Direktur Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) Rachmat Indrajaya menyatakan daging ayam broiler aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein.

"Produksi daging ayam kami menerapkan sistem keamanan pangan yang sesuai standar nasional dan internasional. Kami punya standar ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal)," kata Rachmad dalam edukasi media secara virtual di Jakarta, Rabu.

Rachmad menjelaskan protein hewani merupakan asupan nutrisi penting bagi manusia, karena kandungan asam aminonya yang lengkap salah satunya didapat dari daging ayam.

"Dengan harga terjangkau, daging ayam mudah diperoleh, bahkan olahannya kini sudah banyak didapat," jelas Rachmad. 

Namun demikian, sebagian masyarakat masih ada yang enggan mengonsumsi daging ayam khususnya broiler karena ragu terhadap jaminan kesehatan, keamanan, dan kehalalannya.  

Menjawab hal tersebut, Direktur Kesehatan Masyarakat Veternier Kementerian Pertanian, drh. Syamsul Ma’arif, M.Si mengatakan pemerintah telah menerapkan sertifikasi terhadap produk-produk hewan yang beredar di pasaran untuk menjamin keamanan dari sisi kesehatan dan ketentraman batin konsumen dari sisi kehalalan.

Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan. Beleid ini merupakan pengganti dari Permentan No. 381 Tahun 2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. 
 
Nomor Kontrol Veteriner (NKV) adalah nomor registrasi unit usaha produk hewan sebagai bukti telah dipenuhinya persyaratan higienis dan sanitasi. 

"Dengan adanya label NKV, maka telah dijamin keamanan produk hewan yang dipasarkan di Indonesia, karena menerapkan sinergi manajemen pemeliharaan peternakan yang baik sampai produk di meja makan (safe from farm to table)," jelas Syamsul. 
 
Dalam kesempatan yang sama, Dr drh Denny Lukman, MSi, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner IPB mengungkapkan salah satu isu yang menimbulkan ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi ayam broiler adalah pemberian hormon pertumbuhan (growth hormone). 

Padahal, pelarangan penggunaan hormon bagi hewan konsumsi termasuk pada ayam broiler ini telah secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. 

"Ayam broiler tidak pernah diberi hormon, ayam broiler cepat tumbuh karena pola budidaya yang baik dan pemberian pakan yang diatur," ujar Denny.  
 
Penerapan sistem rantai dingin (cold chain system) yang benar menjadi kunci utama agar kualitas daging ayam broiler dapat terjaga. Suhu kurang dari 4oC akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan menghambat aktivitas enzim pada daging. "Daging yang disimpan dalam pendingin tidak mengurangi kandungan gizi dan tidak menurunkan mutu," jelas Denny. 
 
Sigit Pambudi, Head of Marketing RPA - Wilayah Barat PT Ciomas Adisatwa menjelaskan proses produksi ayam broiler yang diterapkan sudah terstandar secara ketat dari hulu hingga hilir. 

"Perusahaan sangat memperhatikan sistem jaminan pangan mulai dari kandang yang memiliki serifikat Kompartemen Bebas AI. Kemudian, perusahaan juga memiliki Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) yang terintegrasi dengan gudang pendingin (cold storage)," kata Sigit.

JAPFA juga mengantongi NKV, sertifikat halal, sertifikat Juru Sembelih Halal (Juleha), HACCP hingga Food Safety System Certification (FSSC).  Dengan sertifikasi dan standar ini, JAPFA telah memberi jaminan ketersediaan daging ayam broiler dengan standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) bagi konsumen.
 
Sigit berharap, dengan semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat daging ayam broiler ini, tingkat konsumsi protein di tanah air semakin meningkat. 

Pasalnya, dibandingkan negara tetangga, konsumsi protein masyarakat Indonesia masih jauh tertinggal. Data Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2017 menyebutkan, bahwa dari total konsumsi protein, konsumsi protein hewani Indonesia hanya 8%, sementara Malaysia mencapai 30%, Thailand 24%, dan Filipina 21%, jelasnya.
 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020