Akmal Nasery Basral meluncurkan novel baru berjudul “Sabai Sunwoo”, merupakan sekuel atau lanjutan cerita dari novel “Dayon” yang ia keluarkan pada pertengahan tahun lalu.
“Sabai Sunwoo” mengambil fokus cerita pada kehidupan dan lika-liku seorang model peranakan Minang-Korea bernama Sabai Rangkayo Sunwoo. Di sepanjang kehidupannya, ia menemui masalah-masalah mulai dari menjadi korban broken home, korban perundungan seksual, hingga tergerusnya keyakinan dan keimanan. Sebelumnya, Sabai muncul dalam novel “Dayon” tokoh pendukung.
Baca juga: Isyana Sarasvati ungkap kesan satu proyek dengan Nicholas Saputra
“Melalui Sabai saya ingin menggambarkan problem identitas yang banyak menggayuti generasi milenial yang sudah menjadi warga dunia dan global traveler dan gamang terhadap akar budaya mereka,” kata penulis yang akrab dipanggil Uda Akmal itu melalui siaran pers pada Senin.
Kaprodi Program Magister Asia Timur FIB UI Eva Latifah berpendapat bahwa novel “Sabai Sunwoo” seperti menyediakan ruang negosiasi terhadap efek domino hallyu atau gelombang Korea. Menurutnya novel ini mampu menyuarakan gesekan yang banyak hadir dalam keluarga multikultural Korea-Indonesia.
“Kekuatan yang tidak ditemukan dalam novel-novel Indonesia yang mengangkat isu tentang Korea. Uda Akmal menyuguhkan bacaan yang menawan dan memperkaya wawasan,” katanya.
Sementara itu, sineas Ifa Isfanyah, yang pernah kuliah di Dongseo University Busan, menilai bahwa kisah Sabai sangat memperkaya batin dan pengetahuan pembaca secara akrab.
“Sebagai pembuat film yang pernah tinggal di Korea Selatan, saya merasa sangat dekat dan terwakili dengan novel ini,” tutur sutradara “Losmen Bu Broto” itu.
“Sabai Sunwoo” merupakan karya ke-23 yang ditulis Akmal. Pada tahun lalu, Akmal mendapatkan penghargaan National Writer’s Award 2021 untuk kategori fiksi dari Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA. Novel “Sabai Sunwoo” dan prekuelnya “Dayon” diterbitkan oleh penerbit Mekar Cipta Lestari (MCL).
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
“Sabai Sunwoo” mengambil fokus cerita pada kehidupan dan lika-liku seorang model peranakan Minang-Korea bernama Sabai Rangkayo Sunwoo. Di sepanjang kehidupannya, ia menemui masalah-masalah mulai dari menjadi korban broken home, korban perundungan seksual, hingga tergerusnya keyakinan dan keimanan. Sebelumnya, Sabai muncul dalam novel “Dayon” tokoh pendukung.
Baca juga: Isyana Sarasvati ungkap kesan satu proyek dengan Nicholas Saputra
“Melalui Sabai saya ingin menggambarkan problem identitas yang banyak menggayuti generasi milenial yang sudah menjadi warga dunia dan global traveler dan gamang terhadap akar budaya mereka,” kata penulis yang akrab dipanggil Uda Akmal itu melalui siaran pers pada Senin.
Kaprodi Program Magister Asia Timur FIB UI Eva Latifah berpendapat bahwa novel “Sabai Sunwoo” seperti menyediakan ruang negosiasi terhadap efek domino hallyu atau gelombang Korea. Menurutnya novel ini mampu menyuarakan gesekan yang banyak hadir dalam keluarga multikultural Korea-Indonesia.
“Kekuatan yang tidak ditemukan dalam novel-novel Indonesia yang mengangkat isu tentang Korea. Uda Akmal menyuguhkan bacaan yang menawan dan memperkaya wawasan,” katanya.
Sementara itu, sineas Ifa Isfanyah, yang pernah kuliah di Dongseo University Busan, menilai bahwa kisah Sabai sangat memperkaya batin dan pengetahuan pembaca secara akrab.
“Sebagai pembuat film yang pernah tinggal di Korea Selatan, saya merasa sangat dekat dan terwakili dengan novel ini,” tutur sutradara “Losmen Bu Broto” itu.
“Sabai Sunwoo” merupakan karya ke-23 yang ditulis Akmal. Pada tahun lalu, Akmal mendapatkan penghargaan National Writer’s Award 2021 untuk kategori fiksi dari Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA. Novel “Sabai Sunwoo” dan prekuelnya “Dayon” diterbitkan oleh penerbit Mekar Cipta Lestari (MCL).
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022