Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengingatkan persoalan toilet bisa mengganggu upaya pemerintah mendorong pariwisata. untuk itu penting bagi pengelola membuat desain yang memenuhi syarat.

"Upaya memajukan pariwisata kerap terkendala persoalan sepele, mulai dari sulitnya mencari lokasi, sulit dijangkau, serta desain toilet yang belum memenuhi syarat," kata Sandiaga saat menjadi pembicara kunci dalam seminar daring bertajuk "Fasilitas Publik dan Image Pariwisata" yang diselenggarakan Kenari Djaja dan ATI (Asosiasi Toilet Indonesia), Rabu (10/3).

Sandiaga mengatakan Kemenparekraf telah memberi perhatian khusus terhadap kelemahan sektor ini, mengingat pengaruhnya terasa pada reputasi dan citra pariwisata di Indonesia.

Sandiaga Salahudin Uno mengatakan akan terus memperhatikan keberadaan toilet bagi wisatawan yang lebih memenuhi syarat bahkan telah membentuk satgas toilet untuk destinasi super prioritas pariwisata.

"Toilet adalah simbol pelayanan, simbol pengabdian dan peradaban modern, tanpa toilet yang bersih dan baik, maka runtuh persepsi pelayanan, runtuh keindahan Danau Toba dan runtuh keagungan Candi Borobudur. Toilet sebagai indikator pariwisata sehingga harus layak, terpenuhi kebutuhan air dan kebersihannya sesuai standar tamu mancanegara,” kata  Sandiaga.
 
Sandiaga mengatakan Gerakan Toilet Bersih menjadi tugas semua, mulailah langkah awal untuk menciptakan toilet kita sebagai beranda depan pariwisata.
 
"Saya mengangkat sendiri sebagai Chief Toilet Officer dan saya mengajak dan mengangkat peserta seminar ini menjadi Deputy Chief Toilet Officer untuk memastikan kualitas toilet kita," tambah Sandiaga. 

Pariwisata Indonesia sebelum masa pandemi COVID-19 merupakan sektor andalan yang sangat menjanjikan bagi rakyat Indonesia, namun kenyataannya sekarang ikut terpuruk akibat menurunnya kemampuan ekonomi dan pengaruh berkurangnya kunjungan wisatawan dunia.

Kalau dulu masyarakat diarahkan mendukung pembangunan pariwisata apa adanya, kini harus dilakukan evaluasi termasuk menyelesaikan fasilitas publik yang masih jauh dari sempurna, jelas Sandiaga.

Dalam menyiapkan daerah tujuan wisata yang potensial, ada persyaratan 3-A, yang perlu dipenuhi, antara lain akses pencapaian menuju ke lokasi destinasi wisata yang harus mudah, kemudian atraksi yang menarik pada lokasi wisata tersebut, yang dapat menahan wisatawan lebih lama saat berkunjung.

Terakhir adalah Amenity berupa fasilitas penunjang kebutuhan wisatawan saat berada di lokasi, seperti tempat menginap, tempat makan, tempat belanja souvenir lokal dan kebutuhan toilet yang sehat dan bersih.

Akses dan atraksi umumnya sekarang sudah lebih baik dikembangkan pada destinasi wisata di pantai maupun di pegunungan. 

"Yang masih perlu diperhatikan adalah kesiapan fasilitas penunjang bagi publik pengunjung destinasi wisata. Selain sebagai kelengkapan fasilitas penginapan, rumah makan  dan tempat belanja yang bersih dan sehat, kebutuhan toilet publik sering menjadi titik lemah dari rangkaian kegiatan pariwisata, baik yang dibangun khusus maupun yang menyatu dengan fasilitas lainnya," kata Sandiaga. 

Co-Founder dan Presiden Direktur PT Kenari Djaja Hendra B Sjarifudin mengatakan seminar ini diharapkan bisa membuka mata semua pihak untuk peduli kepada fasilitas penunjang dunia pariwisata yang menyerap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. 

"Kenari Djaja bersama Asosiasi Toilet Indonesia sangat senang dapat mengadakan seminar yang mendukung kondisi pariwisata Indonesia yang tengah terpuruk, dan harus kita bangun lagi secara bersama-sama," ujar Hendra. 

Kenari Djaja yang bergerak di bidang kunci dan kelengkapan pintu, tambah Hendra, terus mengikuti perkembangan desain arsitektur dan interior termasuk fasilitas amenity pariwisata seperti hotel, villa, restoran, tempat perbelanjaan dan properti lainnya. 

"Sehingga kami harus terus menyesuaikan produk kami dengan tuntutan teknologi yang kian canggih," ucap Hendra. 

Seminar yang dipandu oleh Arsitek Heru Wicaksono, pendiri Majalah Asrinesia ini, menghadirkan pembicara pakar desain interior yang juga Ketua Umum ATI (Asosiasi Toilet Indonesia) Naning Adiwoso, HDII, Ahli Teknologi Kesehatan yang juga Kabid Water and Sanitation ATI Nani S. Firmansyah dan ahli pengelolaan dan perawatan instalasi fasilitas public Ridha Artinto. 

Pada kesempatan tersebut Ketua Umum ATI Naning Adiwoso menyampaikan mengenai harapan dan apa yang dimaksud dengan fasilitas publik sebagai penunjang daya tarik pariwisata. 

Naning mengingatkan pentingnya toilet bagi tujuan wisata yang harus perfek, karena begitu banyak kendala yang dihadapi pengelola dan termasuk upaya mengubah ‘mindset’ penggunanya.

Ahli Teknologi Kesehatan Nani S. Firmansyah, peserta seminar diinformasikan persyaratan bila membangun fasilitas toilet untuk umum yang memenuhi syarat di kawasan rekreasi dan wisata.

Untuk memperoleh fasilitas publik yang menarik dan menyenangkan bagi penggunanya, Ridha Artinto yang ahli dalam pengelolaan toilet umum mengatakan toilet harus selalu tampil bersih, sehat dan kering seperti yang disukai oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pembahasan fasilitas umum yang tidak terlepas dari masalah bangunannya ini, untuk ini seminar dipandu oleh Arsitek Heru Wicaksono, pendiri Majalah Asrinesia yang peduli pada keindahan dan pariwisata.
    
Seminar virtual ini diikuti lebih dari 400 peserta dari kalangan arsitek, desainer interior, mahasiswa Jurusan Arsitektur & Desain Interior, pengusaha hotel dan restoran, pengelola kawasan rekreasi dan pariwisata dan pengambil kebijakan pembangunan di daerah, serta masyarakat pemerhati pariwisata.
 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021