Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) mengharapkan terciptanya rantai pasok di sektor konstruksi untuk memperbesar kontraktor yang memiliki spesialisasi di bidang tertentu.

"Kita butuh spesialis-spesialis lebih besar lagi untuk memperkuat struktur industri konstruksi di Indonesia," kata Ketua umum Badan Pengurus Pusat Gapensi, Soeharsojo di Jakarta, Jumat.

Dia menyebutkan hampir 90 persen penyedia jasa konstruksi di Indonesia merupakan kontraktor umum (general contractor), sedangkan kontraktor spesialis (specialist contractor) hanya 10 persen saja.

"Ini berbeda dengan Singapura yang 60 persen merupakan kontraktor spesialis, serta 40 persen merupakan kontraktor umum, begitu juga di negara maju lainnya yang lebih banyak porsi kontraktor spesialis," kata Soeharsojo.

Soeharsojo mengatakan, seiring dengan masuknya investasi asing baik ke Indonesia menuntut tersedianya kontraktor yang handal dengan spesialis tertentu.

"Beberapa bidang yang mereka butuhkan diantaranya spesialis dibidang urukan, galian, pemasangan atap, jalan beton, jalan aspal, listrik, plumbing, mekanik, las listrik dan beberapa bidang lainnya. Kalau mereka sulit mendapatkan di Indonesia maka mereka akan mendatangkan dari negara lain untuk mengisi kebutuhan tersebut," jelas Soeharsojo.

Soeharsojo mengatakan, Gapensi membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk memperbaiki struktur industri konstruksi nasional menjadi kokoh, handal, dan berdaya saing tinggi sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi.

Soeharsojo mengatakan, sejumlah kontraktor besar saat ini sudah mulai menciptakan rantai pasok untuk pekerjaan yang memang membutuhkan spesialis tertentu yang didalamnya diisi kontraktor menengah dan kecil.

"Kontraktor besar biasanya sudah memiliki rekanan-rekanan yang memiliki keahlian dibidang tertentu, kontraktor besar dalam rantai tersebut penyandang dana untuk pekerjaan tertentu," ujar Soeharsojo.

Hal ini dibenarkan Presiden Direktur PT Brantas Abipraya, Bambang E. Marsono yang mengatakan, sebagai BUMN yang bergerak dibidang penyedia jasa konstruksi akan lebih efisien apabila menyerahkan pekerjaan pada spesialis-spesialis dibidang konstruksi tertentu.

"Kami dari BUMN karya biasanya sudah memiliki rekanan-rekanan yang menjadi langganan untuk melaksanakan suatu pekerjaan," jelas Bambang.

Sekalipun sejumlah kontraktor besar telah menerapkan rantai pasok untuk pekerjaan konstruksi, kenyataannya struktur industri konstruksi di Indonesia masih belum memiliki struktur yang seimbang, kata Soeharsojo.

Soeharsojo mengatakan, perlunya diciptakan model yang saling menguntungkan dalam rantai pasok tersebut mengingat belum semua kontraktor besar mengambil peran pembinaan terhadap kontraktor kecil dan menengah.

"Kapasitas, kompetensi, dan daya saing kontraktor kecil dan menengah masih rendah. Hal ini mengakibatkan persaingan usaha menjadi tidak sehat dan mengarah kepada struktur industri yang tidak kokoh dan andal," ujar dia.

Sekjen Gapensi A. Hanafiah mengatakan, pemerintah selama ini masih memberikan perlindungan kepada kontraktor di Indonesia, melalui Permen PU No. 5 tahun 2011 yang mewajibkan kontraktor asing yang bekerja di Indonesia bermitra dengan kontraktor Indonesia.

Namun ke depannya kompetensi dan daya saing kontraktor nasional harus tetap ditingkatkan dengan memperkuat struktur industri konstruksi, jelas Hanafiah.

Soeharsojo mengatakan, sektor konstruksi memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi dengan memberi kontribusi 8-10 persen terhadap PDB.

Total badan usaha konstruksi di Indonesia sebanyak 182.800 pada tahun 2012, sebanyak 87 persennya merupakan kontraktor kecil grade 2 - 4, 12 persen kontraktor menengah grade 5 - 7, dan hanya 1 persen kontraktor besar grade 7 ke atas.

Soeharsojo mengatakan, total tenaga kerja yang diserap di sektor konstruksi tahun 2012 mencapai 6,3 juta, tetapi strukturnya lagi-lagi tidak seimbang 60 persen tidak memiliki keahlian, 30 persen memiliki keahlian, dan hanya 10 persen tenaga ahli.

Kebijakan pemerintah meluncurkan masterplan percepatan dan perluasan pembangunan Indonesia (MP3EI) menuntut tersedianya tenaga kerja di sektor konstruksi yang memiliki keahlian khusus mengingat banyak investor asing yang ikut di dalamnya, kata Soeharsojo.

Mengantisipasi masuknya kontraktor asing di Indonesia, Soeharsojo mengatakan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan asosiasi kontraktor asal Cina (CHINCA) dan Korea (ICAK) yang keduanya berjanji menjalin kerja sama dengan kontraktor anggota Gapensi dalam menggarap sejumlah proyek di Indonesia.

"Kontraktor yang banyak menggarap proyek besar di Indonesia biasanya Jepang, Korea, atau Cina, kita akan terus menjalin kerja sama dengan mereka terutama mengantisipasi dibukanya pasar jasa di Indonesia," ujar Soeharsojo.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012