Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendukung pemulihan pariwisata Bali dalam Deklarasi Program Kepariwisataan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis (30/7).
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, Luhut mengatakan Bali dan pariwisata adalah dua entitas yang saling melekat dan tak terpisahkan.
"Sekarang kita melihat bahwa sudah waktunya ekonomi ini mulai dipulihkan. Hari ini adalah yang menurut saya merupakan hari yang bersejarah. Kita membuka Bali ini bukan asal dibuka, semua itu berangkat daripada berapa jumlah yang infeksi, berapa jumlah yang sembuh berapa tadi mortality rate-nya. Nah itu menjadi acuan, apakah dia masuk zona merah, apa kuning atau hijau. Bali ini menurut saya beberapa daerah sudah banyak yang hijau, ada masih yang kuning tapi tidak ada yang merah," katanya.
Namun, Luhut juga menyebutkan bahwa kemungkinan Provinsi Bali akan ditutup jika terdapat lokasi yang menjadi zona merah.
“Jadi kerja sama kita itu penting. Jadi tidak boleh satupun merasa diri paling penting dalam masalah ini. Kita harus team work menyelesaikan ini. Masalah kesehatan ini penting, oleh karena itu protokol kesehatan jangan sampai ditawar-tawar. Kita semua harus bahu-membahu untuk menegakkan disiplin ini. Tanpa disiplin ini tadi, COVID-19 tidak akan terkendali dan akan berdampak bagi ekonomi," tegasnya.
Luhut menyampaikan pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat diperhatikan oleh pemerintah. Hal itu dikarenakan penerimaan negara melalui pariwisata sangat tinggi, selain juga dapat menciptakan lapangan kerja.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), 60 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9 persen devisa pariwisata nasional, yakni sebesar Rp75 triliun.
"Presiden berkali-kali mengingatkan kami para pembantunya, bahwa kami harus tangani pariwisata ini dengan benar. Nah untuk itu ada dua kunci yang menurut saya harus kita perhatikan, yaitu penanganan COVID-19 dan penanganan ekonomi," tambah Luhut.
Menurut dia, penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi harus berjalan beriringan karena penanganan COVID-19 yang benar tentu akan memberikan stimulus yang baik pula bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
Mantan Menko Polhukam itu menuturkan pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang sangat komprehensif dalam penanganan COVID-19 ini.
"Jadi saya ingin menginformasikan sekarang hampir semua sektor itu tertangani dengan baik, program-program bantuan, program-program stimulus itu dilakukan dengan baik," ujarnya.
Luhut mengatakan pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini memang menjadi tantangan besar bagi sektor pariwisata, tak terkecuali Bali.
BPS menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara pada Mei 2020 turun hingga 86,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Bank Indonesia juga mencatat bahwa realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga -97,3 persen (year on year).
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, Luhut mengatakan Bali dan pariwisata adalah dua entitas yang saling melekat dan tak terpisahkan.
"Sekarang kita melihat bahwa sudah waktunya ekonomi ini mulai dipulihkan. Hari ini adalah yang menurut saya merupakan hari yang bersejarah. Kita membuka Bali ini bukan asal dibuka, semua itu berangkat daripada berapa jumlah yang infeksi, berapa jumlah yang sembuh berapa tadi mortality rate-nya. Nah itu menjadi acuan, apakah dia masuk zona merah, apa kuning atau hijau. Bali ini menurut saya beberapa daerah sudah banyak yang hijau, ada masih yang kuning tapi tidak ada yang merah," katanya.
Namun, Luhut juga menyebutkan bahwa kemungkinan Provinsi Bali akan ditutup jika terdapat lokasi yang menjadi zona merah.
“Jadi kerja sama kita itu penting. Jadi tidak boleh satupun merasa diri paling penting dalam masalah ini. Kita harus team work menyelesaikan ini. Masalah kesehatan ini penting, oleh karena itu protokol kesehatan jangan sampai ditawar-tawar. Kita semua harus bahu-membahu untuk menegakkan disiplin ini. Tanpa disiplin ini tadi, COVID-19 tidak akan terkendali dan akan berdampak bagi ekonomi," tegasnya.
Luhut menyampaikan pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat diperhatikan oleh pemerintah. Hal itu dikarenakan penerimaan negara melalui pariwisata sangat tinggi, selain juga dapat menciptakan lapangan kerja.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), 60 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9 persen devisa pariwisata nasional, yakni sebesar Rp75 triliun.
"Presiden berkali-kali mengingatkan kami para pembantunya, bahwa kami harus tangani pariwisata ini dengan benar. Nah untuk itu ada dua kunci yang menurut saya harus kita perhatikan, yaitu penanganan COVID-19 dan penanganan ekonomi," tambah Luhut.
Menurut dia, penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi harus berjalan beriringan karena penanganan COVID-19 yang benar tentu akan memberikan stimulus yang baik pula bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
Mantan Menko Polhukam itu menuturkan pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang sangat komprehensif dalam penanganan COVID-19 ini.
"Jadi saya ingin menginformasikan sekarang hampir semua sektor itu tertangani dengan baik, program-program bantuan, program-program stimulus itu dilakukan dengan baik," ujarnya.
Luhut mengatakan pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini memang menjadi tantangan besar bagi sektor pariwisata, tak terkecuali Bali.
BPS menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara pada Mei 2020 turun hingga 86,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Bank Indonesia juga mencatat bahwa realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga -97,3 persen (year on year).
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020