Ikatan Arsitektur Sumatera Barat, Kenari Djaja, dan Asrinesia menggelar seminar arsitektur rumah tradisional Minang yang dikenal dengan rumah gadang.

"Salah satu ciri khas rumah gadang adalah atap bagonjong yang kerap digunakan mewakili bangunan ciri khas Indonesia," kata Nadia Purwestri dari Pusat Dokumentasi Arsitektur sebagai salah satu pembahas dalam seminar daring itu, Rabu.

Nadia juga menyampaikan rumah tradisional Minang ini, merupakan potensi arsitektur daerah yang kaya filosofi dan ragam adat budayanya.

Seminar yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-76 RI khususnya provinsi kelahiran proklamator Bung Hatta.

"Semangat heroik Bung Hatta dalam memajukan bangsa, selalu menginspirasi kita termasuk dalam memelihara karya Arsitektur Nusantara di seluruh Indonesia," kata Nadia.

Melalui pengalaman pemugaran ini, Nadia memperlihatkan betapa indahnya desain dan konstruksi tradisional ‘Rumah Gadang’ serta rumah adat Minang lainnya yang mampu mendukung bangunannya sekian lama.

Pembicara lain, Dhasmayzal, IAI selaku mantan Ketua IAI Sumbar lebih banyak mengupas filosofi dasar arsitektur Minang yang sangat membumi dan terkenal sampai ke negeri seberang.

Dhasmayzal mengatakan arsitektur Rumah Gadang direncanakan dengan penuh pertimbangan adat istiadat yang memperlihatkan tata cara dan struktur masyarakat sebagai budaya yang adiluhung. 

Penampilan indah arsitektur tradisional Sumatera Barat sangat memukau wisatawan saat berkunjung ke ranah Minang. 

Kehidupan masyarakat dengan adat istiadatnya, masih terlihat pada beberapa peninggalan bersejarah rumah adat di kawasan Solok Selatan yang berhasil dipugar dan direvitalisasi oleh pemerintah daerah bersama para arsitek berpengalaman.

Pada bagian lain, masyarakat di kota Padang dapat menerima sosok ‘arsitektur Minang modern’ melalui kehadiran Masjid Raya Sumatera Barat yang dirancang oleh Arsitek Rizal Muslimin, IAI berdasarkan filosofi dan kearifan lokal.

Arsitektur Masjid modern ini menjadi salah satu bukti, bahwa arsitektur Minang tetap dapat beradaptasi dengan kehidupan baru yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. 

Wisatawan yang datang ke kota Padang merasa kurang lengkap jika belum menyempatkan beribadah dan berfoto di sana.

Harapan melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai arsitektur khas arsitektur Minang, disampaikan oleh Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumatera Barat Ivo Fridina, IAI, mengingat pariwisata berbasis arsitektur merupakan potensi besar di Sumatera Barat. 

Ketua Umum IAI, I Ketut Rana Wiarcha, IAI juga sependapat dan mendukung bahwa setiap Arsitek memiliki kepentingan dan tanggung jawab terhadap peninggalan sejarah. Sehingga dalam melaksanakan profesinya harus turut menjaga kelestarian budayanya dan mencari terobosan agar nilai-nilai arsitekturnya terus hidup dalam era modern.

Pembahasan tentang Arsitektur tradisional Minang dipimpin oleh Moderator Arsitek Budi Adelar Sukada, IAI, Ketua Umum IAI periode 2002-2008 yang konsisten dan berkomitmen pada eksistensi dan perkembangan arsitektur Nusantara.

Seminar virtual berjudul "Arsitektur Beradat di Ranah Minang" memperlihatkan pentingnya peran arsitek dan arsitektur dalam ikut mengisi Kemerdekaan Indonesia.

Peserta yang terdiri dari pemerhati budaya dan arsitektural seperti Arsitek, Interior Desainer, Arsitek Lanskap, dan mahasiswa serta pelaku pembangunan, diharapkan mendapat tambahan informasi dan pengalaman menatap masa depan
arsitektur tradisional Nusantara menghadapi tantangan teknologi modern. 

Seluruh peserta seminar arsitektur ini memperoleh sertifikat Seminar, dan khusus bagi anggota IAI mendapat nilai KUM 3 untuk persyaratan pendidikan keprofesian dari IAI Daerah Sumatera Barat.
 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021