Beberapa hari setelah pengadilan Yunani memvonis Harry Maguire dengan hukuman penjara 21 bulan 10 hari yang ditangguhkan sampai ada hasil banding, bek tengah Manchester United itu buka-bukaan kepada BBC pada 27 Agustus 2020.

Insiden Kamis malam 20 Agustus di Pulau Mykonos di Yunani yang membuat Maguire terpaksa menginap di sel tahanan itu sepertinya amat mengguncang jiwa sang kapten United.

Baca juga: Cetak gol terbanyak di Barca, Lionel Messi: Aku lebih fokus jadi pemain di tim

Baca juga: Jika bek tengah memble, MU beli Jules Kounde tahun depan

Bagi orang yang seumur hidupnya tak pernah mengenal bui dan terlebih lagi statusnya sebagai pemain bintang untuk salah satu klub terbesar di Eropa, vonis itu demikian memukul dia sampai kemudian menyebut vonis itu mengerikan.

Itu masih ditambah dengan ketakutan kehilangan nyawa karena Maguire sempat mengira dia dan saudaranya hendak diculik untuk dijadikan sandera guna mendapatkan uang tebusan.

"Mereka terus-terusan menghajar kaki saya. Saya panik sekali. Mengerikan. Takut terjadi apa-apa pada nyawa saya," kata bek tengah Setan Merah itu kepada BBC.

Meskipun pada wawancara itu Maguire berusaha melupakan kejadian tersebut dan mengaku secara mental kuat, yang terjadi di lapangan sepak bola justru kebalikannya.

Sering mati kutu, acap blunder, bermain tanpa kepercayaan diri, cepat panik, dan luntur pula kepemimpinannya di lapangan.

Itu semua terlihat pada tiga pertandingan pertama MU dalam liga musim ini, selain dalam laga timnas Inggris di UEFA Nations League dua hari lalu.

9 September Setan Merah menjalani laga pertamanya musim ini. MU disikat 1-3 oleh Crystal Palace. Maguire mendapat kartu kuning.

Absen menghadapi Luton Town dalam Piala Liga empat hari kemudian, Maguire turun lagi menghadapi Brighton dalam pertandingan liga 26 September.

MU kalah segalanya dari Brighton. Keberuntungan membuat mereka menang melawan Brighton. Maguire kembali tampil buruk hingga membiarkan Brighton memberondong Setan Merah dengan 18 upaya gol atau dua kali lipat yang dilakukan United.

Kembali tak diturunkan saat pertandingan Piala Liga melawan Brighton di mana MU menang, Maguire diturunkan kembali pada pertandingan liga 4 Oktober di Old Trafford melawan tim yang ditangani pelatih yang dulu dipecat United, Jose Mourinho.

Sebuah gol dari penalti, kebobolan enam gol, satu kartu merah, dan bobroknya barisan pertahanan MU membuat Maguire kembali disorot.

Beruntung pada hari yang sama Liverpool yang diperkuat bek terbaik di dunia, Virgil van Dijk, kebobolan tujuh gol.

Sulit konsentrasi penuh

Andai saja The Reds tidak kalah sebesar itu, pasti 24 jam selama beberapa hari setelah dikalahkan Spurs itu, Maguire bakal terus menjadi bulan-bulanan yang mungkin saja membuat pelatih timnas Inggris Gareth Southgate enggan memanggilnya memperkuat Three Lions.

Dan saat dia dipanggil untuk memimpin laga bergengsi di Wembley yang keramat, Maguire kembali tampil di bawah form.

Dia bahkan terkena kartu merah karena panik mencegah serangan Denmark yang akhirnya membuat MU pincang untuk kemudian terjungkal 0-1 dalam laga Nations League pada 14 Oktober.

Dari Wembley ini analisis-analisis liar bermunculan, mulai dari yang menyebut kualitas sang kapten MU tak sebanding dengan harganya yang Rp1,5 triliun, sampai kepada yang menyebut betapa insiden di Yunani itu telah merusak mental Maguire.

Baik Southgate maupun Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United membela Maguire, sebagian karena mereka berdua menganggap bek ini memang tampil instrumental sebelum malapetaka Yunani terjadi.

Dia pula yang menjadi salah satu pemain paling menonjol yang membuat Setan Merah masuk lagi Liga Champions hanya dalam musim pertamanya di MU. Di era dia pula Setan Merah masuk semifinal Piala FA dan Liga Europa. Dia pula yang membuat barisan MU salah satu yang sulit ditembus ketika kiper David de Gea dicerca karena menjadi biang keterpurukan United.

