Jakarta (Antara News) - Candra Naya objek bersejarah di kawasan kota tua Jakarta Barat menyelenggarakan festival selama 21-23 Juni untuk meramaikan HUT kota Jakarta ke-486.

Festival yang disebut  "Candra Naya Batavia Festival" digelar  di kawasan terpadu Green Central City, jl. Gajahmada 188, Jakarta Barat, dibuka  Wali Kota Jakarta Barat Fathillah, Jumat.

Fathillah mengatakan, budaya Betawi merupakan budaya yang mestizo, terbentuk karena percampuran dari berbagai pengaruh kekayaan budaya, baik tradisional Jawa, Sunda, Cina, Belanda maupun berbagai pengaruh budaya dan seni bangsa lain yang pernah berada di kawasan Jayakarta. 

"Kita mengenal tanjidor, yang mendapat pengaruh kuat dari seni bangsa Belanda; gambang kromong merupakan perkawinan seni dari Tiongkok; keroncong tugu mendapat pengaruh kuat dari seni musik bangsa Portugis; seni musik rebana yang berasal dari Arab, serta pengaruh lain yang membentuk kuliner Betawi, dan lain sebagainya," ujar dia.

Candra Naya sendiri awalnya bernama Landhuis Kroekoet dan dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Menilik keberadaannya, Candra Naya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan seni dan budaya Betawi di Batavia itu sendiri.  Setelah keluarga tuan tanah  Khouw, salah satu keturunannya, Khouw Kim An oleh Belanda diangkat menjadi Majoor de Chineezen, pemimpin masyarakat Cina pada 1910-1916 dan 1927-1942.

Tokoh ini menjadi tawanan pada masa pendudukan Jepang. Usai Perang Dunia II, gedung Candra Naya dimanfaatkan untuk kegiatan Yayasan Sin Ming Hui (Terang Hati), seperti  perkumpulan olah raga, poliklinik, klub fotografi dan sebagainya.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia, fungsi bangunan banyak digunakan sebagai tempat kegiatan sosial budaya.

Gedung bersejarah ini kini berada di dalam kompleks Green Central City.

Chief Operating Officer Green Central City, Martono Hadipranoto, mengatakan, Candra Naya Batavia Festival ini merupakan event penting yang diselenggarakan bersama dan oleh berbagai pihak yang cinta pada warisan budaya.

Candra Naya dipilih sebagai tempat untuk festival ini karena, kita tahu perkembangan budaya Betawi sebagian dilahirkan disini sejak abad 18 silam dan akan menjadi agenda tahunan.

Bersama dengan lembaga swadaya masyarakat cinta budaya seperti Koko Cici Jakarta, Aspertina (Asosiasi Peranakan Indonesia Tionghoa), PINTI (Perempuan Perhimpunan Tionghoa Indonesia), Gema Inti (Generasi Muda Indonesia Tionghoa), PSMTI DKI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia), PPIT (Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok), IPTI (Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia), Xin Ya, PSBLI, Jakarta Naval 2013, China Town, Harian Indonesia, Matahari Trans Utama dan didukung oleh Pemerintah Propinsi dan Kota, menjadikan festival ini sebagai sebuah keriaan bersama untuk dan oleh masyarakat, kata Martono.

Selama tiga hari (Jumat, Sabtu dan Minggu), mulai jam 10.00 - 19.00 masyarakat akan disuguhi antara lain aneka kuliner khas Betawi, Teater Budaya Betawi, Tarian-tarian Barongsai, Wushu Pan Guangyao Laoshi, Angklung  Mei Zou Sukabumi, Tanjidor dan Palang Pintu, Seni Tari Betawi, Ondel-ondel, Pameran Kaligrafi, Lukisan Kain sepanjang 30 meter.

Para pengunjung juga dapat menikmati foto bergaya Tiongkok kuno dalam booth pakaian Tionghoa dan masyarakat luas dapat mengikuti Ramah Tamah Koko dan Cici 2013.

    Dan sebagai puncak acara, pada Minggu 23 Juni 2013 jam 17.00 akan dituntaskan penyusunan Seribu Bungkus Bakcang Replika Monumen Nasional oleh Koko  Cici Jakarta melalui "Bakcang Shake". 

"Pembuatan replika Monas dari tumpukan 1000 bakcang dalam Bakcang Shake ini adalah yang pertama kali ada, dan merupakan simbol solidaritas dan penghargaan yang sangat tinggi terhadap Jakarta," kata Yeslin Ongly, Ketua Panitya Bakcang Shake yang merupakan salah satu finalis Cici Jakarta 2012.

Baik Dinas Pariwisata Pemprov DKI maupun Pemkot Jakarta Barat menyambut baik acara budaya ini, karena tidak hanya momen ulang tahun Jakarta dan kekayaan seni budaya yang diangkat, namun cita-cita anak bangsa dan nasionalisme generasi muda juga menjadi bagian penting dalam Candra Naya Batavia Festival.

Dinas Pariwisata Pemprov DKI berharap di tahun-tahun mendatang, kegiatan semacam ini terus dikembangkan, tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat secara ekonomis, juga bermanfaat bagi pengembangan budaya dan pariwisata di Jakarta. 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2013