Timnas paracylcing Indonesia punya harapan tinggi agar Olimpiade-Paralimpiade Tokyo tetap dilaksanakan, mengingat untuk pertama kalinya mereka bisa tampil di perhelatan olahraga terbesar di dunia.

Tanggapan tersebut disampaikan sehubungan dengan munculnya gelombang protes di Jepang yang menuntut agar Olimpiade Tokyo pada 23 Juli-8 Agustus dibatalkan karena penyebaran COVID-19 yang belum redam.

Baca juga: Eko Yuli berharap Olimpiade Tokyo tetap digelar

"Kalau ada protes dan sebagainya, kami ikut regulasi saja. Nanti IOC dan IPC akan memutuskan. Tapi mengingat ini ajang terbesar dan paling bergengsi, kami berdoa semoga bisa dijalankan. Ini pengalaman besar karena untuk pertama kalinya bisa dapat tiket ke Paralimpiade," kata pelatih dan koordinator paracycling Indonesia Fadilah Umar saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.

Ia menceritakan, Paralimpiade Tokyo menjadi impian atlet dan timnas paracycling karena pada gelaran sebelumnya timnas paracycling belum berkesempatan berlaga di Paralimpiade.

Timnas paracycling yang sudah berkonsentrasi sejak dua tahun terakhir melalui Pelatnas di Solo, Jawa Tengah, akan terpukul jika Paralimpiade gagal digelar.

Pasalnya dalam fase persiapan, timnas paracycling sudah mengalami hambatan berupa pembatalan ajang kualifikasi baik di tingkat nasional, regional, dan kejuaraan dunia.

"Misalnya tryout untuk kualifikasi paralimpiade dibatalkan dua minggu sebelum jadwal. Ada juga di Rio de Janeiro (Brazil), harusnya dilangsungkan bulan Maret, tapi dibatalkan karena angka COVID-nya bertambah. Terakhir di kejuaraan balap sepeda Asia bulan Juni, yang jadi ajang rutin dan tertinggi di Asia, diumumkan batal bulan ini karena masalah yang sama," kata Fadilah menceritakan.

Dengan jarangnya kualifikasi dan kejuaraan, kesempatan atlet paracycling nasional untuk menguji kemampuan pun berkurang. Meski senang bisa mengamankan satu slot ke Paralimpiade, namun timnas enggan tampil dengan persiapan yang seadanya.

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021