Jakarta (ANTARANews) - Masyarakat dari berbagai elemen ternyata mampu kompak dalam menyelenggarakan suatu pertunjukan kolosal budaya dalam rangka HUT Kota Bogor yang berlangsung Sabtu (2/6) lalu.

Kegiatan diawali dengan pawai budaya mulai dari Balai Kota Bogor pada pukul 8.00 dan berakhir di panggung terbuka pintu III Kebun Raya Bogor, dilanjutkan dengan pertunjukan kolosal ""Maung Padjadjaran Lugay" karya Abah Dasep menceritakan kelahiran Kerajaan Pajajaran cikal bakal kelahiran Kota Bogor dan dan "Seba Kuwerabakti" karya Adenan Taufik upacara tradisi kuno pemberian upeti.

Kedua pertunjukan kolosal ini   mendapat dukungan  dari organisasi masyarakat di Kota Bogor dan sponsor, serta
organisasi PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan budaya (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization/ Unesco) dan  Pemerintah Kota Bogor. 

Bahkan dalam menyiapkan "Seba Kuwerabakti"  Adenan Taufik
Yang juga seorang pelukis telah menyiapkan jalannya prosesi di atas kanvas sepanjang lima meter lengkap dengan kostum yang dipergunakan pemain yang jumlahnya mencapai 500 orang.

Pawai budaya sendiri diawali dengan marching band, pasukan berkuda, warga Papua, barongsai. serta prajurit Pajajaran lengkap dengan tombak dan busur untuk menggambarkan iring-iringan pasukan Pajajaran pada masanya.

Maung Pajajaran Lugai sendiri merupakan pertunjukan yang mengisahkan perjalanan bergabungnya kerajaan Galuh di Ciamis dan Pakuan di Bogor menjadi Kerajaan Pajajaran. Tujuan kegiatan ini, kata Adenan, untuk membangkitkan semangat warga Bogor untuk membangun daerah sesuai semangat Raja Siliwangi di masa lalu.

Sedangkan Seba Kuwerabakti merupakan upacara tradisi kuno persembahan upeti dari raja-raja daerah sebagai bentuk dukungan mereka. Tradisi ini masih berlangsung pada suku Baduy di Banten. Maknanya masyarakat diminta untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menjalankan pembangunan, kata Adenan Taufik.

Ketua Panitia Penyelenggara Bogor Culture Festival, Bagus Karya Negara mengatakan, penyelenggaraan pertunjukan kolosal merupakan bagian dari rangkaian acara yang diantaranya tengah berjalan seperti lomba layang-layang tradisional, festival kampung Papua, festival kampung Tionghoa, kompetisi foto, penjualan kerajinan tradisional, festival kuliner tradisional Bogor, dan kegiatan ubek setu.  

Bagus mengakui kegiatan ini tidak mendapat dana dari APBD Pemkot Bogor, sebagian besar berasal dari dana pribadi-pribadi ditambah sponsor pendukung, tetapi Pemkot memberikan dukungan perizinan dan kemudahan lainnya yang bersifat non materi.

"Penggagas kegiatan ini dari kami (Masyarakat Cinta Bogor/ MCB) kemudian mendapat dukungan dari organisasi internasional UNESCO serta mendapat dukungan masyarakat lainnya," ujar dia.

Bagus mengatakan, kegiatan yang baru kali pertama diselenggarakan secara besar-besaran ini untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwasannya Kota Bogor merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Padjadjaran.

Dia menjelaskan, tanggal 3 Juni sendiri merupakan bergabungnya pemerintahan kerajaan Galuh di Ciamis dan Pakuan Bogor menjadi Kerajaan Padjadjaran yang kemudian diperingati sebagai lahirnya Kota Bogor.

Dia beharap kegiatan ini akan semakin meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bogor karena lebih dari 38 persen pemasukan berasal dari sektor pariwisata.

Bagus juga mengatakan festival ini juga untuk mengingatkan kepada masyarakat mengenai keragaman etnis dan suku di Kota Bogor yang hidup rukun sejak dulu.

Sebagian besar dari masyarakat yang tinggal di Kota Bogor merupakan komuter yang sehari-harinyaberkerja di Jakarta, sehingga Kota Bogor sebenarnya memiliki peranan penting dalam menyangga ekonomi Jakarta, kata Bagus.

Data menunjukkan 200 ribu warga Kota Bogor merupakan komuter yang berkerja di Jakarta, serta setiap Minggu Kota Bogor dikunjungi 5000 tamu.

Target kegiatan ini diikuti 5000 partisipan, 100.000 tamu, serta 30 juta audience yang mengikuti acara ini melalui media massa (internet, media cetak, dan televisi, dan radio), jelas Bagus.

Bagus mengatakan, rangkaian kegiatan di Kota Bogor ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap hotel yang selama ini memiliki tingkat hunian rata-rata 80 persen.

"Kalau selama ini aktivitas hotel sebagian besar untuk kegiatan rapat (meeting) maka dengan serangkaian acara yang kami gelar diharapkan hunian hotel dapat meningkat," jelas Bagus.

Kegiatan kami mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jelas Bagus.

Bahkan dalam kegiatan tersebut kostum pemain seperti sandal tradisional disiapkan dari Cikaret yang terkenal dengan produk sandal kulit.

Diluar kegiatan juga diselenggarakan kegiatan Ngubek Setu yang akan diselenggarakan di Setu Gede tanggal 24 Juni masyarakat dalam kegiatan itu diajak untuk menangkap ikan di danau selluas 5 hektar, Gubernur Jawa Barat untuk kegiatan itu menyumbang 2 ton ikan untuk ditangkap masyarakat.

Sebelum kegiatan itu malam harinya tanggal 23 Juni diselenggarakan pagelaran wayang golek dengan mengundang dalang kondang Asep Sunandar Sunarya.

Dalam rangkaian kegiatan ini masyarakat juga akan disuguhi kesenian kuno seperti Lais yang merupakan permainan akrobatik kuno di atas tali yang diikatkan pada batang bambu, kemudian silat tradisional seperti debus di Banten, serta siteran.

Sekretaris Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gatot Ghautama yang hadir dalam penyelenggaraan prosesi budaya Bogor ini sangat menyambut baik insisiatif warga Bogor.

Dia mengatakan, kekompakan masyarakat warga Bogor yang diperlihatkan dalam pertunjukan ini akan menjadi referensi berbagai daerah dalam melestarikan peninggalan budaya.

Sedangkan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengatakan, dalam pertunjukkan ini ingin memperlihatkan hubungan harmonsi masyarakat dengan pemerintah.

Bagus mengakui penyelenggaraan masih membutuhkan perbaikan mengingat persiapan yang berlangsung hanya tiga bulan, namun dengan upaya kami ini diharapkan penyelenggaraan HUT Kota Bogor akan lebih semarak.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012