Lebak (Antara News) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mendorong pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh berkembang untuk memperkuat perekonomian masyarakat di daerah itu.
"Kami meyakini pelaku UKM dapat mengatasi krisis ekonomi," kata Kepala Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Restu saat dihubungi di Lebak, Jumat.
Selama ini, pertumbuhan pelaku UKM di masyarakat berkembang pesat di 28 kecamatan, bahkan sampai September 2015 tercatat 49.686 unit dari sebelumnya 49.400 unit usaha.
Mereka bergerak di berbagai bidang usaha antara lain kerajinan tangan, anyaman bambu dan makanan olahan tradisional.
Sebagian besar pelaku UKM itu dengan investasi modal antara Rp5-15 juta.
Pemerintah daerah terus membina untuk meningkatkan produksi maupun kualitas melalui pembinaan dan pelatihan manajemen, keuangan, diversifikasi produksi hingga jiwa kewirausahaan.
Selain itu peningkatan sumber daya manusia (SDM) juga magang ke beberapa daerah untuk menambah kompetensi perajin tersebut.
Pembinaan ini, kata dia, guna meningkatkan perkembangan usaha yang digelutinya.
Disamping itu juga memfasilitasi UKM dengan bank yang ditunjuk menyalurkan dana kredit usaha rakyat (KUR) agar mempermudah akses pinjaman modal.
"Kami mengoptimalkan pembinaan ini guna melahirkan klaster-klaster usaha baru dan menjadikan andalan ekonomi masyarakat," katanya.
Restu menyebutkan jenis pelaku UKM di Kabupaten Lebak beragam antara lain makanan dan minuman, seperti emping melinjo, kripik pisang, singkong, gula aren, pisang sale, jamur, tempe tahu, dan minuman jahe.
Selain itu juga jenis kerajinan tangan, di antaranya tikar pandan, anyaman bambu, krey pelapah sawit, cindera mata, dinding bambu, peralatan rumah tangga, dan dompet.
"Semua produksi UKM itu, selain dipasarkan di Lebak juga ke luar daerah," katanya.
Anda, seorang pelaku UKM warga Cihiyang, Desa Rangkasbitung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya sudah beberapa kali mengikuti pelatihan keterampilan kerajinan krey dan hingga kini usahanya tumbuh dan berkembang.
Produksi kerajinan krey dari pelepah pohon kelapa sawit itu dipasarkan ke Serang dan Tangerang dengan harga Rp50 ribu per lembar.
"Kami merasa terbantu ekonomi keluarga dari hasil produksi krey dengan pendapatan Rp7 juta per bulan, padahal sebelumnya pendapatan mereka menjadi buruh tani relatif kecil," katanya.