Jakarta (ANTARA News) - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) melalui anak perusahaannya PT Petrokimia Butadiene Indonesia menunjuk Toyo Engineering Korea Ltd (kontraktor asal Jepang) selaku kontraktor untuk pembangunan pabrik butadiene, campuran bahan baku karet sintetis bagi industri ban dan komponen otomotif berbasis plastik.

"Penunjukkan Toyo Engineering Korea Ltd menandainya segera dibangunnya  pabrik butadiene pertama di Indonesia, setelah sebelumnya lolos proses  tender pada 27 Mei 2011," kata Direktur PT Petrokimia Butadiene Indonesia Suhat Miyarso di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, Toyo Engineering Korea Ltd memberikan penawaran yang terbaik dari tiga kontraktor lain yang berasal dari Korea dan Italia.

"Kontraktor yang mengikuti bidding pembangunan pabrik butadiene adalah kontraktor yang sudah pernah membangun pabrik serupa di negara lain, dan sudah mendapat lisensi dari BASF. Dari semua kriteria yang kami ajukan, Toyo Engineering Korea Ltd yang terpilih sebagai pemenang,? papar Suhat.

Selanjutnya, peletakan batu pertama (ground breaking) yang menandakan dimulainya pembangunan pabrik akan dimulai pada awal Juli 2011. Pabrik butadiene tersebut akan dibangun di lahan seluas 40 ribu meter persegi di dalam komplek pabrik Chandra Asri Petrochemical Tbk, di Cilegon, Banten.

Menurut Suhat, proses pembangunan diperkirakan akan selesai dalam waktu 23 bulan dengan kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction). Sehingga pabrik butadine pertama di Indonesia ini diharapkan sudah dapat beroperasi secara komersial pada Mei 2013.

Pabrik dengan total investasi keseluruhan mencapai  110 juta dolar AS tersebut, direncanakan berkapasitas sebesar 100.000 ton per tahun.

Sebagian besar produknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor, dengan menggunakan lisensi dari BASF. Bahan baku pembuatan butadiene berupa Crude C4 sebagian besar akan dipasok oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan sebagian kecil dari impor, jelasnya.

Suhat menjelaskan, butadiene dapat diolah lebih lanjut menjadi SBR (Styrene Butadiene Rubber), ABS (Acrylonitrile  Butadiene Styrene), SBL (Styrene Butadiene Latex) dan lain-lain. SBR selanjutnya dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan karet sintetis yang merupakan komponen untuk industri ban dan komponen kendaraan berbasis plastik. Selama ini, seluruh kebutuhan butadiene industri otomotif Indonesia masih diimpor dari luar negeri, terutama dari Korea dan Jepang.

Dengan kehadiran PT Petrokimia Butadiene Indonesia, maka produsen ban dan komponen otomotif nasional dapat memangkas biaya impor butadiene, sehingga dapat meningkatkan skala produksinya.

Dengan demikian, beroperasinya pabrik butadiene tersebut diharapkan dapat memperkuat industri petrokimia dan otomotif dalam negeri sehingga lebih maju dan terus berkembang.

"Dengan tersedianya butadiene di dalam negeri, maka berbagai biaya produksi ban dapat dipangkas. Sehingga, industri ban nasional mempunyai kesempatan untuk tumbuh berkembang lebih cepat lagi dalam beberapa tahun mendatang,? papar Suhat.

Dengan beroperasinya pabrik PT Petrokimia Butadiene Indonesia, pohon industri petrokimia Indonesia semakin lengkap. Rantai produksi industri petrokimia, dan ban dari hulu hingga hilir telah tersambung dan seluruhnya diproduksi di dalam negeri.

Sebelumnya Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia, Budi Susanto Sadiman mengatakan, sangat mendukung dengan rencana pembangunan pabrik butadiene oleh anak perusahaan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, karena akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi sangat signifikan.

Seperti diketahui selama ini untuk mendapatkan butadiene, industri ban dan otomotif masih tergantung kepada impor. Dengan kehadiran pabrik butadiene pertama di Indonesia ini, maka ketergantungan impor dapat dikurangi dan akan memberi sumbangan devisa bagi negara, jelas dia.
 

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011