Saya pernah merasakannya. Double beregu putra di Pesta Olahraga Asia Pasific di Kobe Jepang atau espic Games IV, 1986, Far East South Pasific
Di Solo. Saya menyabet emas Single, double, beregu

Di Kobe, Jepang, 1989
Fespic Games V
1 emas double
1 perunggu single
Saya sudah jadi Gol A Gong, jarang latihan

Allahu Akbar. Saya merasakan, ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan, bendera merah putih dikerek lebih tinggi dari bendera negara lain.

 Oh. Hatiku berbisik, "Berapa ya bonusnya?"

Waktu itu 1989, bonusnya 1 emas 1 juta. Alhamdulillah.
Gol A Gong saat di podium untuk menerima medali emas. (Foto Istimewa)


Fespic Games IV, Solo 1986, saya menyabet 3 Emas single, double, dan beregu badminton untuk Indonesia, mengalahkan Malaysia. Di Jepang, 1989, saya menyabet emas double, single perunggu. Emas single direbut pebulutangkis Jepang. Fespic Games kemudian jadi Asian Para Games. Publisitas media tidak ada waktu itu. Kemudian Fespic Games berubah jadi Asian Para Games. Jadi kalau boleh nyombongr, saya adalah penyumbang emas terbanyak untuk Indonesia. 4 emas 1 perunggu. Srjak 1990 saya gantung raket. Menekuni dunia menulis sejak 1990. Sekarang saya  jadi Duta Baca Indonesia.

Setelah jadi Gol A Gong, kerja wartawan, tahun 1989 di Fespic V Kobe Jepang, single badminton sebagai juara bertahan, merosot jadi perunggu.
Suyitno, pasangan double saya. Dari Semarang. Yang meraih emas di Fespic Games V Kobe Jepang. (Foto Istimewa)

Pewarta: Gol A Gong

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021