Lebak,  (ANTARABanten) - Wisatawan budaya Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, 2010 mencapai 6.460 orang dan mancanegara sebanyak 122 orang sehingga diharapkan ke depan meningkat.

"Kami akan terus meningkatkan jumlah wisatawan untuk menggali pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata adat Baduy itu," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata, Kabupaten Lebak, Jujum Riyadi, Jumat.

Ia mengatakan, pemerintah daerah telah mengoptimalkan promosi-promosi budaya adat Baduy melalui pameran maupun media.

Promosi tersebut untuk mendongkrak kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD juga kesejehteraan masyarakat.

Selama ini, kata Jujum, kunjungan wisatawan kawasan Baduy belum menggeliat, terutama wisatawan dari luar negeri.

Sebagian besar kunjungan wisatawan budaya tersebut untuk melakukan penelitian kehidupan tatanan sosial warga Baduy, sehingga mereka kebanyakan dari Perguruan Tinggi.

Pemerintah akan meningkatkan sarana dan prasarana infrastuktur menuju kawasan Baduy yang berada di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak atau 22 kilometer dari Kota Rangkasbitung.

"Saya yakin dengan adanya perbaikan sarana dan prasarana sangat menunjang untuk mendongkrak kunjungan wisatawan domistik maupun asing," ujarnya.

Menurut dia, saat ini pengunjung wisata adat Baduy akan dikenakan retribusi sebesar Rp2.500 per orang untuk pemasukan PAD, sebab tahun-tahun lalu warga Baduy menolak dengan penarikan retribusi tersebut.

Wisata Baduy memiliki nilai tersendiri di Provinsi Banten, karena hingga kini masih mempertahankan budaya leluhur mereka.

Mereka menolak hidup modernisasi, seperti televisi, radio, naik kendaraan, jalan beraspal, rumah bertembok dan sepatu.

Oleh sebab itu, lanjut Jujum, hingga kini kawasan Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan jumlah penduduk sebanyak 10.500 jiwa tidak bisa dilintasi berbagai jenis angkutan.

"Kami tidak bisa membangun kawasan Baduy, karena bertentangan dengan adat budaya mereka. Itu menjadikan kesulitan bagi pemerintah daerah," ujarnya.     

Sementara itu, seorang Mahasiswa Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Asep mengaku dirinya tidak diperbolehkan memasuki kawasan Baduy karena sedang berlangsung tradisi Kawalu bagi Baduy Dalam (pakaian putih-putih).

"Kami datang ke sini sudah dua kali untuk melakukan penelitian tanaman obat di kawasan Baduy," katanya.


Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2011