Direktur Indofood Franciscus Welirang mengatakan penanganan wabah COVID-19 jangan sampai mengganggu pasokan pangan.

"Banyak negara dalam menangani wabah COVID-19 dengan membatasi aktivitas warga, kondisi ini dapat mengganggu rantai pasok pangan karena berkurangnya tenaga kerja untuk memproses dan memproduksi pangan," kata Franky panggilan akrab dari Francicus Welirang dalam keterangan tertulis, Kamis.

Tidak hanya itu, jelas Franky, kesulitan akses ke pasar bagi petani kecil, pembatasan transportasi dan berkurangnya pasokan komoditas yang mudah rusak yang juga menyebabkan terlalu banyaknya potensi pengadaan pangan yang hilang.

Franky mengatakan dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Indofood menyelenggarakan Simposium Sistem Pangan sekaligus menyerahkan Dana Riset Bagi 60 Mahasiswa S1.

Badan Pangan dan Pertanian Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) mengingatkan adanya potensi krisis pangan dunia akibat pandemi COVID-19, selain karena faktor perubahan iklim global.
 
Franky mengatakan membangun sistem pangan berkelanjutan harus menjadi salah satu prioritas ke depan. 

"Bukan hanya sebagai langkah antisipasi krisis pangan akibat pandemi, tetapi juga sebagai upaya memberikan jaminan pasokan maupun akses pangan bagi bangsa di masa depan. Untuk itu, perlu pendekatan yang holistik, serta dukungan dan sinergi semua stakeholder," ujar Franky.

Dalam paparannya yang berjudul “Praktik Baik Industri Pangan dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Gizi Masyarakat Serta Kemandirian Ekonomi” Franky menekankan pentingnya integrasi dalam sistem pangan mulai produksi pangan, pengolahan pangan baik di industri besar maupun kecil hingga akses masyarakat akan pangan tersebut. 

"Dalam menghasilkan sebuah produk, bibit yang baik dan bersertifikasi sangatlah penting. Bagi kami, bibit yang baik akan meningkatkan produktivitas apabila dikombinasikan dengan Good Agriculture Practices. Hasilnya akan baik pula. Sementara guna mengatasi malnutrisi, industri bisa melakukan fortifikasi pangan. Beberapa produk Indofood telah difortifikasi seperti fortifikasi Iodium pada garam, zat besi dan asam folat untuk Tepung Terigu Bogasari dan vitamin A pada Minyak Goreng Bimoli. Langkah ini kami lakukan sebagai kontribusi dalam perbaikan gizi bangsa, disamping terus mengedukasi masyarakat tentang Gizi Seimbang," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa kondisi pandemi COVID-19 juga mempengaruhi kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) padahal UMKM berperan penting dalam perekonomian Indonesia. UMKM berkontribusi sebesar 60,3% dari total komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. "Sebagai bagian dari sistem pangan, peran pelaku UMKM bidang pangan perlu mendapatkan perhatian semua". 

"Kami bermitra dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) dari hulu hingga ke hilir. Model bisnis inklusif yang kami lakukan di hulu seperti bermitra dengan petani ataupun IKM pengolah berbagai komoditi yang menjadi Supplier. Di hilir, kami menjalankan kemitraan dengan UKM/IKM baik di bidang kuliner maupun industri olahan yang menjadi customer untuk mencapai konsumen akhir," kata Franky.

Contohnya Bogasari melalui Bogasari Mitra Card, Indomie melalui Warmindo serta Indomie baik dibidang kuliner, kue, ,roti, martabak, coffee shop maupun IKM industri olahan,” kata Franky.
 
Simposium ini juga menampilkan dua orang Tim Pakar IRN sebagai pemateri. Guru Besar Universitas Lampung sekaligus Tim Pakar IRN Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS, membahas "Dampak, Tantangan dan Peluang Ekonomi bagi Sistem Pangan Nasional". Sementara Tim Pakar IRN Bidang Gizi dan Kesehatan Dr. Widjaya Lukito, SpGK., PhD membawakan topik "Perbaikan Gizi Bagi Populasi Rentan dan Upaya Merespon Societal Problem di Masa Pandemi COVID-19".

"Kami berharap simposium hari ini dapat memberikan masukan guna membangun sistem pangan masa depan yang berkelanjutan. Saya juga mengucapkan selamat kepada 60 mahasiswa penerima dana riset dari Indofood Riset Nugraha. Tetap semangat melakukan penelitian karena ide-idenya dapat berkontribusi pada pembangunan sistem pangan nasional yang lebih tangguh dan berkelanjutan," tutup Franky.

Dana riset Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2020/2021 memberikan dana riset bagi 60 penelitian pangan mahasiswa S1 dari 31 Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta di Indonesia. 

Penerima dana riset IRN juga berhak memperoleh pendampingan dan bimbingan teknis dari Tim Pakar IRN hingga penelitian selesai.

Program IRN yang mengangkat tema "Milenial dan Penelitian Pangan Era Kenormalan Baru Menuju Indonesia Maju" membiayai penelitian yang dilakukan sebagai syarat kelulusan meraih gelar sarjana S1. 

Bantuan dana diserahkan secara simbolis ditandai dengan Penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) dan dilaksanakan secara daring. 

Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Suaimi Suriady mengatakan penelitian di masa pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan sarjananya. 

"Bagi milenial yang akrab dengan teknologi, memanfaatkan kecanggihan teknologi menjadi salah satu pilihan yang efektif, mengingat adanya pembatasan sosial selama pandemi. Kita perlu terus menumbuhkan minat riset di kalangan generasi muda. Terlebih dengan adanya ancaman krisis pangan global akibat pandemi dan perubahan iklim, kita perlu terus menggali potensi sumber pangan yang kita miliki dan melahirkan inovasi-inovasi di bidang pangan guna memperkuat sistem pangan nasional," kata Suaimi.
 

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ridwan Chaidir


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020