Pendapatan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mengalami kenaikan 46,3 persen pada sembilan bulan pertama 2020 (9M20) mencapai Rp2,37 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 Rp1,62 triliun.

"Meski menghadapi pandemi COVID-19, pendapatan pengembangan realestat mengalami kenaikan. Hal ini disumbang dari proyek di Cikarang dan dua tower di Lippo Village, serta penjualan persediaan," kata CEO LPKR John Riady dalam keterangan tertulis, Senin.

John juga menyampaikan bisnis properti terus menunjukkan kemampuan untuk bertahan yang ditunjukkan dengan marketing sales 9M20 yang meningkat 100 persen YoY menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

John juga menjelaskan bisnis properti terus menunjukkan kemampuan untuk bertahan yang ditunjukkan dengan marketing sales 9M20 yang meningkat 100% YoY menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Pada Pillar kedua yaitu Real Estate Management & Services, pendapatan pada 9M20 menunjukkan penurunan sebanyak 10,2% pada 9M20 menjadi Rp6,15 triliun dari Rp6,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu, dikarenakan rumah sakit, mall dan hotel terus dihadapkan dengan kondisi yang menantang akibat dari pandemi. 

Kasus baru Covid-19 yang terus meningkat di Indonesia pada 3Q20 menyebabkan penutupan hotel yang berkepanjangan, pengunjung mal yang lebih sedikit dari yang sebelumnya diperkirakan, dan lebih banyaknya dilakukan penanganan COVID-19 di lini bisnis rumah sakit daripada pasien bisnis inti. 

Secara konsol, pendapatan LPKR secara YoY tidak mengalami perubahan. Pendapatan konsol pada 9M20 adalah sebesar Rp8,58 triliun dibandingkan dengan Rp8,56 triliun pada 9M19.


Lippo Cikarang melaporkan pertumbuhan pendapatan yang kuat akibat dari suksesnya pemasaran produk hunian rumah tapak yang terjangkau, dan apartemen Orange County yang terus melanjutkan proses serah terima unit. Pendapatan LPCK pada 9M20 naik sebesar 50% menjadi Rp1,59 triliun dari Rp1,06 triliun pada 9M19.

 Pada 9M20, Orange County mencatatkan pendapatan sebesar Rp837 miliar, naik sebanyak 91% YoY dari Rp438 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, pengakuan pendapatan rumah hunian sebesar Rp286,1 miliar naik dari Rp218,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan penjualan tanah di Kawasan industri menjadi sebesar Rp121,4 miliar pada 9M20 dari Rp66,3 miliar pada 9M19. Pada 3Q20, pendapatan naik sebesar 34,8% menjadi Rp504 miliar seiring dengan kenaikan pendapatan apartemen dan proyek hunian rumah tapak yang naik sebanyak 66,1% dan 125,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan Siloam pada 9M20 berkurang sebanyak 4,1% YoY menjadi Rp5 triliun dari Rp5,21 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski pengalami penurunan, Siloam masih berkontribusi sebanyak 80,5% terhadap total pendapatan recurring perusahaan di 9M20 (vs. kontribusi sebanyak 75,2% di 9M19). 

Pada 9M20, Siloam mengoperasikan 39 rumah sakit di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, pendapatan LPKR dari Real Estate Management & Services berkurang 9,1% YoY menjadi Rp6,15 triliun, merepresentasikan 71,6% dari total pendapatan pada 9M20. Kontribusi pada 9M19 adalah sebanyak 80,0%.

Siloam telah meningkatkan kapasitas testing COVID-19 secara signifikan untuk mendukung upaya Indonesia dalam menanggulangi virus ini. Selama 9M20, Siloam telah melakukan 70 ribu tes PCR dan lebih dari 700 ribu tes rapid dan serologi.

 Selain meningkatkan kapasitas tes, Siloam juga mendedikasikan 4 rumah sakit khusus untuk penanganan COVID-19. EBITDA rumah sakit pada 3Q20 meningkat sebesar 43% YoY menjadi Rp108 miliar pada 9M20. 

