Lebak (Antara News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten, menggelar simulasi tsunami di pesisir selatan Wanasalam Kabupaten Lebak guna memberikan pemahaman kepada masyarakat yang tinggal di daerah itu.
"Pelaksanaan simulasi ini bekerja sama dengan BPBD setempat, TNI,POlri, PMI, relawan dan melibatkan 1.000 warga pesisir selatan Wanasalam, Lebak," kata Kepala Kepala BPBD Provinsi Banten di Lebak, Minggu.
Dalam simulasi, gempa tektonik berkekuatan 8,5 Skala Richter (SR) mengguncang pesisir selatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, yang disertai gelombang tsunami.
Bencana gempa bumi dan tsunami tersebut dapat diantisipasi masyarakat pesisir dengan bergerak cepat menyelamatkan diri dan berlari ke perbukitan juga gedung shelter.
Warga mengetahui adanya gempa tektonik yang disertai gelombang tsunami setelah mendengar sirine sebagai peringatan dini tsunami.
"Kami minta masyarakat pesisir selatan Wanalasam, Kabupaten Lebak mampu menyelamatkan diri jika sewaktu-waktu tiba bencana tsunami itu," katanya.
Selama ini, kata dia, potensi pesisir selatan Kabupaten Lebak meliputi pantai Muara Kecamatan Wanasalam, Panggarangan, Malingping, Cihara, Bayah dan Cilograng rawan gempa dan tsunami.
Sebab, pesisir itu terdapat lempengan gelombang tsunami karena berada di Perairan Samudera Hindia. Peluang tsunami di pesisir selatan Lebak itu sama dengan pesisir Padang, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Bengkulu, Lampung dan Selat Sunda.
Pelaksanaan simulasi ini melibatkan 1.000 warga Desa Muara Kecamatan Wanasalam juga BPBD, PMI, TNI,relawan dan Polri.
"Kita berharap latihan penanggulangan bencana alam ini dapat menekan resiko korban jiwa," katanya.
Dia mengatakan, dengan simulasi bencana gempa bumi dan tsunami ini diharapkan masyarakat pesisir sudah siap mengantisipasi kebencanaan itu.
Selain itu juga petugas dan relawan dapat memberikan pelayanan pada masyarakat untuk melakukan evakuasi korban, menalurkan logistik hingga mendirikan posko bencana dan menyediakan dapur umum.
"Kami juga menyediakan tim medis agar para korban bencana bisa ditangani dengan baik," kata dia.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Lebak, Kaprawi mengatakan pihaknya kini sudah memasang alat deteksi kegempaan dan tsunami bantuan dari Badan Meteorologi Kilimatologi dan Geofisika (BMKG).
Pemasangan alat deteksi kegempaan dan tsunami itu setelah dua tahun mengajukan permintaan kepada BMKG karena Kabupaten Lebak masuk daerah potensi gempa dan tsunami.
Sebab, perairan selatan Lebak masuk zona rawan gempa tektonik dan berpotensi tsunami karena di daerah itu terdapat zona tumbukan lempengan antara Samudera Hindia Australia dan Benua Asia.
Karena itu, pemasangan alat deteksi ini tentu sangat membantu pengamatan kegempaan maupun tinggi gelombang untuk mengetahui apakah terjadi tsunami.
Peralatan deteksi gempa dan tsunami atau warning system juga dilengkapi komputerisasi yang bisa membaca kedalaman dan titik lokasi kejadian kegempaan.
Apabila terjadi bencana alam, maka secara otomatis dapat membaca kedalaman maupun titik lokasi terjadi gempa tektonik maupun tsunami.
"Kami merasa terbantu dengan alat deteksiitu sehingga dapat dilakukan pengamatan gempa dan tsunami," katanya.