rp102.016 dari Rp282.665 menjadi Rp384.681 pada Maret 2014, dan selama periode September 2013-Maret 2014 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 3,14 persen, serta pertumbuhan PDRB Banten pada Triwulan I/2014 cukup tinggi yaitu sebesar 5,2 persen.     

Selama periode September 2013-Maret 2014, persentase penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan, keduanya mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2013 sebesar 5,27 persen berkurang menjadi 4,73 persen pada Maret 2014. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang dari 7,22 persen pada September 2013 menjadi 6,67 persen pada Maret 2014.

Ia mengatakan peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2014, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GM) tercatat sebesar 71,03 persen, tidak berbeda jauh dengan kondisi September 2013 yang sebesar 70,93 persen.

Suhaimi mengatakan komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras dan mie instan.

Pada komoditi bukan makanan ada perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Lima komoditi bukan makanan utama di perkotaan adalah perumahan, listrik, bensin, angkutan dan pendidikan. Sedangkan lima komoditi bukan makanan utama di perdesaan adalah perumahan, listrik, pendidikan, bensin dan kayu bakar.

Pada periode September 2013-Maret 2014, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. "Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit," katanya.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014