Meskipun demikian, sebagian besar peningkatan EBITDA Siloam berdasar perubahan kebijakan Akuntansi melalui penerapan PSAK 73. Meski pengujian dan penanganan COVID-19 mendukung EBITDA dan laba bersih Siloam pada 3Q20, pendapatan dari sumber ini tidak stabil dan tidak pasti untuk periode kedepan. Hal ini dikarenakan peraturan yang terus berubah, diikuti dengan tren COVID-19 yang juga tidak pasti.

Laba Bruto Konsolidasian meningkat 1,1% YoY menjadi Rp3,32 triliun pada 9M20 LPKR membukukan laba bruto konsolidasian 9M20 sebesar Rp3,32 triliun dari Rp3,29 triliun pada 9M19. 

Laba bruto pada segmen Real Estate Development naik sebesar 71,2% YoY menjadi Rp934 miliar di 9M20 dari Rp545 miliar pada 9M19. Sedangkan laba bruto lini bisnis Real Estate Management & Services (rumah sakit, mall dan yang lainnya) turun sebanyak 15,1% YoY menjadi Rp2,32 triliun pada 9M20 dari Rp2,74 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

EBITDA konsolidasian meningkat 75,6% YoY menjadi Rp1,58 triliun pada 9M20 LPKR melaporkan EBITDA 9M20 naik 75,6% YoY menjadi Rp1,58 triliun dari Rp902 miliar pada 9M19. 

Meski demikian, EBITDA pada tahun 2020 sebagian besar dipengaruhi oleh implementasi standar PSAK 73 terkait biaya sewa. Penerapan standar ini mengakibatkan penurunan pada biaya sewa dan kenaikan di biaya bunga.

Dampaknya pada 9M20 sebesar Rp645 miliar, yang juga berarti bahwa core EBITDA perseroan pada 9M20 adalah Rp939 miliar, naik sebesar 4,1% YoY. Lini bisnis Real Estate Development menunjukkan kenaikan EBITDA paling signifikan pada 9M20 menjadi Rp314 miliar dari rugi Rp506 miliar pada 9M19.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2020, Siloam membukukan EBITDA sebesar Rp744 miliar dari Rp624 miliar pada 9M19, naik sebesar 19,1%. Setelah mengalami penurunan EBITDA sebanyak 54,8% YoY pada 2Q20, Siloam membukukan 43,0% YoY pertumbuhan EBITDA pada 3Q20 menjadi Rp359 miliar dari Rp251 miliar pada 3Q19. Pada 3Q20, Siloam membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp86 miliar.


Terkini
Pada Oktober 2020, First REIT (FREIT) mengumumkan dua bulan tambahan keringanan biaya sewa sebesar S$16,5 juta untuk LPKR untuk bulan September dan Oktober 2020, yang merupakan tambahan dari bantuan uang sewa sebesar S$16,4 juta pada 1H20. 

Total keringanan uang sewa yang diberikan kepada perseroan berujung perseroan membayar setidaknya 36% biaya subsidi sewa yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020.

Progres penjualan mall di Puri terus melihat titik terang sehingga diantisipasi dapat diselesaikan pada Januari 2021. Meski demikian, transaksi bergantung pada persetujuan dari pemegang saham Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) terkait akuisisi mall dan penyelenggaraan Rights Issue di LMIRT. Kedua keputusan ini akan didapat sebelum akhir tahun 2020.

John Riady, CEO LPKR mengatakan kuartal ketiga sangat sukses untuk lini bisnis property dengan marketing sales sebesar Rp1,2 triliun, atau kenaikan sebesar 304% YoY. 

"Kami berharap di tahun-tahun mendatang ketika kami melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi di Lippo Karawaci, kami dapat menunjukkan kuartal ini sebagai titik balik dimana lini bisnis property dibawah tim manajemen baru telah sukses. Kami mengumumkan launching rumah tapak di Lippo Village untuk pertama kalinya setelah 4 tahun melalui launching Cendana Homes, yang mana terjual habis dalam hitungan jam. Meski pendapatan recurring kami terganggu oleh pandemi covid-19, kami telah melihat bahwa bisnis properti perlahan lahan telah pulih dan mendekati normal," katanya.

 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020