Southgate dan Solksjaer mungkin ingin berterima kasih untuk kinerja Maguire sebelum insiden Yunani. Keduanya mungkin menyadari insiden Pulau Mykonos itu merusak diri pemainnya sehingga tetap memainkan dia adalah sebagai bentuk dukungan moril.

Faktanya, sedikit sekali manusia di dunia ini yang bisa bahagia melakukan apa saja ketika ancaman mendekam di penjara setiap detik terlintas dalam pikiran. Dia akan sulit sekali terus berkonsentrasi penuh di lapangan.

Jika sudah begitu, maka logis kalau kemudian pengamat dan pendukung timnas Inggris serta MU meminta sang bek diistirahatkan.

Untuk United misalnya. Langkah ini ditempuh demi menyampaikan pesan kuat setelah tim ini dibanting habis-habisan oleh Spurs dua pekan lalu.

Banyak yang menyarankan Solksjaer agar menurunkan lagi Eric Bailly untuk bermitra dengan Victor Lindelof, selain langsung memasangkannya dengan rekrutan baru Alex Telles dan Aaron Wan Bissaka ketika Setan Merah melawat ke Stadion St James' Park guna meladeni Newcastle United Sabtu malam esok.

Bailly dan Lindelof, serta kiper muda Dean Henderson, tampil impresif saat melawan Brighton dalam Piala Liga silam.

Solskjaer mungkin akan terpaksa mengistirahatkan Maguire sambil memberi pesan "kamu tetap kapten tim ini, kami semua mendukung kamu".

Tetapi solusi ini malah bisa membuat Maguire kian terpuruk dan merasa dicampakkan ketika dia membutuhkan dukungan untuk menyingkirkan mimpi buruk penjara Yunani.


Karir bisa hancur

21 bulan di penjara, jika upaya banding di Yunani nanti kalah, sungguh neraka bagi atlet sebesar Maguire.

Hampir pasti itu menghancurkan karir pemain yang turut mengubah tim liliput Leicester yang pernah menjadi juara liga sebelum dia bergabung pada 2017 dan selama beberapa musim terakhir sejajar dengan raksasa-raksasa penguasa Liga Inggris.

Untuk itu, pilihan mengistirahatkan Maguire bisa tidak tepat ketika dukungan dari rekan-rekan dan pelatih sangat dibutuhkan sang bek untuk saat ini.

Logika inilah yang salah satunya dilontarkan oleh salah satu legenda Manchester United, Roy Keane.

"Satu-satunya yang membuat Maguire akan kian terpuruk adalah kembali ke tim Man United tetapi tidak mendapatkan kepercayaan penuh dari tim," kata Keane.

Keane menilai Setan Merah mesti menciptakan atmosfer ruang ganti yang lebih baik dan lebih kompak lagi karena inilah kunci terpenting yang membuat MU berjaya selama dilatih Alex Ferguson.

"Saya pernah mengalami situasi yang dihadapi Harry tapi saya berada di ruang ganti Man United bersama karakter-karakter dan pemimpin-pemimpin yang cemerlang," kata Keane.

Sekalipun Keane melakukan hal bodoh atau mengalami masa yang sulit, di dalam maupun luar lapangan, dia merasa akan terus didampingi rekan-rekan satu timnya. Keane tidak melihat suasana seperti itu dalam skuad United saat ini.

Mungkin Solskjaer mau menuruti saran Keane. Tapi mungkin juga kekalahan 1-6 dari Spurs membuat Solskjaer hilang kesabarannya.

Pelatih asal Norwegia itu bukan hanya dihadapkan kepada masalah di dalam timnya, tetapi juga dukungan dari manajemen Setan Merah.

Konon semua pemain yang direkrut musim panas ini --Donny van de Beek, Edinson Cavani, Alex Telles, Amad Traore dan Facundo Pellistri-- adalah bukan pilihan Solksjaer.

Solskjaer justru menginginkan pemain Borussia Dortmund Jadon Sancho, gelandang Aston Villa Jack Grealish, bek tengah Leipzig Dayot Upamecano dan bek Bournemouth Nathan Ake.

Tidak heran dia mau menurunkan Donny van de Beek sebagai starter pertandingan liga.

Sebaliknya itu tak terjadi pada Bruno Fernandes dan Maguire yang memang pilihan Solskjaer.

Oleh karena itu, mungkin karena ingin menunjukkan pilihannya benar di hadapan manajemen yang orientasinya uang, Solskjaer akan tetap menurunkan Maguire sekaligus pikiran bek tengah ini sudah tak lagi sepenuhnya tercurah ke lapangan.

Dan pertandingan di St James' Park esok nanti itu pun menjadi pertaruhan bagi Solksjaer dan sekaligus pembuktian untuk Maguire, jika diturunkan.
 

Pewarta: Jafar M Sidik

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020